(Business Lounge Journal – Essay on Global)
Gallup melakukan “Global Life Evaluation” terhadap manager dari berbagai negara di dunia dan di dalam report tahun 2025 ini disampaikan penilaian atau evaluasi tentang bagaimana orang di seluruh dunia menilai kondisi hidup mereka secara umum. Ini biasanya diukur melalui berbagai indikator seperti kesehatan, kebahagiaan, ekonomi, dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Dalam penelitian Gallup diteliti berapa persen yang merasa “thriving” merujuk pada keadaan di mana seseorang merasa bahwa hidupnya berjalan baik dan memuaskan. Dalam pengukuran ini, “thriving” biasanya diartikan sebagai indikator bahwa seseorang merasa berkelanjutan, puas, dan sehat secara mental dan fisik, serta merasa hidupnya memiliki makna dan keberhasilan.
Tren Penilaian Kehidupan Secara Global (Persentase yang merasa ‘Thriving’)
Pola Umum
Pada tahun 2009, hanya 24% dari populasi global merasa ‘Thriving’ (berkembang dan merasa hidupnya baik). Angka ini menunjukkan tren fluktuatif dengan sedikit kenaikan dan penurunan selama periode 2009-2024. Puncak tertinggi terjadi di tahun 2022 dengan 35%, menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Setelah mencapai puncaknya di 2022, ada penurunan ke 33% di tahun 2023 dan kembali ke 33% di 2024. Walaupun fluktuatif, tren menunjukkan bahwa proporsi orang yang merasa ‘Thriving’ di berbagai tahunnya jarang di bawah 27% dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Periode 2020-2022 menunjukkan kenaikan signifikan, kemungkinan akibat pemulihan dari dampak pandemi dan perbaikan kondisi sosial-ekonomi.
Grafik ini menunjukkan bahwa, secara global, tingkat kesejahteraan orang terus mengalami fluktuasi dengan tren meningkat selama beberapa tahun terakhir. Upaya untuk meningkatkan kualitas hidup menjadi penting, terutama dalam konteks pasca-pandemi dan pembangunan berkelanjutan.
Analisis Penilaian
Kenaikan hingga 35% di 2022 dapat mencerminkan keberhasilan berbagai program dan inisiatif yang mendorong kesejahteraan dan kualitas hidup warga dunia setelah masa-masa sulit pandemi. Stabilitas di sekitar angka 33-34% di beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa meskipun ada kemajuan, masih banyak orang yang belum merasakan kehidupan yang optimal secara sosial maupun ekonomi.
Meningkatkan proporsi orang yang merasa ‘Thriving’ adalah tantangan utama bagi pembuat kebijakan dan organisasi sosial di seluruh dunia. Kenaikan di tahun-tahun tertentu menunjukkan bahwa adanya upaya mendukung kesejahteraan mental dan sosial berpotensi memberi dampak positif.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tren Global Life Evaluation
- Dampak Pandemi COVID-19
-
- Pandemi menyebabkan ketidakpastian ekonomi, kehilangan pekerjaan, dan stres psikologis, yang menurunkan angka orang merasa ‘Thriving’ di tahun-tahun awal pandemi.
- Pemulihan ekonomi dan sosial di tahun 2021-2022 berkontribusi pada peningkatan angka tersebut, sebagaimana terlihat di puncak 2022.
2. Pemulihan Ekonomi dan Program Pemerintah
Negara-negara yang menerapkan stimulus ekonomi, program kesehatan mental, dan kebijakan sosial yang mendukung masyarakat, cenderung menunjukkan kenaikan angka ‘Thriving’.
Beberapa negara yang dikenal aktif menerapkan stimulus ekonomi, program kesehatan mental, dan kebijakan sosial yang mendukung masyarakat, serta menunjukkan tren peningkatan angka ‘Thriving’ secara umum, termasuk:
- Norwegia
- Memiliki sistem jaminan sosial yang kuat, layanan kesehatan mental yang berkualitas, dan kebijakan kesejahteraan sosial yang inklusif.
- Fokus pada pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
- Swedia
- Kebijakan sosial yang progresif, dengan program kesehatan mental dan kesejahteraan ekonomi yang matang.
- Fokus pada pembangunan sosial dan keberlanjutan, serta inovasi sosial.
- Finlandia
- Sistem pendidikan dan layanan kesehatan mental yang sangat baik.
- Program kebijakan sosial yang berkelanjutan dan inovatif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
- Denmark
- Menerapkan kebijakan yang mendukung kesejahteraan sosial dan perlindungan kesehatan mental.
- Program pengembangan masyarakat dan ekonomi yang inklusif.
- Kanada
- Memberikan stimulus ekonomi selama masa pandemi dan telah memperkuat sistem kesehatan mental serta kebijakan sosial.
- Fokus pada inklusivitas dan keberlanjutan sosial.
