(Business Lounge Journal – Human Resources)
Royal Caribbean, sebuah raksasa pelayaran yang bermarkas di Florida, Amerika Serikat, melakukan siaran pers setelah melaporkan pencapaian kuartal keduanya. Menurut perusahaan tersebut, kapal pesiar kini semakin populer di kalangan wisatawan muda maupun tua, demikian yang dikatakan pada minggu lalu. Raksasa pelayaran ini melaporkan kuartal kedua yang kuat dengan meningkatnya permintaan untuk kapal pesiar dan pengeluaran di atas kapal. “Pengeluaran konsumen di atas kapal, serta pembelian sebelum pelayaran, terus secara signifikan melebihi tingkat tahun 2023 yang didorong oleh partisipasi yang lebih besar pada harga yang lebih tinggi,” kata perusahaan itu dalam siaran pers.
Permintaan sangat tinggi sehingga perusahaan menaikkan perkiraan pendapatan per saham yang disesuaikan untuk setahun penuh menjadi antara $11,35 dan $11,45, dan mengatakan akan mulai membayar dividen untuk pertama kalinya sejak Maret 2020.
CEO Royal Caribbean Jason Liberty mengaitkan permintaan ini dengan ekonomi yang “tangguh” dan hari libur ekstra. “Kami terus melihat sentimen yang sangat positif dari pelanggan kami yang didukung oleh ekonomi yang tangguh, pengangguran yang rendah, inflasi yang stabil, dan kekayaan bersih rumah tangga yang mencapai rekor tertinggi,” kata Liberty dalam sebuah panggilan dengan investor. “Preferensi konsumen terus bergeser ke pengeluaran untuk pengalaman dengan prioritas khusus pada perjalanan.” Dia menambahkan, “Konsumen memiliki 10% lebih banyak hari libur dibandingkan dengan tahun 2019 dan mereka menggunakan setengah dari peningkatan tersebut untuk bepergian.”
Liberty juga mengatakan bahwa jumlah boomer yang pensiun diperkirakan akan tumbuh 30% menjadi 73 juta pada tahun 2030 dan bahwa para boomer ini, menurut penelitian perusahaan, diperkirakan akan mengambil 50% lebih banyak waktu liburan daripada mereka yang tidak pensiun. Namun, generasi muda juga berencana menggunakan waktu libur ekstra mereka untuk bepergian, katanya.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa generasi muda, milenial dan yang lebih muda, juga mendapatkan manfaat dari peningkatan 10% dalam waktu luang dibandingkan dengan tahun 2019 dan mereka berniat mengalokasikan lebih banyak waktu ini untuk bepergian daripada kategori waktu luang lainnya,” kata Liberty. “Wisatawan menarik ini terus memperoleh pangsa dalam basis pelanggan kami dengan kecepatan yang lebih cepat daripada generasi lainnya.”
Pendapatan bersih Royal Caribbean naik 85% menjadi $858 juta dalam tiga bulan yang berakhir 30 Juni, dibandingkan dengan $463 juta pada periode yang sama tahun lalu. Pendapatan perusahaan naik 16% dari tahun ke tahun menjadi $4,1 miliar pada kuartal pertama, dari $3,5 miliar. Pendapatan per sahamnya mencapai $3,21, melebihi ekspektasi Wall Street sebesar $2,67, menurut perkiraan konsensus dari analis yang disurvei oleh FactSet.
Tren Liburan antar Generasi
Tren liburan antar generasi menunjukkan perbedaan preferensi dan kebiasaan yang menarik. Berikut adalah beberapa tren utama yang terlihat di berbagai kelompok generasi:
Baby Boomers (Lahir antara 1946-1964)
- Lebih banyak waktu liburan: Karena banyak yang sudah pensiun atau mendekati masa pensiun, mereka memiliki lebih banyak waktu untuk bepergian.
- Perjalanan santai dan mewah: Sering memilih liburan yang menawarkan kenyamanan dan kemewahan, seperti kapal pesiar, resor all-inclusive, dan perjalanan darat yang terorganisir dengan baik.
- Destinasi budaya dan sejarah: Tertarik pada tempat-tempat dengan nilai budaya dan sejarah tinggi, seperti Eropa dan Asia.
Generasi X (Lahir antara 1965-1980)
- Liburan keluarga: Sering mengatur liburan yang melibatkan seluruh keluarga, mencari destinasi yang ramah anak dan aktivitas yang bisa dinikmati oleh semua anggota keluarga.
