(Business Lounge Journal – General Management)
Pada sebuah kelas training getting sense of business, ada beberapa pertanyaan yang menarik untuk disimak sebagai bagian dari ketajaman dalam bisnis. Seorang yang sudah cukup senior bertanya kepada saya, mengapa perlu belajar mengasah ketajaman bisnis sedangkan banyak orang tidak pernah belajar namun dapat melakukan bisnis dengan piawai. Saya mengumpamakan hal ini dengan seorang yang sedang belajar mobil dan yang lain sudah menjadi pembalap. Hal yang pertama tentu saja dengan mulai mempelajari bagaimana cara menjalankan mobil kemudian mulai berlatih menginjak gas, rem, dan bagaimana mengunakan lampu, hingga mengisi bahan bakar, dan seterusnya. Hal-hal seperti itu tentulah tidak diperlukan bagi seorang pembalap yang semua langkahnya sudah dengan cepat dan sangat terlatih dilakukan.
Pendapat lain yang saya lihat juga adalah bahwa untuk menanam jagung, seseorang bisa mulai dengan mempelajari tanah, mencari kadar pupuk yang cocok, memilih bibit dan seterusnya, hingga bisa menghasilkan jagung yang berkualitas. Namun ada pendekatan lain yang tidak memerlukan semua itu, seorang petani yang sudah sejak lahir ada di ladang jagung, cukup memegang tanah sudah tahu bagaimana proses yang harus dijalankan tanpa melakukan penelitian apa-apa dengan tetap menghasilkan jagung yang kadang malah lebih berkualitas. Demikian juga untuk memiliki ketajaman bisnis atau naluri bisnis, setiap orang berbeda tingkatan, berbeda juga bakat yang dimiliki. Di sini yang diperlukan adalah ketekunan untuk menjalankan bisnis, tetap optimis, dan tidak mudah menyerah.
Pertanyaan lain yang sering timbul adalah bagaimana menemukan sebuah produk atau jasa yang memiliki nilai lebih atau dibutuhkan oleh pasar. Tentu jawabannya sederhana, pertama memang proses pengamatan, penelitian merupakan bagian dari penemuan ini, itulah sebabnya seringkali dilakukan studi untuk bisa menemukannya. Jawaban lain adalah penemuan ini merupakan bagian dari prosess panjang seseorang yang bergulat dalam sebuah bisnis untuk menemukannya, sampai kapankah? Sampai usia berapakah? Bisa jadi sampai seperti usia pendiri Kentucky Fried Chicken (KFC), Kolonel Sanders yang baru menemukan resep makanan KFC saat terbilang usia lanjut. Pertanyaan ini memang pertanyaan kunci dan banyak orang berhenti mengerjakannya dan tidak lagi memiliki semangat berbisnis, karena banyaknya kegagalan. Kuncinya terletak pada fokuslah pada bisnis tertentu dan tekunlah untuk menemukan bedanya.
Kemudian timbul juga pertanyaan, sampai berapa lama harus bertahan dalam sebuah bisnis yang belum juga menghasilkan? Apakah akan sebentar saja atau sampai kapan? Pertanyaan ini tentu tidak mudah untuk dijawab, karena memang haruslah berdasarkan keyakinan seseorang dan kekuatan modal kerja yang dimiliki. Kisah-kisah sukses ini banyak dialami oleh orang-orang yang secara heroik bertahan dan akhirnya menghasilkan, kalau pernah melihat film pursuit happiness yang dibintangi oleh Will Smith mengisahkan bagaimana seorang salesman berjuang untuk mendapatkan nafkah, setelah hampir berhenti akhirnya berhasil dan memang sukses. Sekali lagi jawabnya perlu ketekunan dan semangat kerja yang tanpa henti.
Fadjar Ari Dewanto/VMN/BD/MP Business Advisory Division, Vibiz Consulting, Vibiz Consulting Group