Budaya Adaptif di Era AI: Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Henkel?

(Business Lounge Journal – Human Resources)

Transformasi digital bukan lagi sekadar tentang teknologi. Di era disrupsi, keberhasilan adopsi digital ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia dan budaya organisasi yang mendukung perubahan. Henkel, perusahaan global di bidang bahan kimia dan barang konsumen, menjadi contoh bagaimana perusahaan dapat menyelaraskan inovasi teknologi dengan pengembangan SDM untuk menciptakan keunggulan kompetitif berkelanjutan.

Transformasi Digital Berbasis Manusia: Tren Global yang Telah Dimulai Sebelum Pandemi

Jauh sebelum pandemi COVID-19 mempercepat digitalisasi, banyak perusahaan besar sudah memulai langkah transformasi berbasis manusia. Sejak konsep Industry 4.0 diperkenalkan di Jerman pada tahun 2011, transformasi digital tidak lagi dipandang semata sebagai investasi perangkat keras atau perangkat lunak, melainkan sebagai perubahan menyeluruh dalam cara kerja, berpikir, dan berinovasi.

General Electric, misalnya, meluncurkan inisiatif “GE Digital” pada tahun 2015 untuk menjelma menjadi perusahaan industri berbasis data. Siemens menciptakan platform pelatihan internal dan bermitra dengan universitas serta startup untuk mempercepat pelatihan digital sejak 2014. Di Asia, raksasa seperti Tencent dan Alibaba mulai mengintegrasikan teknologi canggih seperti big data, cloud, dan AI sejak 2013, sambil membangun budaya kerja yang agile dan kolaboratif.

Tren ini menunjukkan satu hal penting: perusahaan yang berhasil dalam transformasi digital adalah mereka yang membangun budaya adaptif secara proaktif—bukan sekadar bereaksi saat krisis datang.

Henkel: Transformasi Digital yang Bertumpu pada SDM

Henkel menempatkan pengembangan SDM sebagai fondasi dari strategi digitalnya. Sejak semula Henkel menyatakan bahwa inovasi adalah bagian penting dari DNA Henkel, dan transformasi digital tidak hanya menyangkut aspek teknologi, tetapi juga transformasi budaya. Karena itu Henkel APAC berpendapat bahwa SDM memiliki peran penting dalam mendukung perubahan sehingga mereka perlu dibekali kompetensi yang relevan. Di kawasan Asia Pasifik, perusahaan ini menyadari bahwa peningkatan kapabilitas digital harus berjalan seiring dengan pembentukan budaya pembelajaran yang kuat. Tujuannya bukan hanya efisiensi, melainkan juga untuk mempertahankan dan memotivasi talenta terbaik.

Sejak tahun 2018, Henkel meluncurkan program Digital Upskilling secara global. Program ini menilai kesiapan digital karyawan, menyediakan pelatihan berbasis data, dan mendorong perubahan budaya kerja ke arah yang lebih kolaboratif dan inovatif. Ini bukan inisiatif HR semata, melainkan bagian dari strategi bisnis yang menyeluruh.

Salah satu keunggulan pendekatan Henkel adalah penggunaan data dalam menyusun program pelatihan. Terdapat dua tingkat evaluasi:

  • Digital BaseFit, yang mengukur pemahaman dasar teknologi seperti Industry 4.0 dan platform internal.
  • Digital ExpertFit, yang dirancang khusus untuk keluarga pekerjaan tertentu, seperti marketing atau logistik, dengan fokus pada keterampilan yang dibutuhkan 3–5 tahun ke depan.

Melalui pendekatan ini, Henkel dapat merancang pelatihan yang presisi dan relevan, sesuai kebutuhan nyata dari tiap fungsi kerja.

HR DIGI+ Academy: Dari Ilmu ke Aksi Nyata

Salah satu inisiatif unggulan Henkel adalah HR DIGI+ Academy, sebuah program pembelajaran mendalam yang dirancang untuk membekali karyawan dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman nyata. Program ini dibangun di atas tiga pilar:

  1. Pengetahuan, melalui video, tutorial, dan materi terkurasi.
  2. Keterampilan, lewat tugas praktik dan proyek nyata.
  3. Pengalaman, dengan penerapan langsung pada tantangan bisnis perusahaan.

Program ini tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga memberi ruang bagi peserta untuk menciptakan solusi nyata. Proyek-proyek terbaik bahkan diadopsi menjadi program resmi perusahaan.

Keterlibatan yang Tinggi, Apresiasi yang Nyata

Menariknya, meskipun bersifat sukarela, tingkat partisipasi karyawan dalam inisiatif ini sangat tinggi. Hal ini mencerminkan bahwa program ini dilihat sebagai investasi nyata dari perusahaan untuk pengembangan individu. Peserta tidak hanya belajar, tetapi juga mendapatkan pengakuan nyata atas kontribusi mereka dalam proyek-proyek berdampak.

Henkel menunjukkan bahwa keberhasilan transformasi digital tidak lepas dari penciptaan komunitas pembelajar yang saling menginspirasi dan mendorong pertumbuhan bersama.

Langkah Strategis Menuju 2025: Teknologi, Budaya, dan Inklusi

Menatap masa depan, Henkel terus memperkuat transformasi digital dengan berbagai langkah strategis:

  • Integrasi kecerdasan buatan (AI) untuk otomatisasi, pengembangan produk, dan interaksi pelanggan.
  • Pendirian pusat teknologi global di Bangalore, India, yang menjadi rumah bagi lebih dari 500 ahli IT.
  • Inisiatif Accelerate Cultural Transformation (ACT) yang diluncurkan pada 2023 untuk memperkuat kolaborasi lintas tim serta keberagaman dan inklusi.
  • Cuti orang tua netral gender selama delapan minggu dengan gaji penuh di seluruh dunia.
  • Platform pembelajaran digital dengan lebih dari 4.000 modul yang mencakup keterampilan digital, kepemimpinan, dan budaya kerja yang agile.

Langkah-langkah ini memperkuat posisi Henkel sebagai perusahaan yang tidak hanya mengadopsi teknologi, tetapi juga membangun budaya dan kapabilitas SDM untuk menghadapi tantangan masa depan.

Digitalisasi yang Berakar pada SDM

Henkel membuktikan bahwa transformasi digital yang sukses dimulai dari transformasi manusia. Melalui program-program seperti Digital Upskilling dan HR DIGI+ Academy, Henkel tidak hanya mempercepat adopsi teknologi, tetapi juga menciptakan budaya belajar yang mendalam dan berdampak.

Dalam dunia yang terus berubah, perusahaan yang mampu menempatkan SDM sebagai pusat inovasi akan lebih siap menghadapi masa depan—dan Henkel telah menunjukkan bagaimana strategi ini dapat dijalankan secara konkret dan berkelanjutan.