(Business Lounge Journal – Medicine)
Pernah mengalami keram kaki di tengah pekerjaan Anda sedang berlangsung atau saat berolahraga misalnya? Keram kaki adalah kondisi di mana otot kaki mengalami kontraksi atau kejang yang tiba-tiba dan menyakitkan. Kontraksi ini biasanya berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit yang kemudian berangsur-angsur kembali normald. Keram kaki sering terjadi pada otot betis, tetapi bisa juga melibatkan otot di bagian lain kaki.
Penyebab Keram Kaki
- Dehidrasi: Kekurangan cairan dapat mengganggu keseimbangan elektrolit dalam tubuh, yang penting untuk fungsi otot yang baik.
- Kekurangan Nutrisi: Kurangnya mineral seperti kalium, magnesium, dan kalsium dapat menyebabkan otot menjadi lebih rentan terhadap kejang.
- Kelelahan Otot: Aktivitas fisik yang berlebihan atau penggunaan otot dalam jangka panjang tanpa istirahat dapat menyebabkan kejang.
- Posisi Tidur: Tidur dalam posisi yang menekan atau terlalu menekuk kaki dapat memicu keram saat bangun.
- Sirkulasi Darah yang Buruk: Masalah sirkulasi atau pembuluh darah yang tersumbat bisa menyebabkan otot tidak mendapatkan aliran darah yang cukup, yang dapat memicu keram.
- Kondisi Medis: Beberapa kondisi medis seperti diabetes, gangguan tiroid, dan neuropati dapat meningkatkan risiko keram kaki.
Keram kaki dapat terjadi pada siapa saja, tetapi kondisi ini lebih sering dilaporkan terjadi pada orang tua, biasanya pada usia 60 tahun ke atas. Namun, frekuensi dan intensitasnya dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor individu seperti kesehatan umum, gaya hidup, dan pola makan.
Orang tua cenderung lebih rentan terhadap keram kaki karena perubahan fisiologis yang terjadi seiring bertambahnya usia, seperti penurunan massa otot, perubahan sirkulasi darah, dan kekurangan nutrisi.
Meskipun begitu, orang yang lebih muda juga bisa mengalami kram kaki, terutama jika mereka terlibat dalam aktivitas fisik yang intens, mengalami dehidrasi, atau kekurangan nutrisi.
Batasan aktivitas fisik yang dianggap “berlebihan” dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk usia, tingkat kebugaran individu, jenis aktivitas, dan durasi.
- Durasi Aktivitas
- Lebih dari 60 Menit: Untuk kebanyakan orang, berolahraga intensif selama lebih dari 60 menit tanpa istirahat yang cukup dapat dianggap berlebihan, terutama jika melibatkan latihan beban intensif atau kardio yang berat.
- Frekuensi
- Latihan Setiap Hari tanpa Istirahat: Melakukan latihan fisik yang berat setiap hari tanpa memberi waktu untuk pemulihan dapat menyebabkan kelelahan otot. Umumnya, otot membutuhkan waktu untuk pulih setelah latihan berat, sehingga memberi waktu istirahat 1-2 hari antara latihan berat bisa membantu mencegah kelelahan.
- Intensitas
- Latihan Berat yang Menggunakan Beban Maksimum Secara Terus-Menerus: Menggunakan beban atau intensitas yang sangat tinggi secara berulang (misalnya, mengangkat beban maksimum setiap sesi latihan) tanpa memberi waktu untuk pemulihan dapat menyebabkan kelebihan beban dan kejang.
- Respons Tubuh
- Tanda-tanda Kelelahan Otot: Jika seseorang mulai merasakan gejala seperti nyeri otot yang berkepanjangan, ketegangan, kejang, atau kurangnya energi secara umum, ini bisa menjadi tanda bahwa aktivitas fisik yang dilakukan sudah melebihi batas dan perlu diimbangi dengan istirahat.
- Kondisi Medis atau Kebugaran yang Terkait
- Individu dengan kondisi medis tertentu, seperti penyakit jantung, artritis, atau masalah sirkulasi, mungkin memiliki batasan yang lebih rendah terkait aktivitas fisik. Sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau ahli fisioterapi untuk memahami batasan aktivitas yang sesuai.
Secara alami, ada makanan yang dapat membantu kondisi ini adalah: Telur, Pisang dan Kacang-kacangan serta Biji-bijian. —lanjut ke artikel 2