- Selandia Baru
- Meluncurkan berbagai program terkait kesejahteraan mental dan ekonomi pasca-pandemi.
- Fokus pada pembangunan sosial dan keberagaman. Program yang fokus pada kesehatan mental dan kesejahteraan sosial juga memainkan peran penting.
3. Perubahan Sosial dan Teknologi
Digitalisasi dan inovasi teknologi meningkatkan akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan layanan sosial yang membantu meningkatkan kualitas hidup. Kemudahan akses ini mendukung peningkatan kesejahteraan, terutama di negara-negara yang mampu memanfaatkan teknologi.
Contoh negara yang mampu memanfaatkan teknologi dan memberikan kemudahan akses yang mendukung peningkatan kesejahteraan adalah:
- South Korea
- Salah satu negara dengan infrastruktur digital terbaik di dunia.
- Penggunaan teknologi yang luas dalam pendidikan, kesehatan, dan layanan publik.
- Infrastruktur internet cepat dan akses luas ke teknologi digital meningkatkan kualitas hidup.
- Singapura
- Sistem digital yang canggih dan akses teknologi yang merata di seluruh masyarakat.
- Pemanfaatan teknologi untuk layanan kesehatan, pendidikan, dan e-government yang efisien.
- Kemampuan adaptasi teknologi tinggi berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan.
- Estonia
- Negara pionir dalam digitalisasi pemerintahan dan layanan publik.
- Sistem e-government dan layanan digital yang memudahkan masyarakat mengakses layanan publik dan pribadi.
- Digitalisasi mendukung efisiensi dan kesejahteraan masyarakat.
- Inggris dan Amerika Serikat
- Infrastruktur teknologi yang maju dan akses luas terhadap internet dan layanan digital.
- Penggunaan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan online, layanan kesehatan digital, dan e-commerce.
- India
- Meskipun masih dalam tahap perkembangan, India telah mengalami revolusi digital dengan program seperti Digital India.
- Kemudahan akses teknologi melalui ponsel dan internet membantu masyarakat di daerah terpencil mengakses layanan dan meningkatkan taraf hidup.
Sedangkan Indonesia sedang dalam proses memanfaatkan teknologi dan memberi kemudahan akses, tetapi masih membutuhkan upaya lebih besar untuk memastikan manfaat teknologi merata ke seluruh wilayah dan lapisan masyarakat. Dengan peningkatan infrastruktur dan literasi digital yang berkelanjutan, potensi besar dalam meningkatkan kesejahteraan sangat terbuka.
4. Ketahanan Sosial dan Kebijakan Kesejahteraan
Negara dengan sistem jaminan sosial dan kebijakan perlindungan sosial yang kuat mampu menjaga dan meningkatkan kesejahteraan warga mereka. Contohnya adalah beberapa negara di bawah ini:
- Norwegia
- Sistem jaminan sosial dan perlindungan kesejahteraan sangat lengkap.
- Program perlindungan pengangguran, pensiun, kesehatan, dan pendidikan gratis atau subsidi.
- Fokus pada kesejahteraan sosial dan redistribusi kekayaan.
- Swedia
- Sistem jaminan sosial komprehensif termasuk layanan kesehatan umum, cuti keluarga, dan pensiun yang memadai.
- Pemerintah aktif dalam mengatasi ketimpangan sosial dan mendukung kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
- Finlandia
- Penyediaan layanan kesehatan, pendidikan, dan sosial yang berkelanjutan dan berkualitas tinggi.
- Sistem perlindungan sosial yang kuat, termasuk tunjangan pengangguran dan program rehabilitasi sosial.
- Denmark
- Sistem perlindungan sosial yang mendukung pekerja dan pengangguran.
- Sistem jaminan sosial terpadu yang mendorong inklusivitas dan kesejahteraan.
- Jerman
- Memberikan perlindungan sosial termasuk asuransi kesehatan wajib, tunjangan pengangguran, dan pensiun.
- Infrastruktur perlindungan sosial yang stabil dan berkelanjutan.
- Indonesia
- Sistem jaminan perlindungan sosial berupa BPJS, Program jaminan kesehatan nasional yang mencakup seluruh masyarakat Indonesia.
- Memberikan pelayanan kesehatan dengan biaya yang terjangkau dan terorganisasi secara nasional.
5. Perubahan dalam Kesadaran dan Prioritas Individu
Meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, kebahagiaan, dan keseimbangan hidup turut mempengaruhi persepsi individu terhadap kualitas hidup mereka.
Meningkatkan persentase orang yang merasa ‘Thriving’ membutuhkan pendekatan multi-dimensional, baik dari sisi kebijakan, ekonomi, teknologi, maupun sosial. Melalui kolaborasi dan inovasi, diharapkan tren positif ini bisa terus dipertahankan dan ditingkatkan di masa mendatang.