Interview Brian Imawan, CEO Jumpstart: Vending Machine as a Retail Destination

(Business Lounge Journal – Interview Session)

Berdirinya JumpStart

JumpStart berdiri pada tahun 2016 sebagai jawaban dari permasalahan pribadi, demikian seperti yang diungkapan Brian Imawan, CEO JumpStart dalam sebuah interview dengan Business Lounge Journal. Brian dan dua orang rekan yang bersama-sama menjadi Co-founder JumpStart sempat memiliki kendala untuk menemukan tempat membeli kopi ketika masih bekerja di sebuah area perkantoran. Kemudian ia berpikir alangkah senangnya jika ada vending machine kopi di kantornya. Inilah awal mula sebuah usaha rintisan JumpStart dimulai untuk menjadikan vending machine as a retail destination.

Brian dan kedua temannya kemudian mengundurkan diri dari pekerjaannya dan mulai mendirikan JumpStart.

Dimulai dengan 2 mesin pada tahun 2018, bertambah menjadi 45 pada tahun yang sama hingga sekarang menjadi lebih dari 1300 mesin. Kini JumpStart terus menambahkan mesinnya sebanyak 100 – 150 mesin per bulan.

Artificial Intelligence

Kecanggihan mesin pun semakin bertambah. Semula sistem permbayaran yang tersedia adalah dengan memasukkan uang cash. Namun karena sering kali terkendala dengan uang kertas yang ‘kusut’, maka dikembangkanlah digital payment. Teknologi semakin berkembang hingga akhirnya vending machine JumpStart pun menjadi yang pertama di Indonesia menggunakan Artificial Intelligence. Para pelanggan pun dapat membeli kopi dari gadget mereka yang kemudian diklaim di mesin untuk menghindari menyentuh mesin.

Inovasi terus berjalan hingga vending machine JumpStart tidak hanya menyediakan kopi tetapi juga berbagai produk lain dari banyak brand. Seperti berbagai cemilan, hingga barang-barang UMKM. JumpStart juga membuka kesempatan untuk berkolaborasi dengan berbagai brand. Sebab JumpStart ingin mendukung produk-produk UMKM dalam negeri.

Semakin serius dengan vending machine, Brian beserta timnya sedang mengupayakan untuk membuat vending machine sendiri secara lokal.

Baca: Keren! UMKM Sekarang bisa Berjualan Lewat Vending Machine

vending machine as a retail destination

Business Model

JumpStart memiliki business model berdasarkan partnership. Mereka yang menginginkan keberadaan vending machine di lokasi mereka, hanya perlu menyediakan space serta listrik, tanpa ada fee apa pun. Namun tentu saja pihak JumpStart akan melakukan analisa terlebih dahulu untuk setiap pengajuan.

Vending machine pun dapat menjadi sebuah fasilitas yang dibutuhkan namun juga tidak menutup kemungkinan untuk membuat kesepakatan untuk adanya profit sharring.

As a retail destination

Brian mengakui bahwa pada umumnya, vending machine adalah sesuatu yang membosankan. Namun JumpStart memiliki caranya sendiri untuk membuat vending machine justru sebagai sebuah retail destination. Sehingga ketika seseorang berkunjung ke suatu tempat di mana ada vending machine JumpStart ada, maka kunjungan tersebut tidak akan lengkap bila tidak mampir ke vending machine Jumpstart.

Untuk itu, JumpStart pun terus berinovasi dengan melengkapi vending machine-nya dengan game yang akhirnya bisa untuk meng-claim produk.

Vending Machine as a Retail DestinationKompetisi dengan coffee shop?

Ketika ditanyakan apakah JumpStart memperhitungkan untuk berkompetisi dengan keberadaan coffe shop yang menjamur, maka Brian menjawab bahwa merea tidak berkompetisi. Bagi Brian, JumpStart dan coffe shop adalah saling melengkapi. Sebab JumpStart selalu menawarkan apa yang tidak ditawarkan coffee shop, termasuk produk dan kecanggihan mesin.

Segmen yang dibidik oleh JumpStart jelas bukan mereka yang sedang ingin duduk-duduk santai, tetapi mereka yang sedang tidak memiliki banyak waktu namun tetap ingin minum kopi.

Baca: Wamenkeu Berikan Apresiasi UMKM Yang Mampu Pasarkan Produknya Ke Mancanegara

Tantangan

Perlu diakui bahwa sebagian besar masyarakat kita pada umumnya belum terbiasa dengan vending machine. Sehingga masih ada rasa ‘ragu’ untuk berbelanja lewat vending machine.

