Lima Alasan Berhenti Kerja yang Justru Bikin Sukses

(Business Lounge Journal – Human Resources)

“Saya sudah cukup lama tidak bahagia dengan pekerjaan saya. Lingkungan kerjanya cukup penuh tekanan, saya merasa tidak dihargai sama sekali, dan saya tidak benar-benar melihat tujuan dari sebagian besar pekerjaan yang saya lakukan.” Pernahkah Anda memiliki keluhan seperti ini?

Lalu ketika Anda Anda mencoba mendiskusikan gagasan untuk berhenti dengan teman dan keluarga lalu Anda mendapatkan tanggapan, “Apakah Anda yakin itu hal yang benar untuk dilakukan? Masa sih pekerjaanmu seburuk itu? Mungkin keadaan akan membaik.”

Bahkan beberapa orang akan berpikir bahwa Anda adalah orang yang egois ketika tidak mau bertahan. Belum lagi mereka yang memiliki pendapat bahwa berhenti kerja akan “mengotori” CV.

Berhenti dari pekerjaan yang tidak Anda sukai adalah keputusan yang sulit dan semakin sulit karena beberapa mitos yang sangat kuat. Mitos-mitos ini menciptakan stigma sosial yang sebenarnya kurang tepat karena berhenti adalah hal yang wajar. Mitos-mitos ini akan membuat kita terjebak dalam pekerjaan yang buruk dan memberi pengaruh yang buruk. Mari kita lihat 5 pendapat buruk tentang berhenti kerja.

Berhenti adalah jalan keluar yang mudah

Anda berhenti dari pekerjaan? Jika Anda mengalami kendala, maka memilih keluar bagi sebagian orang adalah jalan keluar yang paling mudah.

Beberapa orang melihat pilihan untuk berhenti adalah sebuah kelemahan. Tidak demikian sebenarnya. Justru hal yang mudah untuk dilakukan adalah meneruskan pekerjaan tanpa berpikir panjang. Tetap melanjutkan suatu pekerjaan yang Anda tidak sukai hari demi hari, tahun demi tahun  secara matic akan lebih mudah. Mungkin saja mengerikan, tetapi Anda tahu apa yang Anda miliki dan Anda menghindari ketidakpastian dalam membuat keputusan besar yang mengubah hidup.

Berhenti, di sisi lain, membutuhkan keberanian. Faktanya, berhenti dari tempat kerja yang toxic atau menjauhi bos yang benar-benar menyebalkan bisa menjadi tindakan yang heroik.

Berhenti = Kegagalan

Menurut pemikiran tradisional, begitu Anda memulai sesuatu, Anda tidak boleh berhenti dan jika Anda melakukannya, itu adalah sebuah kegagalan.

Padahal belum tentu demikian. Terkadang berhenti adalah hal yang tepat untuk dilakukan. Tina Kiberg adalah seorang soprano opera Denmark. Sebagai seorang anak, Tina adalah pemain biola yang cukup baik dan menghabiskan waktu luangnya untuk berlatih dan berlatih. Suatu hari dia berpartisipasi dalam kontes biola dan menyadari bahwa dia tidak akan pernah menjadi lebih dari pemain biola biasa-biasa saja dan dia juga lebih menikmati bernyanyi. Dia berhenti bermain biola, mulai bernyanyi dan menjadi penyanyi opera internasional terkemuka.

Jika dia menganggap berhenti selalu merupakan hal yang salah, dia mungkin akan terjebak dengan biola.

Itu juga yang mungkin saja dialami oleh Larry Page, Sergey Brin, Tiger Woods, Reese Witherspoon, John McEnroe, dan John Steinbeck. Mereka semua keluar dari Stanford.

Terkadang berhenti adalah jalan menuju kesuksesan dalam hal lain dan bertahan = kegagalan.

Berhenti itu egois

Bagaimana bisa Anda begitu egois dan berhenti dari pekerjaanmu? Anda mengecewakan tempat kerja, pelanggan, dan rekan kerjamu. Pikirkan juga keluargamu – bagaimana mereka akan bertahan jika Anda berhenti? Hal ini tidak sepenuhnya benar.

Jika Anda tidak menyukai pekerjaan Anda, maka Anda tidak membantu siapa pun dengan tetap bertahan. Ketika Anda tidak bahagia di tempat kerja, hal itu cenderung memengaruhi semua orang di sekitarmu melalui fenomena yang disebut penularan emosi dan ada kemungkinan besar Anda membuat rekan kerja dan bahkan mungkin pelanggan kurang bahagia.

Sedangkan untuk keluarga, mungkin mereka akan lebih bahagia jika Anda tidak pulang kerja setiap hari dengan lelah dan frustrasi. Anda bahkan mungkin memberikan contoh bagi anak-anak Anda.

Jika Anda pergi bekerja hari demi hari, tahun demi tahun, dan benar-benar membenci pekerjaan Anda dan pulang dengan stres dan marah – apa yang Anda ajarkan kepada anak-anak Anda?

Berhenti tidak serta merta egois.

Berhenti berisiko bagi kariermu

Jika Anda berhenti dari pekerjaanmu, itu akan terlihat buruk di CV Anda dan kariermu akan terpengaruh.

Mitos ini sama sekali mengabaikan risiko karier karena tetap dalam pekerjaan yang Anda tidak sukai. Faktanya, semakin lama Anda bertahan, semakin banyak Anda kehilangan energi, motivasi, dan kepercayaan diri yang Anda butuhkan untuk memajukan kariermu.

Terkadang berhenti adalah hal terbaik yang dapat Anda lakukan untuk kariermu.

Berhenti adalah pilihan terakhir

Beberapa orang berpendapat, tentu saja Anda dapat mempertimbangkan untuk berhenti, tetapi Anda harus mencoba semua opsi lain terlebih dahulu. Anda hanya berhenti ketika semua yang lain gagal.

Bagi orang yang percaya mitos ini, berhenti adalah pilihan terakhir. Itu adalah apa yang Anda lakukan setelah Anda terlalu rusak dan lelah untuk mungkin bertahan di pekerjaanmu saat ini. Itu menjadikan ini berpotensi menjadi mitos paling berbahaya yang tercantum di sini, karena itu berarti orang tetap dalam pekerjaan yang buruk sampai (atau melewati) titik puncaknya.

Berhenti ketika itu adalah hal yang benar untuk dilakukan – bukan ketika itu adalah satu-satunya pilihan yang tersisa.

Pada intinya, memutuskan untuk keluar dari pekerjaan bukanlah suatu keputusan yang mudah. Semuanya justru dapat mendatangkan kebaikan ketika diambil pada saat yang tepat.