Menjembatani Tradisi dan Kontemporer: “PARALLELS” di Ubud Art Ground

(Business Lounge Journal – Event)

Musim panas tahun ini, Ubud akan menjadi saksi lahirnya sebuah ruang budaya baru yang menjanjikan: Ubud Art Ground (UAG). Terletak di tengah keteduhan tropis Batu Kurung Estate, UAG memulai kiprahnya dengan pameran perdana bertajuk “PARALLELS: Legacies in Flux”, yang akan berlangsung dari 11 Juli hingga 10 Agustus 2025 di Gudang Kayu, sebuah bangunan yang dikurasi secara khusus untuk menjadi jantung kegiatan seni kontemporer.

“PARALLELS” bukan sekadar pameran, melainkan sebuah peristiwa budaya yang menghadirkan dialog visual lintas negara, lintas generasi, dan lintas tradisi. Menggandeng seniman dari Bali dan Tiongkok, pameran ini mengeksplorasi bagaimana warisan seni rupa tradisional dari dua budaya besar tersebut—dari lukisan Batuan dan Kamasan hingga seni tinta klasik Tiongkok—dapat bersinggungan dan berubah dalam bentuk-bentuk ekspresi kontemporer. Dalam konteks ini, warisan bukanlah beban masa lalu, tetapi titik tolak untuk membangun narasi seni yang baru.

Lebih dari 50 seniman akan turut ambil bagian, termasuk tokoh-tokoh penting dalam seni rupa Indonesia seperti I Made Djirna, Satya Cipta, Made Wianta, dan Kemal Ezedine, bersama dengan para seniman muda yang mewakili semangat zaman. Kehadiran mereka menciptakan spektrum perspektif yang luas—dari yang berakar dalam spiritualitas lokal, hingga yang tumbuh dari eksperimentasi media dan gagasan global.

Bukan hanya pameran yang ditawarkan Ubud Art Ground. Selama sebulan penuh, ruang ini akan hidup oleh rangkaian program pendukung seperti diskusi publik, tur kuratorial, lokakarya, pertunjukan musik, hingga pasar artisan. Semua dirancang untuk mendorong keterlibatan publik secara aktif dan mendorong terjadinya pertemuan gagasan, perasaan, dan pengalaman yang berlapis.

Di balik inisiatif ini berdiri Yayasan Satya Djaya Raya, yang melihat pentingnya ruang alternatif bagi pengembangan seni dan pelestarian budaya. “Kami ingin menciptakan ruang yang inklusif, tempat tradisi dan ekspresi kontemporer tidak saling bertentangan, tetapi saling memperkaya,” ujar Yulia Kurniawan, Direktur Yayasan Satya Djaya Raya.

Sementara itu, Yuanita Sawitri, Direktur Ubud Art Ground, menjelaskan visi jangka panjang platform ini. Berlokasi di atas lahan seluas 5.000 meter persegi di kawasan Batu Kurung Estate, UAG dirancang sebagai ekosistem seni berkelanjutan yang mencakup galeri, ruang pertunjukan, hingga program residensi seniman. Pada fase awal ini, kegiatan akan dipusatkan di Gudang Kayu, sebuah ruang pameran yang menyatu dengan lanskap, memungkinkan publik tidak hanya melihat karya, tetapi juga mengalami konteks budaya dan alam tempat karya itu lahir.

Yang menarik, kolaborasi ini juga melibatkan Central Academy of Fine Arts (CAFA) dari Beijing—institusi seni paling prestisius di Tiongkok yang dikenal akan kekuatan akademisnya dalam seni rupa tradisional dan kontemporer. CAFA telah lama menjadi aktor penting dalam perkembangan seni modern Tiongkok dan aktif membangun jembatan kolaborasi lintas budaya. Melalui keterlibatan mereka di “PARALLELS”, hubungan antara dua wilayah Asia yang kaya tradisi ini menemukan medium artistik baru untuk saling menyapa dan bertukar wacana.

Tidak kalah penting adalah peran Batu Kurung Estate itu sendiri—bukan sekadar tempat, tetapi sebuah ruang hidup yang dikembangkan untuk menjadi pusat aktivitas kreatif. Dikelilingi hutan lebat, tebing alami, dan aliran sungai yang tenang, kawasan ini menyatukan arsitektur, alam, dan seni dalam satu tarikan napas. Di sinilah proses-proses artistik berlangsung secara intim: dari studi lapangan, diskusi kuratorial, hingga eksperimen bentuk yang kemudian tampil ke publik melalui UAG.

“PARALLELS: Legacies in Flux” bukan sekadar penanda dimulainya sebuah program seni. Ia adalah undangan untuk menyelami bagaimana seni bisa menjadi titik temu—bukan hanya antara dua budaya, tetapi juga antara masa lalu dan masa kini, antara warisan dan kemungkinan, antara yang lokal dan yang lintas batas.

Dalam dunia yang terus berubah dan kadang terfragmentasi, pameran ini mengingatkan kita bahwa seni memiliki kekuatan untuk merangkum kompleksitas, mengubah ketegangan menjadi percakapan, dan menjadikan perbedaan sebagai dasar dari kebersamaan yang otentik.

Jika Anda tertarik mengunjungi pameran ini atau berpartisipasi dalam programnya, Ubud Art Ground terbuka setiap hari pukul 10.00–18.00 WITA. Pembukaan resmi akan dilangsungkan pada 11 Juli 2025 pukul 16.00 WITA, dan penutupan pada 10 Agustus 2025 pukul 19.00 WITA. Semua kegiatan berlangsung di Gudang Kayu, Batu Kurung Estate, Kedewatan, Ubud, Bali.