Namun dari hari ke hari, semakin banyak orang yang mulai terbiasa dengan teknologi ini. Vending machine pun menjadi sesuatu yang dibutuhkan bagi sebagian orang.

Kultur Minum Kopi

Bagi masyarakat Indonesia, minum kopi tidak lagi dapat dipisahkan dari kesehariannya. Bahkan Brian menyebutkan bahwa budaya minum kopi telah menjadi bagian dari 90% rakyat Indonesia. Fakta ini merupakan sebuah kenyataan yang juga terjadi pada banyak negara maju.

Third wave of coffee masuk di Indonesia mulai tahun 2011-2012. Sejak itu coffee shop pun menjamur di seluruh pelosok Indonesia.

Namun sebuah fakta bahwa adanya perkembangan bagaimana terjadi kebiasaan yang semula minum kopi instant menjadi menyukai kopi hitam, adalah juga sebuah kenyataan. Brian dan teman-temannya juga mengalami hal serupa. Semula mengkonsumsi kopi instant, kemudian bergeser ke capucino, hingga akhirnya black coffee. Ini merupakan sebuah bukti bahwa semakin banyak orang yang bisa mengapresiasi rasa kopi yang mereka nikmati.

Vending Machine as a Retail DestinationMimpi JumpStart

JumpStart akan terus berkembang dan berinovasi. Brian dan tim sedang bersiap untuk membidik kota-kota lain di Indonesia, bahkan negara-negara tetangga.

Kecanggihan mesin pun akan terus dikembangkan. Masih banyak variasi mesin dapat direalisasikan JumpStart. Sebab vending Machine dapat juga menyajikan mulai dari logam mulai hingga berbagai produk makanan seperti: es krim, cake, pizza, frozen food, ramen, bahkan hingga gorengan. Wow!

Budaya Kerja JumpStart

Saat ini, JumpStart memiliki tim hingga 130 orang. Sebagai culture yang dibangun oleh Brian dan tim adalah bottom up. Siapa saja dalam mengemukakan idenya. Bahkan semua di-encourage untuk jangan takut salah. Jika ada yang penasaran untuk membuat sesuatu, diberikan kebebasan untuk mencobanya. Namun tentu saja dengan kordinasi dan dalam skala yang kecil dan cost yang minim.

Bagian ini dapat menjadi pembelajaran dengan mengamati data yang ada. Jika ternyata berhasil, maka dapat diimplementasikan kembali. Semua harus berdasarkan result oriented dan apakah KPI-nya tercapai. Ini adalah bagian dari tanggung jawab setiap bagian tim.

Be Paranoid

Uniknya, Brian bukanlah seorang lulusan ilmu bisnis, entrepreneurship, atau yang sejenisnya. Brian memiliki latar belakang pendidikan hukum. Namun ia lahir dari keluarga pebisnis. Sehingga tidak asing baginya, jika ia juga merintis bisnisnya sendiri.

Ketika diminta menceritakan pengalamannya ketika merintis JumpStart, Brian mengibaratkan bahwa sebuah seorang entrepreneur adalah ibarat orang yang sednag berlayar dengan sebuah kapal. Sebagai sebuah bisnis maka sudah pasti akan melakukan rekrutmen. Karena itu seorang founder harus memiliki tanggung jawab atas seluruh timnya. Ia adalah seseorang yang harus berpikir jauh ke depan.

“Prinsipnya be paranoid,” demikian yang dikatakan Brian. Bahwa seorang founder harus dapat memprediksi tantangan apa yang ada di depannya. Apa yang harus ditangani sebelum hal yang diprediksi tersebut terjadi. Sebab tanpa sadar, apa yang diprediksi itu adalah sebuah bom waktu yang dapat meledak sewaktu-waktu.

Pandemi adalah sebagai contohnya. Dibutuhkan sebuah kreativitas untuk mempertahankan kapal dapat terus berlayar. Management team adalah yang yang paling bertanggung jawab pada semua tim sebab mereka adalah bagian dari keluarga.

Itulah sebabnya bagi Brian, penting untuk terus berinovasi, berpikir ke depan, dan mencari untung tanpa harus menerapkan “bakar uang”.

Beberapa entrepreneurial tips yang diberikan Brian ketika menutup perbincangan:

  • Sebelum launching bisnis, pertimbangkan untung dan ruginya. Bukan hanya untungnya saja. Perhatikan hal-hal kecil sejak awal, termasuk masalah pembukuan, atau hal-hal lain yang mungkin tidak kita sukai.
  • Ingat bahwa ada banyak kesempatan untuk berusaha
  • Jangan takut untuk berusaha yang penting semuanya calculated

Vending Machine as a Retail Destination