The Right Man on The Right Place

(Business Lounge Journal – Human Resources)

Melati adalah seorang teman saya, berusia 43 tahun dengan karir 20 tahun yang sukses di perusahaan terbuka di bidang keuangan. Melati tidak pernah pindah perusahaan. Selepas kuliah, perusahaan ini adalah tempat pertama dia bekerja dan sepertinya akan menjadi yang terakhir juga. Saya masuk di perusahaan ini 10 tahun yang lalu. Kami berbeda divisi, tetapi bekerja sama dalam beberapa proyek. Hari ini kami bertemu untuk sekedar mengobrol. “Saya seperti terjebak, dan tenggelam dalam pekerjaan. Bukan masalah kinerja, karena saya menerima promosi dan bonus di atas rata-rata. Saya sedang berpikir, apakah saya masih akan seperti ini sampai 10 tahun lagi sampai saya pensiun? Saya pikir saya memiliki potensi tetapi tidak memiliki kesempatan untuk memaksimalkan kemampuan itu. Kondisi seperti ini membuat saya tidak bersemangat bekerja – frustasi.”

Saya teringat, beberapa tahun yang lalu, Melati pernah menjadi volunteer di suatu tempat yang terkena bencana. Perusahaan kami bekerja sama dengan institusi penanggulangan bencana dan merekrut tenaga sukarela dengan memberikan kesempatan meninggalkan pekerjaan tanpa mengurangi hak cuti.

Melati adalah seorang yang cepat beradaptasi dengan masyarakat di lingkungan bencana, dan bersemangat yang tinggi untuk mempelajari masalah yang timbul akibat bencana. Dia memiliki potensi membuat rencana penanggulangan bencana sekaligus hasil yang akan dicapai yang dapat diukur secara finansial. Ya, menurut saya pribadi, Melati dapat membuat perusahaan sendiri, menjadi entrepreneur atau bekerja dengan institusi yang peduli dan memiliki komitmen terhadap masalah-masalah yang bukan saja karena bencana di lingkungan sekitar, misalnya penanggulangan sampah, atau ketersediaan air bersih dan sebagainya.

Setiap perusahaan memiliki program kepedulian terhadap lingkungan, dan kekurangan ide untuk apa yang dapat dilakukan. Karenanya, seringkali kegiatan-kegiatan seperti ini menjadi sesuatu yang rutin yang dampaknya tidak dapat diukur secara finansial oleh perusahaan. Di sinilah orang-orang seperti Melati dapat diberdayakan dan perusahaan memberikan kesempatan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki karyawan selain pekerjaan yang memang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Keberhasilan seseorang seperti Melati, yang mengerjakan dua pekerjaan sekaligus yang dapat diukur secara finansial oleh perusahaan, sepatutnya mendapatkan penghargaan yang lebih pula. Karena pada akhirnya perusahaan diuntungkan lebih banyak, yaitu menjadi strategi meminimalisasi tingkat pengunduran diri atau turn-over, meningkatkan citra perusahaan atau brand image, awareness di lingkungan setempat, bahkan perusahaan competitor. Dampaknya tentu dapat diukur dengan pertumbuhan jumlah penjualan atau jumlah pengguna baru atas produk atau jasa perusahaan.

Tulisan ini adalah untuk banyak karyawan yang masih memiliki potensi untuk meningkat value pribadi maupun perusahaan tempatnya bekerja. Hubungan yang saling menguntungkan tidak saja karyawan dan perusahaan tetapi juga lingkungan dimana perusahaan hadir. Bayangkan, jika perusahaan memiliki kantor perwakilan di kota-kota besar, atau kota propinsi, bukankah itu akan sangat berdampak bahkan terhadap pertumbuhan ekonomi secara nasional?

Cara yang baik untuk memulainya adalah dengan meletakan gagasan ini kepada manajemen untuk mempercayakan orang-orang seperti Melati yang mencari nilai, life value di perusahaan tempat Anda bekerja.

Michelin/Business Lounge Journal/Contributor