(Business Lounge Journal – Medicine)
Kejadian COVID-19 beberapa bulan terakhir ini memang merupakan sesuatu yang sangat mengejutkan bagi dunia. Hari ini, Jumat (20/3) telah tercatat sudah 252.776 kasus COVID-19 di 182 negara di seluruh dunia. Jumlah negara di dunia saja 195 negara. Hampir 93% dunia terpapar COVID-19. Kenaikan kasus di beberapa negara seperti di Italia dan Iran, melonjak cukup tinggi. Sedangkan di Indonesia, hari ini (Jumat, 20 Maret 2020) Achmad Jurianto, Jubir Pemerintah untuk COVID-19 menginfokan bahwa total positif COVID-19 adalah 60 kasus baru, dengan total 369 dengan 17 sembuh dan 32 meninggal dunia. Angka kematian atau case fatality rate Indonesia adalah 8.6%. Termasuk tinggi dibandingkan dengan negara lain.
Apakah kondisi ini membuat kita takut? Sejak 15 Maret 2020 diumumkan bahwa sekolah-sekolah diliburkan selama dua minggu dan para siswa belajar di rumah. Demikian pula dengan kantor-kantor banyak yang mengambil kebijakan merumahkan karyawannya. Anda pun mulai menyadari bahwa dampak virus ini bukan hanya sakit penyakit tapi berdampak pada ekonomi suatu bangsa. Walau sudah lama membaca berita tentang COVID-19 namun apakah kita mental kita siap menghadapinya?
Apakah Takut itu Wajar?
Ya, rasa takut dan kaget itu wajar dan pastilah memerlukan waktu untuk dapat beradaptasi dengan kondisi-kondisi yang ada. Rasa nyaman yang selama ini Anda miliki ketika berada di negara yang Anda cintai, kini sepertinya terusik. Memang wajar, namun harus dapat dikendalikan dan jangan dibiarkan merusak pikiran dan hati Anda. Jangan biarkan ketakutan merampas hari-hari Anda.
Memahami Response Tubuh Terhadap Kondisi
Tubuh kita memiliki response system yang disebut sebagai “flight or fight”, yaitu suatu respons tubuh terhadap stress. Dapat saja kita menjadi berdebar atau bernafas lebih cepat. Beberapa orang dapat merasakan rasa tertindih di dada ataupun bentuknya menjadi lebih sensitif terhadap suara atau apa yang dilihat.
Reaksi tubuh ini dimulai dari Amygdala yang menanggapi berita atau kabar yang kita dengar dan kita saksikan. Stressor ini akan membuat hypothalamus mengaktifkan system saraf simpatik dan system saraf adrenal-kortikal. Respons ini ada agar manusia dapat mengelola dan memilih tindakan apa yang akan dilakukan bila ancaman datang. Apakah akan menghadapi ancaman ataukah akan lari dari ancaman? Apakah akan takut ataukah berani menghadapinya?
Taklukkan Rasa Takut
Namun tidak perlu kuatir, semua orang dapat menaklukkan rasa takutnya. Taklukkanlah rasa takut dengan cara:
- Bercerita tentang perasaan yang Anda alami kepada orang yang Anda percaya. Jangan disimpan sendiri sebab menyimpan dapat membuatnya semakin bertambah. Disaat ketika kita sedang mempraktekkan social distancing maka Anda dapat bercerita menggunakan media sosial yang ada seperti facebook, instagram, WA call, dan lainnya.
- Mengelola emosi dengan menerima dan mengakui kecemasan yang Anda alami bahwa memang itu terjadi namun kontrol emosi tersebut dengan mengelola pikiran Anda berpikir secara positif. Gunakan pikiran-pikiran positif untuk membangkitkan kembali rasa percaya diri Anda ataupun kegembiraan Anda yang hilang. Seperti misalnya Anda mensyukuri saat-saat bisa bersama keluarga di saat WFH (working from home), berpikiran positif bahwa segala sesuatu memang ada waktunya dan pasti akan berlalu, bersyukur memiliki teman tempat berbagi pikiran dan perasaan di saat seperti ini dan lainnya.
- Walau memonitor berita namun Anda juga memerlukan saat untuk lepas dari gadget. Baik itu untuk beraktivitas bersama keluarga, bermain bersama anak, menikmati musik dan lagu serta berdoa secara pribadi tentunya. Kegiatan yang hanya gadget-an seharian dan memantau berita tanpa aktivitas lain hanya akan menambah kecemasan.
Apa Dampak Rasa Takut yang Berlebihan?
Setiap orang yang memiliki ketakutan dan cemas yang berlebihan justru dapat membahayakan. Berikut ini adalah apa yang dapat terjadi sebagai dampaknya.
- Kecemasan dan ketakutan akan menurunkan imunitas serta menimbulkan penyakit fisik seperti naiknya tekanan darah, sesak nafas, naiknya asam lambung, sakit kepala, nyeri seluruh tubuh, dan lain sebagainya.
- Kehilangan konsentrasi dalam beraktivitas sehingga tidak mampu mengerjakan aktivitas lainnya
- Menimbulkan depresi, kesehatan jiwa menjadi terganggu
- Menimbulkan tindakan dan pikiran yang irrasional seperti misalnya belanja berlebihan saking takutnya lockdown, phobia bila masuk ke tempat umum dan bahkan bisa timbul keinginan untuk bunuh diri.
- Menularkan ketakutan pada orang lain. Manusia adalah mahluk sosial yang komunikatif, sadar atau tidak perkataan Anda akan mempengaruhi pikiran orang lain juga. Jangan sampai kita saling menularkan ketakutan dengan perkataan-perkataan yang negatif.
Banyak bukan dampaknya? Jadi siapkan mental dan hadapi saja dengan berani. Ini semua merupakan sesuatu yang memang harus kita lewati bersama-sama sebagai suatu bangsa. Kita harapkan situasi ini akan segera berlalu dan kota-kota kita dapat kembali normal.
dr. Vera Herlina,S.E.,M.M/VMN/BL/Senior Editor, Coordinating Partner of Management & Technology Services, Vibiz Consulting