(Business Lounge Journal – Essay on Global)
Berdasarkan data Gallup “State of The Global Workplace 2025” iklim pekerjaan atau job climate di kawasan Asia Tenggara tampaknya positif dengan tingkat kepuasan yang cukup tinggi dan niat untuk keluar dari pekerjaan yang relatif sedang. Fluktuasi selama beberapa tahun menunjukkan adanya tantangan namun juga kekuatan resiliensi di pasar tenaga kerja.
Apa yang Dimaksud dengan Job Climate?
Job climate atau iklim kerja adalah istilah yang merujuk pada suasana, kondisi, dan persepsi umum mengenai lingkungan kerja di suatu organisasi atau wilayah tertentu. Ini mencakup berbagai aspek yang mempengaruhi pengalaman dan kepuasan karyawan, seperti:
- Kondisi fisik dan budaya di tempat kerja (misalnya, suasana yang nyaman, hubungan antar rekan kerja, budaya perusahaan)
- Perasaan dan persepsi karyawan terhadap pekerjaan mereka (misalnya, merasa dihargai, aman, dan mendapatkan peluang pengembangan)
- Tingkat kepuasan dan motivasi yang dirasakan oleh karyawan
- Kesesuaian pekerjaan dengan harapan dan kebutuhan karyawan
Secara umum, job climate mencerminkan seberapa positif atau negatif suasana di tempat kerja tersebut, yang dapat mempengaruhi produktivitas, retensi karyawan, dan keseluruhan kinerja organisasi. Memberikan gambaran tentang suasana dan kondisi di tempat kerja yang memengaruhi pengalaman dan perasaan karyawan terhadap pekerjaan mereka.
Asia Tenggara merupakan kawasan yang berkembang pesat dengan ekonomi yang semakin maju dan sektor teknologi yang berkembang. Tingkat kepuasan kerja di Asia Tenggara tampaknya cukup tinggi, kemungkinan disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi dan kondisi kerja yang semakin membaik. Mari kita lihat melalui data yang disajikan dalam Gallup 2025.
Berikut adalah analisis statistik dari data Gallup 2025 tentang iklim kerja dan niat untuk meninggalkan pekerjaan, dalam konteks Asia Tenggara:
Iklim Kerja Regional Asia Tenggara
Kepuasan kerja regional cukup tinggi, yaitu 63%, menunjukkan bahwa mayoritas orang di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia merasa puas dengan pekerjaan mereka saat ini. Dari tahun 2011 hingga 2024, tingkat kepuasan regional mengalami fluktuasi, dengan puncaknya mencapai 66% pada tahun 2019, kemudian menurun ke 47% pada tahun 2021, dan kembali naik ke 63% pada tahun 2024. Sedangkan kepuasan kerja di tingkat global lebih rendah, yaitu 51%.
Sedangkan menurut tingkat pekerjaan ternyata manajer dan kontributor individu menunjukkan tingkat kepuasan yang sama, yaitu 63%. Hal ini menandakan persepsi yang seragam di berbagai level pekerjaan.
Dilihat dari data demografis, didapati bahwa wanita sedikit lebih puas (64%) dibandingkan pria (62%). Angka ini tidak terlalu banyak berbeda antara perempuan dan laki-laki. Orang yang berusia di bawah 35 tahun dan yang berusia 35 tahun ke atas menunjukkan tingkat kepuasan yang hampir sama, sekitar 63-64%.
Apakah Saat Ini Orang Mau Meninggalkan Pekerjaan?
Gallup “State of The Global Workplace 2025” juga menyoroti apakah orang yang saat ini sedang dalam posisi bekerja memiliki niat untuk meninggalkan pekerjaan
Persentase orang yang aktif mencari atau mempertimbangkan untuk berpindah pekerjaan di regional adalah 47%, sedikit di bawah rata-rata global sebesar 50%. Hal Ini menunjukkan bahwa meski ada keinginan berpindah pekerjaan namun tingkatnya belum terlalu tinggi, sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor kepuasan kerja dan masih adanya. peluang yang dimiliki di tempat bekerja yang sekarang.
