(Business Lounge Journal – Human Resources) Banyak perusahaan lebih menomerastukan tim bisnis yang mencetak uang dan menomerduakan tim support seperti mereka yang di berada di SDM. Hal ini membedakan beberapa hal seperti pemberian bonus, kenaikan gaji, ataupun beberapa ‘benefit’. Namun tahukah Anda bahwa jika tidak ada tim yang merekrut para STAR, maka tidak aka nada para “pencetak uang” yang handal. Jika tidak ada tim yang piawai ‘menggodok’ berbagai sistem pelatihan, maka kepintaran pun tidak akan bertambah. Dua hal inilah yang sering kali dilupakan oleh management. Ya, saat keuntungan berlipat, maka para pencetak uanglah yang akan paling diapresiasi.
Namun kali ini, saya ingin membahas mengenai recruiting pipeline (sebuah cara untuk memvisualisasi proses rekrutmen sepanjang waktu). Setiap pekerjaan memiliki sebuah pipeline sebagai sebuah jalan bagi kandidat memasuki proses rekrutmen dari awal, melalui tahap demi tahap, hingga terpilih yang paling sesuai dan yang paling berkualitas dalam proses rekrutmen.
Perlu diketahui bahwa melakukan rekrutmen tidaklah semudah yang Anda bayangkan pada masa sekarang ini. Bahkan mereka yang telah menjadi ‘master’ oleh karena telah sekian lama berkecimpung dalam hal rekrutmen akan terus menghadapi tantangan yang berbeda dari masa ke masa. Diperlukan kejelian untuk mengidentifikasi para talent bukan hanya tentang keterampilan atau attitude yang mereka miliki tetapi juga apakah bakat yang mereka miliki dapat terus dikembangkan, sebab semakin hari maka tuntutan kualifikasi kandidat pun semakin tinggi. Jika rekruter tidak dapat menemukan kandidat dengan kualifikasi yang tepat, dapat dipastikan adanya sebuah gap yang akan menghambat kemajuan perusahaan.
Bayangkan betapa kompleksnya apa yang harus dilakukan seorang rekruter mulai dari mencari kandidat, baik kandidat yang baru, atau membongkar kembali database yang mereka miliki. Tahukah juga bahwa para rekruter itu perlu memiliki keterampilan untuk dapat menjalin hubungan dengan para kandidatnya, sebab zaman telah berubah, generasi sekarang ini sangat-sangat berbeda. Bukan hanya kandidat yang membutuhkan pekerjaan tetapi para pemberi kerjalah yang membutuhkan mereka. Sehingga para rekruter pun dapat disamakan dengan para ‘sales’ yang ‘menjajakan’ vacancies pada perusahaan mereka. Ketika hari ini belum berhasil mendapatkan satu kandidat, maka pada lain kesempatan, sang rekruter dapat kembali mengadakan pendekatan untuk menawarkan lowongan yang berbeda.
Apakah berhenti sampai mendapatkan kandidat yang cocok? Berbagai negosiasi harus dilakukan terkait kesepakatan hak dan kewajibannya kelak dan akan terus berlangsung sepanjang usia pengabdiannya.
Berikut beberapa tantangan yang dijumpai dalam Recruiting Pipelines:
Sumber kandidat yang tepat
Mencari sumber kandidat yang tepat, merupakan sebuah “pertempuran”. Mengapa saya katakana pertempuran? Coba bayangkan ada sebuah kolam berisi ikan yang dikelilingi oleh banyak pemancing yang berlomba untuk mendapatkan ikan yang paling baik. Sudah dipastikan Anda harus memiliki umpan yang lebih berkualitas dari pemancing lainnya sehingga umpan Anda akan mengenai ikan yang tepat. Apalagi jika Anda mencari kandidat di dunia teknologi yang sangat kompetitif.
Hiruk pikuk yang tak berujung
Tidak ada salahnya Anda menggunakan media sosial sebagai salah satu media untuk Anda dapat memperoleh banyak pelamar. Tetapi Anda pun harus siap untuk mendapatkan banyak CV ‘sampah’ yang tidak dapat Anda gunakan. Banyak pelamar mengirimkan aplikasinya walaupun kualifikasi yang dibutuhkan tidak sesuai dengan yang ia miliki. Jadi wajar saja jika dikatakan bagaikan mencari jarum pada tumpukan jerami.
Kandidat yang kurang menjual diri
Sering kali mereka yang memiliki kemampuan yang lebih tidak menggambarkannya dengan baik para resume mereka. Entah karena mereka merasa tidak terlalu penting untuk mencari pekerjaan atau pun berganti pekerjaan. Hal ini sering kali membuat para rekruter mencari jalan pintas dengan mengintip tenaga kerja ‘toko’ sebelah. Siapa tahu ada yang tertarik dengan kedudukan yang sedang kosong tersebut.
Kesepakatan kedua belah pihak
Akan terdapat kesulitan dalam membuat kesepakatan, bilamana si rekruter tidak diperlengkapi dengan wawasan mengenai salary survey atau berbagai benefit comparison yang ada. Kesepakatan yang kurang tepat hanya berujung pada berakhirnya ikatan kerja.
Bila pekerjaan berkaitan dengan teknologi
Hal ini tidak bisa dibantah, sebab teknologi serta dunia digital, berkembang dengan sangat cepat sehingga Anda harus bertindak agresif untuk memperoleh kandidat dengan kinerja dan kemampuan yang tepat.
Ruth Berliana/VMN/BL/Partner of Management & Technology Services, Vibiz Consulting