(Business Lounge Journal – Global News)
Perusahaan kedirgantaraan asal Amerika Serikat, Boeing, mencatat tonggak sejarah baru setelah menerima pesanan terbesar untuk pesawat jet berbadan lebar dari Qatar Airways. Dalam sebuah pernyataan resmi yang dirilis oleh Gedung Putih, kesepakatan ini mencakup hingga 210 unit pesawat, gabungan antara Boeing 787 Dreamliner dan Boeing 777X, yang seluruhnya akan diproduksi di fasilitas Boeing dengan menggunakan mesin dari GE Aerospace.
Gedung Putih menyebutkan bahwa ini adalah “pesanan terbesar dalam sejarah Boeing untuk kategori pesawat berbadan lebar dan khususnya untuk model 787.” Nilai transaksi yang fantastis ini mencapai 96 miliar dolar AS, menjadikannya salah satu kesepakatan industri penerbangan paling signifikan dalam beberapa dekade terakhir.
Dampak Ekonomi Besar bagi Amerika Serikat
Menurut informasi resmi, kesepakatan ini diperkirakan akan menciptakan 154.000 lapangan kerja setiap tahun di Amerika Serikat dan lebih dari satu juta lapangan kerja secara kumulatif selama masa produksi dan pengiriman pesawat. Ini memberikan suntikan positif bagi industri manufaktur dan sektor tenaga kerja AS yang saat ini tengah mencari momentum pemulihan pascapandemi dan berbagai tantangan global lainnya.
Kesepakatan ini diumumkan bertepatan dengan kunjungan kenegaraan Presiden Donald Trump ke Qatar, dan dianggap sebagai hasil konkret dari penguatan hubungan ekonomi bilateral antara kedua negara. Qatar Airways sendiri dikenal sebagai salah satu maskapai premium di dunia yang terus berinvestasi dalam modernisasi armadanya, dan kerja sama ini menunjukkan kepercayaan tinggi terhadap kualitas produk dan rekam jejak Boeing di industri penerbangan global.
Angin Segar di Tengah Masa Sulit bagi Boeing
Bagi Boeing, kesepakatan ini menjadi titik cerah di tengah berbagai tantangan berat yang dihadapi dalam beberapa tahun terakhir. Sejak tahun 2018, perusahaan belum mencatatkan laba tahunan. Salah satu penyebab utamanya adalah dua kecelakaan tragis pesawat 737 Max yang terjadi pada 2018 dan 2019, termasuk insiden di Laut Jawa yang menewaskan 189 orang. Peristiwa tersebut mengguncang kepercayaan publik dan menyebabkan peninjauan besar-besaran terhadap sistem keamanan produk Boeing.
Masalah tidak berhenti di sana. Pada awal tahun 2024, terjadi insiden serius lainnya ketika penutup pintu darurat pesawat Boeing meledak dalam penerbangan Alaska Airlines. Peristiwa ini kembali memunculkan sorotan tajam dari otoritas penerbangan sipil Amerika (FAA) dan menyebabkan pengetatan regulasi serta penundaan proses produksi.
Di saat yang sama, hubungan dagang antara AS dan China juga memperburuk situasi. Pada bulan April 2025, pemerintah China secara terbuka memerintahkan maskapai-maskapai nasional untuk menunda penerimaan pesawat baru dari Boeing sebagai bentuk balasan atas kebijakan tarif Presiden Trump terhadap Negeri Tirai Bambu. Hal ini membuat Boeing kehilangan salah satu pasar ekspor paling strategis di dunia.
Namun, dengan adanya kesepakatan besar dengan Qatar Airways ini, Boeing mendapat momentum positif untuk memperkuat posisi globalnya dan memulihkan kepercayaan investor serta mitra internasional.
Kontroversi Hadiah Pesawat untuk Presiden Trump
Di tengah euforia pengumuman kontrak besar ini, muncul pula sorotan tajam terhadap keputusan Qatar yang dilaporkan akan menghadiahkan sebuah pesawat Boeing senilai 400 juta dolar AS kepada Presiden Trump untuk digunakan sebagai Air Force One yang baru.
Beberapa anggota Kongres dari Partai Republik menyuarakan kekhawatiran atas potensi risiko keamanan nasional dari pemberian tersebut, mempertanyakan implikasi politik dan transparansi dalam pemberian hadiah berskala besar oleh negara asing.
Menanggapi kritik tersebut, Presiden Trump menegaskan bahwa hadiah tersebut merupakan bentuk penghargaan terhadap hubungan diplomatik yang erat antara AS dan Qatar.
Reaksi Pasar: Saham Boeing Naik
Kabar mengenai kesepakatan besar ini langsung mendapat sambutan positif dari pasar. Pada Rabu sore lalu waktu setempat, saham Boeing tercatat naik sebesar 1%, mencerminkan optimisme investor terhadap prospek jangka panjang perusahaan. Para analis melihat bahwa kontrak ini tidak hanya menguntungkan dari sisi keuangan, tetapi juga memberi sinyal penting bahwa kepercayaan internasional terhadap Boeing masih tinggi, meskipun perusahaan tersebut menghadapi tantangan berat dalam beberapa tahun terakhir.
Kesepakatan antara Boeing dan Qatar Airways ini menjadi tonggak penting dalam industri penerbangan global. Selain berdampak besar terhadap ekonomi Amerika Serikat, kontrak ini juga menjadi momentum penting bagi pemulihan reputasi dan keberlanjutan bisnis Boeing. Di tengah ketegangan geopolitik dan tekanan regulasi, keberhasilan ini menunjukkan bahwa kemitraan strategis dan kepercayaan internasional masih menjadi fondasi utama dalam menjaga daya saing industri manufaktur pesawat.
Dengan masuknya pesanan terbesar untuk 787 Dreamliner, maka Boeing tidak hanya memperoleh keuntungan komersial, tetapi juga mengirimkan pesan kuat: bahwa mereka tetap menjadi pemain utama dalam kompetisi global yang sangat dinamis.