(Business Lounge – Technology) OpenAI, perusahaan di balik gelombang inovasi kecerdasan buatan generatif, kini bersiap memperluas jejak globalnya secara signifikan. Dalam langkah yang menandai aliansi teknologi dan geopolitik baru, OpenAI mengonfirmasi rencana pembangunan pusat data berskala masif di Uni Emirat Arab. Proyek ini, bernama Stargate UAE, merupakan bagian dari ekspansi infrastruktur global yang akan menopang lonjakan permintaan terhadap model-model AI berkapasitas besar yang terus dikembangkan perusahaan tersebut.
Seperti dilaporkan The Wall Street Journal, pusat data ini akan menjadi salah satu yang terbesar di dunia, memfasilitasi pelatihan model AI generatif kelas atas dan mendukung ambisi OpenAI untuk tetap berada di garis depan revolusi AI global. Pembangunan dilakukan bekerja sama dengan G42, sebuah perusahaan teknologi asal Abu Dhabi yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintahan UEA dan dikenal agresif dalam investasi teknologi canggih. Kemitraan ini mencerminkan konvergensi antara modal dari Timur Tengah dan teknologi dari Silicon Valley.
Dalam pernyataan resminya, CEO OpenAI Sam Altman menyebut proyek ini sebagai bagian dari “strategi multi-benua” untuk memastikan redundansi, keandalan, dan kapasitas sistem AI berskala global. Ia menekankan pentingnya distribusi geografis pusat data untuk meminimalkan risiko kegagalan regional dan menjamin keberlanjutan operasi model-model AI yang semakin besar dan intensif secara komputasi. Menurut laporan Bloomberg, Stargate UAE akan menjadi simpul penting dalam ekosistem teknis OpenAI, yang saat ini sangat bergantung pada pusat data di Amerika Serikat.
Proyek Stargate UAE diproyeksikan menelan biaya miliaran dolar, dengan sebagian besar pendanaan berasal dari pihak UEA. Pemerintah Uni Emirat Arab sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam laporan Financial Times, telah menjadikan kecerdasan buatan sebagai pilar utama dalam transformasi ekonomi nasionalnya. Sejak 2017, negara tersebut telah menunjuk Menteri Kecerdasan Buatan dan membentuk program strategis untuk menjadikan Abu Dhabi sebagai pusat riset dan komersialisasi AI.
Keputusan OpenAI untuk memperluas ke wilayah Teluk ini mencerminkan perubahan lanskap geopolitik AI. Jika selama ini pusat gravitasi teknologi AI terpusat di Amerika Serikat dan China, kini negara-negara teluk seperti Arab Saudi dan UEA mulai memainkan peran yang lebih aktif, bukan hanya sebagai investor, tetapi juga sebagai mitra dalam pengembangan dan penerapan AI secara langsung.
Namun, langkah ini juga memicu sejumlah pertanyaan dan kekhawatiran. Sebagaimana disorot oleh The New York Times, beberapa analis menyoroti potensi risiko terkait transparansi, kebebasan sipil, dan kontrol informasi, terutama mengingat catatan UEA dalam hal pengawasan dan regulasi digital yang ketat. Kritikus mempertanyakan bagaimana data yang dikumpulkan dan diolah oleh pusat data raksasa ini akan diawasi, serta sejauh mana OpenAI dapat menjamin prinsip-prinsip etika dan perlindungan privasi yang menjadi sorotan utama dalam diskusi AI global.
OpenAI sendiri menyatakan bahwa kerja sama dengan G42 dilakukan dengan komitmen terhadap prinsip-prinsip keamanan dan etika AI. Perusahaan menegaskan bahwa semua aktivitas pemrosesan data dan pelatihan model akan mengikuti pedoman internal yang ketat, termasuk audit keamanan berkala, pembatasan akses, serta kontrol atas penggunaan teknologi untuk tujuan militer atau politik. Reuters mencatat bahwa OpenAI memiliki klausul eksplisit dalam kontraknya yang melarang penggunaan teknologinya untuk pelanggaran HAM atau represi negara.