Secara umum, iklim pekerjaan di kawasan Asia Tenggara tampaknya positif dengan tingkat kepuasan yang cukup tinggi dan niat untuk keluar dari pekerjaan yang relatif sedang. Fluktuasi selama beberapa tahun menunjukkan adanya tantangan namun juga kekuatan resiliensi di pasar tenaga kerja. Perbedaan antara gender dan usia relatif kecil, menandakan persepsi yang seragam terhadap pekerjaan di berbagai kelompok demografis. Penurunan yang terjadi pada tahun 2021 mungkin terkait dengan dampak pandemi COVID-19, sama seperti tren global di masa itu. Namun, kembali terjadi peningkatan angka pada 2024 yang menunjukkan daya tahan dan adaptasi tenaga kerja di kawasan Asia Tenggara cukup besar.
Indonesia merupakan salah satu ekonomi terbesar di Asia Tenggara yang sedang berkembang pesat, didukung oleh pembangunan infrastruktur, digitalisasi, dan sektor manufaktur. Kondisi pasar tenaga kerja di Indonesia sangat menarik. Tingkat kepuasan kerja yang cukup tinggi di berbagai sektor, tergantung pada industri dan kondisi perusahaan. Tantangan seperti kurangnya tenaga kerja kompeten di bidang tertentu dan peluang pengembangan karir masih menjadi perhatian. Perubahan work environment akibat pandemi COVID-19 juga mempercepat adopsi remote working dan teknologi digital.
Tren dan Tantangan Pekerjaan di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu ekonomi terbesar di Asia Tenggara yang sedang berkembang pesat, didukung oleh pembangunan infrastruktur, digitalisasi, dan sektor manufaktur. Kondisi pasar tenaga kerja di Indonesia sangat menarik. Tingkat kepuasan kerja yang cukup tinggi di berbagai sektor, tergantung pada industri dan kondisi perusahaan. Tantangan seperti kurangnya tenaga kerja kompeten di bidang tertentu dan peluang pengembangan karir masih menjadi perhatian. Perubahan work environment akibat pandemi COVID-19 juga mempercepat adopsi remote working dan teknologi digital.
Iklim Kerja Indonesia yang Positif di Banyak Industri
Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan investasi asing telah meningkatkan peluang kerja di berbagai sektor. Industri teknologi dan e-commerce berkembang pesat, misalnya perusahaan seperti Gojek, Tokopedia dan startup fintech lain yang membuka banyak lapangan pekerjaan baru di bidang pengembangan teknologi, pemasaran digital, dan layanan pelanggan. Contohnya Gojek, yang awalnya hanya layanan ride-hailing, kini telah berkembang menjadi ekosistem yang menyentuh pemesanan makanan, pembayaran digital, pengiriman barang, dan bahkan layanan finansial. Hal ini membuka peluang kerja baru yang menarik dan kompetitif.
Walaupun peluang meningkat, kesenjangan kebutuhan keterampilan tetap menjadi tantangan utama. Contoh: Banyak perusahaan teknologi mencari tenaga kerja yang memiliki kemampuan coding yang mendalam dan pemahaman teknologi baru seperti kecerdasan buatan dan blockchain, tetapi pasokan tenaga kerja dengan kompetensi tersebut belum cukup mencukupi.
Itu sebabnya pemerintah Indonesia juga mendukung pengembangan keterampilan tenaga kerja melalui program seperti Revolusi Industri 4.0, Program Nasional Pelatihan Kerja, dan berbagai inisiatif digitalisasi.
Namun, di Indonesia banyak profesional di bidang IT, manajemen produk, dan layanan pelanggan menunjukkan minat yang tinggi untuk bertransisi ke perusahaan-perusahaan teknologi besar, startup baru, atau mencari peluang yang menawarkan peningkatan gaji dan pengembangan karir. Alasannya biasanya adalah adanya tawaran gaji yang lebih tinggi, kesempatan berkembang cepat, dan budaya kerja yang lebih inovatif di perusahaan startup memberi insentif besar untuk pindah dari perusahaan konvensional, menawarkan benefit dan fleksibilitas kerja yang lebih baik, meskipun ini menimbulkan tantangan dalam stabilitas pekerjaan jangka panjang.
Dapat disimpulkan, Indonesia memang menunjukkan tren positif dalam pertumbuhan industri dan peluang kerja, tetapi juga terdapat tantangan terkait ketimpangan keterampilan dan keinginan tenaga kerja untuk mencari peluang yang lebih baik. Pemerintah dan sektor swasta perlu berkolaborasi untuk mengatasi tantangan ini melalui program pelatihan dan pengembangan skill, sehingga iklim kerja tetap stabil dan kompetitif.