(Business Lounge Journal – Essay on Global)
Ini adalah era impor listrik dari negeri-negeri yang jauh. Interkoneksi energi secara global ini mengacu pada era di mana negara-negara mulai mengembangkan infrastruktur untuk mengimpor dan mengekspor listrik secara lintas batas. Hal ini dapat melibatkan penggunaan kabel bawah laut atau jaringan transmisi panjang untuk mentransfer daya listrik antar negara yang terletak jauh satu sama lain.
Maroko Inggris
Sebuah proyek megah untuk membangun saluran listrik bawah laut sepanjang hampir 2.500 mil akan menghubungkan ladang-ladang tenaga angin dan surya yang luas di Maroko ke Inggris, menyediakan pasokan listrik yang andal untuk memenuhi lonjakan permintaan yang diproyeksikan.
Arsitek rencana tersebut, Simon Morrish, mengatakan bahwa ini adalah pilihan terbaik Inggris untuk listrik bersih. “Rasanya seperti, mengapa tidak ada yang melakukan ini?” kata Morrish, seorang mantan konsultan manajemen yang juga menjalankan perusahaan jasa lanskap.
Morrish mendapatkan investasi tahap awal dan mempekerjakan tim yang berpengalaman, tetapi visinya menghadapi banyak rintangan. Dia perlu membujuk subsidi dari pemerintah Inggris, mengumpulkan puluhan miliar dolar, dan mengamankan izin penting dari negara-negara yang mengendalikan dasar laut. Rencana tersebut melibatkan pembangunan gedung tertinggi di Skotlandia—pabrik kabel raksasa—dan kapal khusus untuk memasang kabel.
Namun, proyek tersebut menunjukkan bagaimana peta listrik berubah. Karena pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas dapat berada di dekat area yang dilayaninya, jalur transmisinya umumnya tidak perlu menempuh jarak yang jauh. Namun, lokasi kosong yang luas dengan banyak angin dan sinar matahari cenderung jauh dari kota-kota yang membutuhkan listrik.
Jaringan listrik di Eropa Utara saat ini dihubungkan dengan kabel bawah laut untuk berbagi pasokan tenaga angin yang terus bertambah. Saluran listrik sepanjang 475 mil dari Inggris ke Denmark, sambungan jaringan darat dan bawah laut terpanjang di dunia, telah dinyalakan pada bulan Desember.
Menghubungkan Maroko ke Inggris membawa gagasan tersebut ke tingkat yang lebih tinggi. Hanya sedikit tempat yang lebih kaya akan potensi energi hijau daripada Maroko bagian barat. Hari terpendek mendapat 10 jam sinar matahari, dan angin kencang bertiup di penghujung hari. Usaha patungan Morrish, Xlinks, ingin membangun cukup banyak ladang tenaga surya, turbin angin, dan baterai di area tersebut untuk memenuhi 8% kebutuhan listrik Inggris, atau untuk memberi daya pada sekitar tujuh juta rumah.
Diperlukan kabel sepanjang hampir 10.000 mil untuk empat jalur transmisi lepas pantai—jauh lebih banyak daripada yang dapat disediakan oleh pemasok yang ada. Jadi Morrish memulai perusahaan pemasok kabel untuk membangun pabrik, dengan menara yang lebih tinggi dari Monumen Washington, di mana kabel-kabel kolosal akan diturunkan saat dilapisi dengan isolasi.
Australia Singapura
Singapura, yang kekurangan lahan untuk ladang angin dan surya, ingin mengimpor 30% listriknya pada tahun 2035. Tahun lalu, negara itu memberikan persetujuan bersyarat atas rencana untuk mengimpor sebagian besar listrik tersebut melalui kabel bawah laut—beberapa di antaranya sepanjang lebih dari 600 mil—dari proyek energi terbarukan di Indonesia, Kamboja, dan Vietnam.
Kolaborasi antara Australia dan Singapura dalam konteks proyek energi terbarukan, termasuk proyek Sun Cable, yang merupakan salah satu inisiatif penting dalam hubungan energi mereka.
