Heineken

Heineken Pertahankan Proyeksi di Tengah Ancaman Tarif

(Business Lounge – Global News) Perusahaan bir asal Belanda, Heineken, mencatat kenaikan tipis dalam pendapatan kuartal pertama dan tetap mempertahankan panduan keuangan untuk 2025 meskipun menghadapi tekanan dari potensi kenaikan tarif global. Dalam laporan pendapatan terbaru yang dikutip dari Bloomberg, Reuters, dan The Wall Street Journal, Heineken melaporkan kenaikan 0,9 persen dalam pendapatan bersih organik, angka yang sedikit melampaui ekspektasi analis.

Kenaikan tersebut terutama didorong oleh peningkatan harga jual rata-rata serta pertumbuhan di pasar Asia, khususnya di Vietnam dan Kamboja, yang mengimbangi lemahnya permintaan di pasar-pasar Eropa barat seperti Jerman dan Prancis. CEO Heineken, Dolf van den Brink, menyebut kuartal ini sebagai periode yang “tangguh namun terkendali”, mencerminkan strategi penyesuaian harga yang efektif dalam menjaga margin meski volume penjualan stagnan.

Namun tantangan makroekonomi tetap membayangi. Heineken menyatakan bahwa potensi penerapan tarif baru, terutama dari pasar Amerika Utara dan negara-negara berkembang, dapat menambah tekanan pada biaya logistik dan bahan baku. CFO Harold van den Broek dalam konferensi dengan investor menyebutkan bahwa jika kebijakan tarif baru terhadap produk makanan dan minuman impor direalisasikan oleh sejumlah negara mitra dagang, beban biaya tambahan bisa mencapai puluhan juta euro pada paruh kedua tahun ini.

Financial Times melaporkan bahwa kekhawatiran ini juga diperkuat oleh sinyal kebijakan dagang dari Amerika Serikat menjelang pemilu, serta peningkatan ketegangan perdagangan antara Uni Eropa dan negara-negara di Asia Tenggara. Meski demikian, Heineken tetap pada proyeksi sebelumnya untuk pertumbuhan laba operasional tahunan satu digit tinggi, menunjukkan keyakinan manajemen terhadap efektivitas strategi penyesuaian harga dan pengendalian biaya.

Analis di Goldman Sachs menyebut performa kuartal pertama ini “solid dalam kondisi penuh tekanan,” menyoroti keberhasilan Heineken mempertahankan pertumbuhan meskipun volume penjualan di beberapa pasar utama menurun. Hal ini dinilai sebagai bukti kekuatan brand serta distribusi yang luas di berbagai kawasan dunia.

Selain tekanan eksternal, Heineken juga tengah berfokus pada transformasi digital dan efisiensi operasional. Investasi pada rantai pasok berbasis data dan sistem manajemen stok yang lebih responsif menjadi bagian dari inisiatif untuk menghadapi volatilitas permintaan yang kian dinamis pasca-pandemi. Dalam laporan internal yang dikutip oleh Bloomberg Intelligence, perusahaan mengklaim telah memangkas waktu pengiriman rata-rata ke distributor sebesar 15 persen selama 12 bulan terakhir.

Sementara itu, pasar di Afrika dan Timur Tengah mencatatkan pertumbuhan volume dua digit, berkat peningkatan permintaan bir non-alkohol dan strategi ekspansi ke kota-kota lapis dua. Heineken juga terus memperluas portofolio produknya, termasuk varian rendah kalori dan minuman fermentasi ringan, sebagai respons terhadap pergeseran preferensi konsumen global.

Namun tantangan harga bahan baku belum sepenuhnya surut. Kenaikan harga barley dan aluminium terus menekan margin produksi, meski perusahaan telah mengamankan sebagian besar kontrak jangka panjang untuk menstabilkan biaya. Menurut Reuters, kenaikan biaya input bisa menambah tekanan terhadap margin pada paruh kedua tahun jika tren harga tidak segera membaik.

Respons pasar terhadap laporan ini cukup positif. Saham Heineken naik hampir 3 persen dalam perdagangan pagi di bursa Amsterdam, mencerminkan optimisme investor terhadap kemampuan perusahaan mempertahankan profitabilitas meski lanskap global masih berisiko tinggi.

Dengan mempertahankan panduan tahunan dan menunjukkan ketahanan pada kuartal pertama, Heineken mengirimkan sinyal bahwa strategi mereka masih berada pada jalur yang solid. Meski tantangan tarif dan harga bahan baku tetap mengintai, fokus pada diversifikasi pasar, inovasi produk, dan efisiensi rantai pasok memberi Heineken keunggulan kompetitif dalam menjaga stabilitas di tengah dunia yang semakin terfragmentasi secara geopolitik dan ekonomi.