Proyek Stargate UAE diperkirakan akan mulai konstruksi penuh pada paruh kedua 2025 dan ditargetkan mulai operasional pada 2026. Kapasitas awalnya akan cukup untuk melatih dan menjalankan model AI setingkat GPT-5 dan generasi berikutnya, dengan kemungkinan ekspansi lebih lanjut tergantung pada permintaan dan perkembangan regulasi. Bloomberg mengungkapkan bahwa pusat data ini akan menggunakan pendingin berbasis air laut dan sistem energi terbarukan parsial untuk mengurangi jejak karbon, meskipun masih belum jelas seberapa jauh efisiensi energi yang bisa dicapai di iklim gurun yang ekstrem.
Ekspansi ini juga memiliki implikasi bagi industri pusat data secara global. Dengan meningkatnya kebutuhan daya komputasi AI, perusahaan seperti Microsoft, Google, dan Amazon juga memperluas kapasitas infrastruktur mereka ke berbagai wilayah, termasuk Asia Tenggara dan Amerika Latin. Namun, OpenAI—yang meskipun memiliki kemitraan dengan Microsoft—memilih jalur lebih independen untuk membangun pusat data strategis di luar jaringan Azure. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak hanya ingin menjadi penyedia model, tetapi juga ingin mengontrol penuh ekosistem infrastruktur tempat model-model itu dijalankan.
Menurut The Information, G42 akan bertanggung jawab atas pembangunan fisik dan pengoperasian awal pusat data, sementara OpenAI akan mengintegrasikan sistem perangkat lunak dan algoritma inti. Keduanya akan membentuk entitas gabungan untuk mengelola proyek, dengan pembagian kepemilikan yang tidak diungkapkan ke publik. Namun sumber internal menyebut bahwa pengawasan operasional tetap berada di bawah standar keamanan dan protokol yang ditetapkan oleh OpenAI.
Dalam konteks yang lebih luas, proyek ini mencerminkan strategi bertahan dan pertumbuhan OpenAI di tengah meningkatnya persaingan. Seiring dengan munculnya pesaing seperti Anthropic, Mistral, dan xAI, perusahaan harus mengamankan kapasitas komputasi yang tidak hanya besar tetapi juga tersebar. Ini sangat penting mengingat beban kerja model-model baru yang semakin besar dan mahal untuk dijalankan. Dalam wawancara dengan The Wall Street Journal, Sam Altman bahkan menyebut bahwa “kita tidak bisa membangun AGI jika hanya bergantung pada pusat data di satu negara.”
Sementara itu, pemerintah UEA melihat kerja sama ini sebagai validasi atas visinya menjadi kekuatan teknologi global. Dalam konferensi pers bersama, Menteri AI UEA Omar Sultan Al Olama menyatakan bahwa proyek Stargate UAE akan menciptakan ribuan lapangan kerja, mendorong inovasi lokal, dan menarik talenta global ke Abu Dhabi. Ia juga menekankan bahwa UEA ingin menjadi “platform netral” untuk pengembangan AI, menjembatani dunia Timur dan Barat dalam bidang teknologi masa depan.
Seiring proyek berjalan, tantangan terbesar akan muncul dalam bentuk pengawasan, transparansi, dan kepercayaan publik. Meskipun OpenAI telah membangun reputasi sebagai perusahaan riset yang mengutamakan keselamatan dan keterbukaan, ekspansi ke wilayah dengan tata kelola yang berbeda akan menuntut komitmen ekstra untuk menjaga nilai-nilai tersebut. Seperti dicatat oleh Financial Times, keberhasilan Stargate UAE bukan hanya soal kapasitas teknis, tetapi juga seberapa besar dunia percaya bahwa teknologi AI dapat dikembangkan tanpa dikompromikan oleh agenda politik atau ekonomi sempit.
Dengan Stargate UAE, OpenAI tidak hanya membangun pusat data. Ia sedang menguji apakah kecerdasan buatan masa depan bisa dilahirkan dari kolaborasi lintas benua, melampaui batas-batas geopolitik, dan tetap setia pada prinsip-prinsip keterbukaan, keamanan, dan tanggung jawab global.