Kuda dalam Tradisi Mongolia

(Business Lounge Journal – Culture)

Kuda dan tradisi berkuda memainkan peran yang sangat signifikan dalam kehidupan sehari-hari dan identitas nasional Mongolia. Untuk memahami orang Mongolia, kita harus melihat mereka dalam konteks berkuda. Tanpa kuda, orang Mongolia hanya dianggap setengah Mongolia.

Jumlah kuda di Mongolia mencapai lebih dari 5 juta ekor, melebihi jumlah penduduknya yang sekitar 3,3 juta jiwa. Kuda-kuda ini hidup di luar ruangan sepanjang tahun, menghadapi suhu ekstrem dari 30 derajat Celsius di musim panas hingga -40 derajat Celsius di musim dingin. Mereka mencari makan sendiri tanpa bantuan manusia.

Kuda di Mongolia memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pertanian, perang, seni, dan olahraga. Karavan nomaden sering melakukan perjalanan panjang dengan kuda. Tidak ada tempat lain di dunia yang menempatkan kuda sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari seperti di Mongolia.

Di abad ke-21, Mongolia masih mempertahankan tradisi berbasis kuda dan budaya pastoralnya. Penduduk Mongolia yang semi-nomaden hidup dengan memelihara lima jenis hewan ternak utama: kuda, sapi, unta, domba, dan kambing. Dari kelima hewan ini, kuda memiliki peran paling berharga karena digunakan untuk bepergian, menggembala, berburu, dan olahraga.

Kuda umumnya dianggap sebagai wilayah laki-laki, meskipun perempuan juga memiliki pengetahuan luas tentang menunggang kuda. Laki-laki biasanya terlibat dalam penggembalaan dan balapan kuda.

Kuda perang Mongolia dianggap lebih superior dibandingkan ras kuda lainnya. Mereka tidak membutuhkan banyak air dan dapat bertahan lama tanpa diberi makan biji-bijian seperti kuda Eropa, sehingga membuat mereka lebih kuat menghadapi musim dingin. Kemampuan mereka mencari makanan di bawah salju juga menjadi keunggulan tersendiri.

Seorang penggembala yang tinggal di luar Ulan Bator, ibu kota Mongolia, mengatakan bahwa orang Mongolia menghormati kuda sebagai teman siang dan malam. Kuda adalah sumber kebahagiaan dan kebanggaan bagi seorang penggembala Mongolia. Mereka mengatakan tanpa kuda, mereka bukan apa-apa.

Di luar Ulan Bator, kuda masih menjadi alat transportasi utama. Anak-anak Mongolia mulai belajar berkuda sejak usia tiga tahun. Pacuan kuda adalah olahraga favorit di sana, dan anak-anak kecil sering kali menjadi jokinya, karena orang Mongolia percaya bahwa perlombaan menguji kemampuan kuda, bukan kemampuan penunggangnya.

Kuda sangat berharga karena susu, daging, dan rambutnya. Kuda betina diperah enam kali sehari selama musim panas. Susu kuda digunakan untuk membuat airag, minuman beralkohol ringan yang dibuat dengan memfermentasi susu kuda. Rambut kuda digunakan untuk membuat alat musik tradisional yang disebut Morin Khuur.