- Perjalanan yang seimbang: Mencari keseimbangan antara petualangan dan relaksasi, sering memilih destinasi dengan berbagai aktivitas seperti hiking, pantai, dan wisata kuliner.
- Destinasi domestik dan internasional: Suka menjelajahi tempat-tempat baru baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Milenial (Lahir antara 1981-1996)
- Pengalaman autentik: Mencari pengalaman yang unik dan autentik, sering memilih perjalanan yang memungkinkan mereka berinteraksi dengan budaya lokal.
- Petualangan dan aktivitas luar ruangan: Tertarik pada aktivitas yang menantang seperti hiking, diving, dan backpacking.
- Teknologi dan media sosial: Menggunakan media sosial untuk mencari inspirasi dan merencanakan perjalanan, serta berbagi pengalaman mereka secara online.
Generasi Z (Lahir antara 1997-2012)
- Perjalanan hemat: Cenderung lebih hemat dan mencari cara untuk bepergian dengan anggaran terbatas, seperti menginap di hostel atau menggunakan layanan berbagi tumpangan.
- Destinasi Instagrammable: Tertarik pada destinasi yang fotogenik dan populer di media sosial.
- Perjalanan solo dan grup: Suka bepergian sendiri atau dalam kelompok kecil teman-teman, sering mencari petualangan baru dan tempat-tempat yang belum terlalu dikenal.
Meskipun setiap generasi memiliki preferensi dan gaya liburan yang berbeda, ada beberapa kesamaan seperti minat yang meningkat dalam pengalaman dan petualangan, serta penggunaan teknologi untuk merencanakan dan berbagi perjalanan mereka. Perbedaan dalam anggaran, waktu luang, dan prioritas pribadi juga mempengaruhi bagaimana setiap generasi merencanakan dan menikmati liburan mereka.
Wisatawan Dalam Negeri di Indonesia
Pada triwulan III-2023, jumlah perjalanan wisatawan dalam negeri (wisnus) di Indonesia mencapai 192,52 juta perjalanan, naik 13,36 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selama triwulan III, jumlah perjalanan wisnus tertinggi tercatat pada bulan Juli 2023 dengan 73,69 juta perjalanan. Jawa Timur menjadi provinsi dengan jumlah perjalanan wisnus tertinggi, baik sebagai daerah asal maupun sebagai tujuan wisatawan nusantara, demikian menurut data BPS (Badan Pusat Statistik).
Angka wisatawan dalam negeri di Indonesia memang mengalami fluktuasi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk pandemi COVID-19. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai angka wisatawan dalam negeri di Indonesia:
Sebelum Pandemi COVID-19
- Tren Positif: Sebelum pandemi, jumlah wisatawan dalam negeri terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan infrastruktur pariwisata.
- Data 2019: Menurut data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pada tahun 2019, terdapat sekitar 303 juta perjalanan wisatawan dalam negeri. Destinasi populer termasuk Bali, Yogyakarta, Bandung, dan Lombok.
Selama Pandemi COVID-19
- Penurunan Signifikan: Pandemi COVID-19 menyebabkan penurunan drastis dalam jumlah perjalanan wisata, baik domestik maupun internasional. Pembatasan perjalanan dan kekhawatiran kesehatan membuat banyak orang menunda atau membatalkan rencana perjalanan mereka.
- Tahun 2020: Pada tahun 2020, angka wisatawan dalam negeri menurun tajam. Meskipun data spesifik bervariasi, beberapa laporan menunjukkan penurunan lebih dari 50% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pemulihan Pasca-Pandemi
- Tahun 2021-2022: Pada tahun 2021 dan 2022, ada tanda-tanda pemulihan, meskipun belum kembali ke tingkat sebelum pandemi. Pemerintah Indonesia dan pelaku industri pariwisata meluncurkan berbagai inisiatif untuk mendorong wisatawan domestik, termasuk kampanye promosi dan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
- Dukungan Pemerintah: Program seperti “InDOnesia CARE” dan kampanye promosi pariwisata domestik lainnya membantu memulihkan kepercayaan wisatawan dan meningkatkan jumlah perjalanan dalam negeri.
Angka Terbaru
- Tahun 2023: Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah wisatawan dalam negeri pada tahun 2023. Diperkirakan sekitar 330 juta perjalanan wisatawan domestik tercatat pada tahun 2023, menunjukkan pemulihan yang kuat dari dampak pandemi.
