2015: Tahun Terpanas dalam Sejarah

(Business Lounge Journal – News and Insight) Beberapa hari menjelang diadakannya perundingan perubahan iklim internasional di Paris, Organisasi Meteorologi Dunia mengatakan bahwa ambang batas perubahan iklim telah terlampaui dan tahun 2015 telah menjadi tahun yang paling panas dalam catatan sejarah. Hal ini dimuat dalam dalam laporan yang dirilis dari Jenewa, dengan suhu permukaan secara global mencapai kenaikan 1 derajat Celcius dari tingkat pra-industri. Sebelumnya tahun 2014 dinyatakan sebagai tahun terpanas sedangkan lima tahun terakhir menjadi periode tersebut terpanas, demikian seperti dilansir oleh National Geographic.

Adapun yang memacu pemanasan adalah kekuatan ganda dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia dan El Niño yang kuat tahun ini, demikian menurut pelaporan tersebut.

Rata-rata tiga bulan untuk karbon dioksida (CO2) di belahan bumi utara telah mencapai 400 partikel per satu juta untuk pertama kalinya. Sebelumnya ilmuwan berpendapat konsentrasi jangka panjang seharusnya di bawah 350 bagian per juta dalam rangka untuk mencegah dampak terburuk dari pemanasan global, termasuk badai yang intensif, naiknya permukaan air laut, dan cuaca yang aneh.

Meskipun gas rumah kaca diperkirakan menjadi pendorong utama, efek dari El Niño pun menambah pemanasan tahun ini, demikian dilaporkan Organisasi Meteorologi Dunia. El Niño adalah pemanasan periodik dari Samudera Pasifik setiap beberapa tahun. Bahwa air pemanasan cenderung meningkatkan suhu udara secara keseluruhan oleh setidaknya 0,1 ° C, demikian dituliskan ahli meteorologi Jeff Masters untuk Weather Underground.

“Penambahab ekstra pada suhu ini, ketika dikombinasikan dengan pemanasan jangka panjang pada planet yang dikarenakan emisi manusia disebabkan gas yang memerangkap panas seperti karbon dioksida, yang membuat hampir diyakini bahwa tahun 2015 telah menjadi tahun kedua secara berturut-turut sebagai tahun terpanas di bumi menurut catatan,” demikian dituliskan Masters.

El Niño diperkirakan sudah menjadi penyebab bulan Oktober 2015 menjadi bulan terpanas, yaitu 0,98 ° C (1.76 ° F) di atas rata-rata suhu pada abad ke-20 pada bulan tersebut. “Ini semua berita buruk bagi planet,” demikian dikatakan Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia Michel Jarraud dalam sebuah pernyataan.

Para pemimpin dunia dari 190 negara bertemu di Paris pada 30 November 2015 hingga 11 Desember 2015 dengan tujuan mendapatkan jalan keluar kesepakatan untuk mengurangi gas rumah kaca. “Emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim, dapat dikendalikan,” demiian dikatakan Jarraud seperti dilansir oleh National Geographic. “Kami-memiliki pengetahuan dan alat untuk bertindak. Kami-punya pilihan. Generasi mendatang tidak akan memilikinya. “

nancy/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x