(Business Lounge Journal – Manage Your Business) Bentuk perusahaan dengan kepemilikan keluarga atau family business sering diabaikan dan bukan pilihan untuk menjalankan bisnis. Padahal bisnis keluarga ada di sekeliling kita. Dari toko kelontong milik keluarga, jutaan usaha kecil menengah yang mendukung perekonomian negara, hingga perusahaan raksasa seperti Indofood, Gudang Garam, dan perusahaan keluarga berskala internasional seperti BMW, Samsung, atau Wal-Mart. Sepertiga dari perusahaan-perusahaan yang tercatat pada S&P 500 index dan 40 persen dari 250 perusahaan besar di Prancis dan Jerman adalah perusahaan keluarga. Hal ini berarti bahwa keluarga memiliki saham yang signifikan dan dapat mempengaruhi keputusan penting, khususnya dalam pemilihan top manajemen atau CEO.
Ketika perusahaan keluarga ini berkembang dari kondisi yang awal, mereka akan berhadapan dengan tantangan-tantangan untuk bisa terus memiliki kinerja yang bagus. Misalnya saja generasi yang meneruskan pendiri perusahaan dipaksa untuk meneruskan bisnis sekalipun mereka tidak cocok untuk pekerjaan itu, tentu saja menyebabkan kinerja perusahaan turun. Saat jumlah pemegang saham keluarga berkembang dari generasi ke generasi, yang jumlahnya sedikit untuk bekerja di bisnis, komitmen sebagai pemilik perusahaan tidak bisa begitu saja dianggap ada. Menurut hasil penelitian kurang dari 30 persen perusahaan keluarga bertahan sampai kepemilikan generasi yang ketiga. Perusahaan keluarga yang berhasil bertahan umumnya mengembangkan bisnis keluarganya tidak hanya dengan kepemilikan keluarga namun dengan bentuk kepemilkian bisnis yang lain.
Untuk berhasil bertumbuh sebagai perusahaan dan sebagai keluarga, bisnis keluarga harus bisa mengatasi dua tantangan yang saling terkait satu dengan yang lain: mencapai kinerja bisnis yang kuat dan memelihara keluarga untuk memiliki komitmen, dan kemampuan untuk bertindak sebagai pemiliki bisnis. Tujuh dimensi aktifitas perusahaan harus bekerja dengan baik dan sinkron untuk bisa menjawab kedua tantangan itu. Dimensi yang pertama adalah transformasi visi pendiri yang dapat berkesinambungan dari generasi ke generasi. Kedua, faktor alih generasi kepemimpinan yang tidak putus dari generasi ke generasi. Ketiga, hubungan yang harmonis antar anggota keluarga dan generasi penerus memiliki pengertian kenapa dan bagaimana bisa terlibat dalam bisnis. Keempat, struktur kepemilikan yang menyediakan modal yang cukup untuk bertumbuh yang juga membuat keluarga memiliki kendali pada bisnis. Kelima, memiliki portfolio bisnis yang kuat dan dinamis. Keenam adanya manajemen yang profesional dari kekayaan keluarga dan ketujuh memiliki yayasan aman yang mempromosikan nilai-nilai keluarga dari generasi ke generasi.
Dari tujuh atribut atau dimensi tersebut maka memiliki manajemen yang profesional dan komitmen, kapabilitas anggota keluarga yang tidak terputus untuk menjalankan perusahaan, merupakan dimensi yang prioritas. Kegagalan untuk memiliki dimensi ini akan membuat perusahaan keluarga akan merosot kinerjanya, tidak bertumbuh dan kepemilikannya akan beralih kepada pihak yang lain.
Fadjar Ari Dewanto/VMN/BD/MP Business Advisory Division, Vibiz Consulting, Vibiz Consulting Group