Proyek Sun Cable adalah proyek ambisius yang dirancang untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya terbesar di dunia di bagian utara Australia (di dekat Tennant Creek, Northern Territory) dengan kapasitas hingga 10 gigawatt. Energi yang dihasilkan akan diangkut ke Singapura melalui kabel bawah laut sepanjang ribuan kilometer.
Rencana ini merupakan respons terhadap kebutuhan Singapura yang tinggi akan pasokan energi, sementara Australia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi surya di daerah terpencil. Proyek ini tidak hanya akan memasok energi terbarukan ke Singapura, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap pengurangan emisi karbon global.
Kabel yang akan dibangun dalam proyek Sun Cable direncanakan memiliki panjang sekitar 3.800 kilometer. Kabel ini akan menghubungkan pembangkit listrik tenaga surya di bagian utara Australia (dekat Tennant Creek, Northern Territory) dengan Singapura melalui jalur bawah laut.
Panjang kabel sepanjang 3.800 kilometer ini menunjukkan skala yang sangat besar dari proyek ini. Kabel tersebut dirancang untuk mentransmisikan energi listrik yang dihasilkan dari pembangkit tenaga surya di Australia ke pusat konsumsi di Singapura, memanfaatkan energi terbarukan untuk mendukung kebutuhan energi negara tersebut.
Kolaborasi antara Australia dan Singapura dalam proyek ini menunjukkan komitmen kedua negara untuk memajukan energi bersih dan berkelanjutan. Ini adalah bagian dari upaya global untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan.
Denmark Inggris
Viking Link adalah proyek interkoneksi listrik antara Denmark dan Inggris yang sedang dikembangkan. Proyek ini akan menghubungkan jaringan listrik Denmark (via Pulau Jutlandia) dengan Inggris melalui kabel bawah laut sepanjang sekitar 760 kilometer. Viking Link dirancang untuk meningkatkan kapasitas perdagangan energi antara dua negara ini, memungkinkan transfer daya hingga 1.400 megawatt (MW). Ini juga diharapkan dapat mendukung integrasi energi terbarukan, seperti tenaga angin, yang semakin dominan di wilayah tersebut.
Viking Link dirancang untuk menciptakan hubungan listrik langsung antara Denmark (melalui Jutlandia) dan Inggris. Ini akan memungkinkan kedua negara untuk saling memanfaatkan kapasitas produksi dan konsumsi energi mereka, meningkatkan keamanan pasokan energi dan stabilitas jaringan.
Kabel Viking Link akan berjalan di bawah laut sepanjang sekitar 760 kilometer dari Vejen di Denmark ke Bicker Fen di Lincolnshire, Inggris. Kabel ini akan memiliki kapasitas transfer daya hingga 1.400 megawatt (MW), cukup untuk memasok listrik untuk sekitar 1,4 juta rumah di Inggris.
Proyek Viking Link juga diharapkan membantu dalam integrasi energi terbarukan, seperti tenaga angin laut (offshore wind), yang semakin berkembang di kedua negara ini. Transfer daya yang lebih efisien antara Denmark (yang memiliki kapasitas energi terbarukan yang signifikan) dan Inggris (yang memiliki kebutuhan energi yang besar) dapat membantu mengurangi emisi karbon secara keseluruhan.
Viking Link juga diharapkan membawa manfaat ekonomi melalui pembangunan dan pekerjaan selama konstruksi, serta potensi untuk memperluas pasar energi lintas batas antara Denmark dan Inggris.
Kreta (Yunani) dengan Israel
Proyek ini dikenal dengan beberapa nama, termasuk EuroAsia Interconnector dan juga dapat disebut sebagai bagian dari inisiatif Med-TSO (Mediterranean Transmission System Operators).
