Interview Session: Selfies Turn Into Art Form

(Business Lounge Journal – Special Report)

Bak gayung bersambut, hal ini pun direspon oleh para seniman yang membuat karya-karya aktual dan kekinian, misalnya dengan menggunakan multimedia atau menggunakan gaya-gaya yang futuristik, smart, meriah, yang menunjukkan suatu spirit untuk maju dan untuk berkembang.

Tidak dapat dipungkiri bahwa penikmat seni dari kalangan masyarakat kebanyakan, semakin bertambah. Hal ini seiring dengan tumbuhnya tingkat perekonomian yang juga diikuti dengan pertumbuhan pendidikan di Indonesia yang mengiringi tumbuhnya ketertarikan pada dunia kesenian sebagai lifestyle. “Jadi sekarang ini, banyak perhelatan di kalangan pendidikan, pada kelas menengah, atau juga pengusaha-pengusaha muda yang memiliki passion juga terhadap art,” demikian Andre menjelaskan.

Hal ini nampak dalam setiap perhelatan yang kini banyak dihadiri mereka yang baru saja menaruh minat pada seni, misalnya saja para banker, businessman, atau para profesional lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa passion terhadap art itu kini telah menjadi suatu lifestyle walaupun tidak sampai berlebihan namun telah menunjukkan adanya kertertarikan. Bak gayung bersambut, hal ini pun direspon oleh para seniman yang membuat karya-karya aktual dan kekinian, misalnya dengan menggunakan multimedia atau menggunakan gaya-gaya yang futuristik, smart, meriah, yang menunjukkan suatu spirit untuk maju dan untuk berkembang.

Salah satu yang jelas terlihat bagaimana adanya tren di kalangan anak muda Jakarta untuk ber-selfie-ria di depan karya seni. Terlepas dari hanya merupakan sebuah kesenangan belaka, namun hal ini dapat dikatakan sebuah investasi terhadap dunia seni dan kebudayaan yang patut dibanggakan. Hal ini jugalah yang terbukti meningkatkan jumlah pengunjung Galeri Nasional hingga ke angka 1000 hanya dalam satu hari.

Dimulai dari menikmati, maka Andre percaya bahwa mereka kelak pun akan mendalami arti seni itu sendiri. Sebab bagaimana pun, mereka akan menemukan suatu suasana yang berbeda dibandingkan berkunjung ke mall yang akan sangat monoton.

“Segala sesuatu akan berangkat diawali dari ketertarikan. Bahwa itu merupakan ketertarikan karena spot foto yang menarik, yang di-share lewat medsos, tetapi akan menciptakan ruang dialog. Sebuah komen pada akhirnya membutuhkan suatu penjelasan dan menuntut informasi yang lebih mendalam,” demikian pemaparan Andre.

Walaupun kebanyakan para pengunjung Galeri Nasional Indonesia datang hanya untuk mengabadikan pose mereka di depan berbagai karya seni, namun Galeri Nasional tidak akan mengeluarkan larangan untuk berfoto. Tetapi Galeri Nasional Indonesia akan tetap menegakkan etika dalam mengapresiasi karya seni, misalnya dengan tidak mengijinkan berfoto dengan menggunakan flash, tidak menggunakan tongsis, atau pun larangan untuk menyentuh karya seni.

“Kalau kita sekedar melarang dengan keras, justru minat awal yang sudah membuat mereka ‘bela-belain’ datang akan menimbulkan kekecewaan yang akan membuat mereka tidak akan lagi berkunjung,” terang Andre.

Business Lounge Journal/VMN/BLJ