- Destinasi Populer: Destinasi populer untuk wisatawan domestik meliputi Bali, Yogyakarta, Bandung, Malang, dan Labuan Bajo. Tempat-tempat ini menawarkan berbagai atraksi alam, budaya, dan kuliner yang menarik.
Faktor yang Mempengaruhi
- Promosi dan Inovasi: Kampanye promosi dan inovasi dalam paket wisata menarik lebih banyak wisatawan domestik. Peningkatan fasilitas dan akomodasi juga memainkan peran penting.
- Transportasi dan Infrastruktur: Peningkatan infrastruktur transportasi, seperti pembangunan jalan tol dan peningkatan konektivitas udara, mempermudah perjalanan domestik.
- Perubahan Gaya Hidup: Perubahan gaya hidup dan peningkatan kesadaran akan kesehatan dan kebersihan mempengaruhi preferensi wisatawan dalam memilih destinasi yang aman dan nyaman.
Manfaatkan Cuti – Kebijakan Block Leave bagi Karyawan
Kebijakan “block leave” merupakan praktik di mana karyawan diharuskan mengambil cuti selama periode waktu tertentu yang telah ditentukan oleh perusahaan. Kebijakan ini biasanya diterapkan untuk beberapa tujuan spesifik, seperti memastikan audit internal dan kontrol risiko, serta mendorong karyawan untuk benar-benar memanfaatkan waktu libur mereka. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai kebijakan block leave:
Tujuan dan Manfaat
- Kontrol Risiko dan Audit Internal: Block leave memungkinkan perusahaan untuk mendeteksi kesalahan atau penyimpangan yang mungkin tidak terlihat saat karyawan tersebut hadir. Hal ini penting untuk memastikan tidak ada praktek yang tidak sesuai atau penipuan yang dilakukan oleh karyawan tertentu.
- Kesejahteraan Karyawan: Dengan memaksa karyawan untuk mengambil cuti, perusahaan membantu karyawan menghindari burnout dan memastikan mereka mendapatkan waktu untuk beristirahat dan me-recharge.
- Rotasi Tugas: Selama periode block leave, tugas-tugas karyawan yang cuti dialihkan kepada rekan kerja lainnya, yang membantu dalam pengembangan keterampilan dan pengetahuan tentang berbagai fungsi dalam tim atau departemen.
Implementasi Kebijakan Block Leave
- Penjadwalan: Perusahaan menetapkan periode tertentu dalam setahun di mana karyawan diharuskan untuk mengambil cuti. Ini bisa dilakukan secara bergantian di antara berbagai tim atau departemen untuk memastikan operasional tetap berjalan.
- Durasi Cuti: Block leave biasanya berlangsung antara satu hingga dua minggu, tergantung pada kebijakan perusahaan dan kebutuhan operasional.
- Komunikasi dan Persiapan: Penting bagi perusahaan untuk mengomunikasikan kebijakan ini dengan baik kepada karyawan dan memastikan ada perencanaan yang matang untuk mengalihkan tugas selama periode cuti.
Contoh Implementasi
- Industri Perbankan: Di sektor perbankan dan keuangan, block leave sering diterapkan sebagai bagian dari kontrol risiko dan kepatuhan regulasi. Banyak bank besar mewajibkan karyawan di posisi sensitif untuk mengambil cuti block leave secara rutin.
- Perusahaan Teknologi: Beberapa perusahaan teknologi menerapkan kebijakan ini untuk memastikan inovasi dan ide segar dengan memberikan karyawan waktu untuk beristirahat dan kembali dengan perspektif baru.
Tantangan dan Pertimbangan
- Operasional yang Terganggu: Jika tidak dikelola dengan baik, block leave dapat mengganggu operasional perusahaan, terutama jika terjadi selama periode puncak bisnis.
- Kepatuhan Karyawan: Beberapa karyawan mungkin merasa enggan untuk mengambil cuti panjang, sehingga perusahaan perlu memastikan kebijakan ini diterima dan diikuti dengan baik.
- Penggantian Sementara: Perusahaan perlu memiliki rencana untuk menggantikan sementara karyawan yang cuti untuk menjaga kelangsungan kerja.
Kebijakan block leave dapat bervariasi tergantung pada industri dan perusahaan, namun prinsip dasar dan manfaatnya tetap konsisten dalam membantu manajemen risiko dan kesejahteraan karyawan.