Proyek ini bertujuan untuk membangun koneksi listrik antara Kreta, Yunani, dan Israel dengan kapasitas transfer daya hingga 2000 megawatt (MW). Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan keamanan energi di wilayah Mediterania Timur, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan meningkatkan integrasi energi terbarukan seperti tenaga angin laut dan energi surya, serta memfasilitasi perdagangan energi lintas batas.
Jaringan transmisi bawah laut ini akan berjalan sepanjang sekitar 1500 kilometer melalui Laut Tengah. Ini akan melibatkan penggunaan kabel bawah laut khusus yang dirancang untuk menanggung tekanan dan kondisi lingkungan laut yang berbeda.
Proyek ini diharapkan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan dengan menciptakan lapangan kerja selama konstruksi dan operasi, serta memungkinkan kedua negara untuk berbagi sumber daya energi mereka secara lebih efisien. Secara lingkungan, proyek ini dapat membantu mengurangi emisi karbon dengan mempercepat penggunaan energi terbarukan dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.
Proyek ini telah melalui berbagai tahap perencanaan, termasuk studi kelayakan, perizinan, dan negosiasi kontrak. Rencananya, proyek akan dilaksanakan dalam beberapa fase dengan target untuk menghubungkan Kreta dengan Siprus dan kemudian Siprus dengan Israel, menciptakan koridor energi yang lebih besar di wilayah Mediterania.
Proyek ini melibatkan kolaborasi antara berbagai pihak termasuk pemerintah, regulator, operator jaringan, dan investor swasta baik dari Yunani, Israel, dan negara-negara lain di Eropa. Investasi dalam proyek ini diharapkan untuk memberikan pengembalian jangka panjang yang signifikan bagi semua pihak yang terlibat.
Amerika Serikat
Di AS, pemerintahan Biden mendorong untuk mempermudah perizinan untuk jalur yang memperkuat jaringan negara, meningkatkan harapan untuk lebih banyak proyek. Saluran transmisi tegangan tinggi sepanjang 339 mil yang sedang dibangun akan menyalurkan tenaga air ke Kota New York dari Quebec. Saluran sepanjang 550 mil akan menyalurkan tenaga angin ke California dan Arizona dari New Mexico. “Yang Anda butuhkan adalah sedikit katalisator,” kata Matthieu Muzumdar, mitra dan wakil kepala eksekutif di investor infrastruktur Meridiam. “Beberapa program federal dan negara bagian yang kami lihat bisa menjadi bagian dari itu.”
Di luar negeri, Meridiam adalah investor utama dalam koneksi pertama antara Inggris dan Jerman, dan bermaksud untuk berinvestasi dalam saluran listrik sepanjang 750 mil yang direncanakan yang menghubungkan Yunani ke Israel, melalui Siprus. Proyek ini akan menurunkan panjang kabel yang beratnya sama dengan Menara Eiffel hingga kedalaman sekitar 2 mil di Mediterania. Permintaan kabel dapat tersendat jika pertumbuhan energi terbarukan tidak memenuhi harapan—atau jika proyek-proyek besar tersendat.
Tantangan impor listrik
Secara singkat, tantangan utama impor listrik dari negeri-negeri yang jauh memerlukan pembangunan infrastruktur transmisi yang mahal dan kompleks, seperti kabel bawah laut, serta mengatasi birokrasi dan izin yang rumit. Perlu mengatasi kerugian daya yang tinggi dan meningkatkan efisiensi dalam mentransfer daya listrik jarak jauh.
Menjaga kestabilan dan keandalan jaringan listrik lintas batas agar tidak terpengaruh oleh gangguan atau pemadaman. Harmonisasi regulasi dan kebijakan antarnegara untuk memfasilitasi perdagangan energi lintas batas. Mempertimbangkan aspek keamanan energi dan faktor geostrategis terkait ketergantungan energi dari negara-negara lain. Menangani manajemen pasar energi lintas batas dan mengelola biaya operasional yang terkait dengan impor energi dari jarak jauh. Dengan mengatasi tantangan ini, impor listrik dari negara-negara yang jauh dapat mendukung integrasi energi terbarukan dan keberlanjutan energi secara global.