(Business Lounge Journal – News and Insight)
Maraknya berita tentang gempa Cianjur juga diikuti dengan berita-berita di sosial media tentang adanya kemungkinan gempa besar Jakarta dan bahkan tsunami. Apakah hal ini benar? Mungkinkah Jakarta diguncang gempa yang menghancurkan seperti Cianjur? Atau bagaimanakah dengan daerah-daerah lain di Indonesia?
Sebagaimana kita ketahui dalam artikel sebelumnya, ada 295 titik sesar aktif di Indonesia. Sesar aktif menurut BMKG tergolong sumber gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake), contohnya seperti gempa Cianjur. Sesar aktif dapat dikenali kenampakannya melalui bentuk lahan baik dalam skala besar maupun dalam skala kecil dikarenakan patahan atau sesar berupa area, maka biasanya disebut dengan zona sesar atau bidang sesar.
Definisi Sesar Aktif
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sesar aktif adalah sesar yang telah berulang kali memicu gempa pada masa lalu dan yang riwayatnya menunjukkan kemungkinan akan aktif kembali. Tingkat risiko gempa sesar aktif tergantung kepada beberapa hal berikut ini yaitu:
- interval pengulangan gempa
- kompleksitas sesar
- perkembangan wilayah di daerah tersebut
Apakah kita dapat menentukan skala waktu dari aktivitas sesar aktif ini? Jawabannya adalah tidak ada aturan pasti tentang skala waktu geologis yang digunakan untuk menilai aktivitas sesar. Perlu kita ketahui bahwa aktivitas sesar dibagi menjadi:
- Inactive Fault
Patahan atau sesar ini pernah menimbulkan gempa bumi ratusan tahun atau ribuan tahun lalu namun saat ini retakan itu sudah berhenti, dengan kata lain “mati”, tidak lagi aktif dan tidak lagi menjadi ancaman timbulnya gempa
- Active Fault
Patahan yang masih aktif hingga hari ini. Inilah yang disebut dengan sesar aktif dan menimbulkan ancaman timbulnya gempa.
- Reactivated Fault
Patahan ini adalah patahan lama yang tadinya sudah dianggap tidak aktif namun menjadi aktif kembali.
Dalam hal ini secanggih-canggihnya ilmu geologis manusia, tetap tidak dapat memastikan aktivitas suatu zona sesar.
Dilansir dari situs ESDM, dijelaskan bahwa Indonesia secara geografis terletak di antara dua benua dan dua samudera. Posisi geografis tersebut menjadikan Indonesia dilewati oleh tiga jalur lempeng tektonik, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke arah utara dan menyusup ke dalam Lempeng Eurasia, sementara Lempeng Pasifik bergerak relatif ke arah barat. Pergerakan lempeng benua dan lempeng samudera terkadang saling mengunci sehingga menyebabkan pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut sehingga terjadi pelepasan mendadak yang disebut sebagai gempa bumi.
Berikut ini adalah dampak kerusakan yang ditimbulkan dari sebuah gempa bumi sesar aktif.
- Ground shaking (guncangan)
- Dampaknya paling luas (guncangan luas).
- Menyebabkan paling banyak kerusakan.
- Dapat memicu dampak ikutan lain (longsor, runtuhan batu, likuifaksi, kebakaran dll).
- Surface deformation (perubahan permukaan)
- Dapat berdampak pada wilayah luas.
- Dapat memicu kerusakan terbatas (critical facilities)
- Memicu efek ikutan lain (ketidakstabilan lereng, rekahan sekunder, tsunami)
- Surface rupture (rekahan permukaan)
- Dampaknya tidak luas (bagian tertentu saja pada jalur sesar)
- Dapat memicu kerusakan bangunan
- Dapat memicu dampak ikutan lain (kolam pecah, bendungan jebol, jembatan putus, pipa air dan gas putus, dll)
Gempa itu sendiri memang tidak mematikan. Tapi kerusakan yang ditimbulkannya dapat mematikan dan mencelakakan. Inilah pentingnya melakukan pemetaan jalur sesar aktif di Indonesia dan mitigasi bencana terus menerus dilakukan secara berkesinambungan. Kita harapkan tidak ada lagi gempa seperti di Cianjur di seluruh Indonesia.