IPCC, “Waktu Hampir Habis!”

(Business Lounge – News & Insight) “Waktu hampir habis,” demikian diucapkan ahli iklim PBB pada Minggu (2/11). Hal ini diucapkan untuk menggambarkan pemanasan global yang sudah hampir mencapai ambang batas yang diprediksikan (hampir mencapai 2° C) sebagai dampak dari emisi karbon yang saat ini dianggap sebagai sebuah pemicu terjadinya bencana. Memang emisi karbon saat ini tercatat sebagai yang tertinggi bahkan selama lebih dari 800.000 tahun, demikian diaporkan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) seperti dilansir oleh AFP.

Ini merupakan sebuah peringatan sebab para ilmuwan memprediksikan bahwa pemanasan global dapat mencapai 4° C pada tahun 2100. Kondisi ini melebihi kondisi yang pernah terjadi pada masa pra-industri. Maka banyak hal yang tidak baik dapat terjadi seperti kekeringan yang parah, banjir, naiknya permukaan air laut, dan kepunahan spesies. Akan banyak orang menderita kelaparan, kehilangan tempat tinggal, dan konflik dalam perebutan sumber daya yang berharga.

Pad bulan September lalu, KTT Iklim telah dilangsungkan dan perubahan iklim telah menjadi pokok pembahasan yang terpenting. (Baca: KKT Iklim: Perubahan Iklim Bukanlah Sesuatu Yang Fiktif).

Pada konferensi pers Minggu (2/11) Sekjen PBB Ban Ki-moon menyatakan, “Pengaruh Manusia pada sistem iklim jelas, dan terus berkembang. Tindakan atas perubahan iklim dapat berkontribusi pada kemakmuran ekonomi, kesehatan yang lebih baik, dan kota-kota yang lebih nyaman untuk dihuni.”

Mengomentari laporan yang dirilis IPCC, Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan hal ini merupakan sebuah peringatan. “Mereka yang memilih untuk mengabaikan atau membantah pengetahuan ini jelas melakukannya dengan resiko yang besar bagi kita semua dan untuk anak-anak serta cucu-cucu kita,” demikian dikatannya dari Washington.

Kepala IPCC Rajendra Pachauri menjelaskan bahwa harus ada tindakan untuk mengatasi perubahan iklim ini dan tindakan tersebut harus mendapatkan prioritas. “Kami memiliki sedikit waktu sebelum kesempatan untuk dapat ada dalam ambang batas 2° C global warming,” demikian dikatakan Panchauri.  “Untuk menjaga kondisi di bawah 2° C dan dengan biaya yang dapat di-manage, maka emisi kita harus berkurang sekitar 40 hingga 70 persen secara global antara tahun 2010 dan 2050. Kemudian terus bergerak ke nol atau di bawahnya pada tahun 2100.”

Berbagai perundingan dan negosiasi sebenarnya sudah pernah dilakukan untuk mencari tindakan yang tepat untuk mengatasi hal ini, namun akhirnya hal ini tidak pernah terselesaikan selama bertahun-tahun sehingga negara harus menanggung biaya untuk mengurangi emisi karbon, terutama yang berasal dari minyak, gas, dan batubara yang menjadi tulang punggung pasokan energi dunia saat ini.

Perundingan PBB untuk mengatasi perubahan iklim ini akan kembali diadakan pada bulan depan di Lima, Peru untuk merumuskan langkah-langkah yang akan diambil untuk membatasi pemanasan bumi sehingga tetap aman.

Beberapa langkah yang disebutkan lebih murah pada laporan tersebut adalah pengefisiensian energi, menerapkan langkah-langkah pengurangan emisi dibandingkan dengan biaya yang ditimbulkan oleh kerusakan iklim. Apa yang dapat dilakukan pada hari ini akan lebih terjangkau dibandingkan dengan biaya yang akan ditimbulkan apabila menundanya hingga melampaui tahun 2030.

IPCC menargetkan untuk dapat mengurangi emisi karbon hingga hanya 0,06 persen per tahun dari konsumsi global abad ini.

Suhu global rata-rata selama abad ini cenderung naik 0,3-1,7° C, yang menyebabkan kenaikan permukaan laut setinggi 26-55cm dalam. Diprediksikan jika pemanasan mencapai 2,6-4,8° C, maka akan menyebabkan kenaikan permukaan laut setinggi 45-82cm.

uthe/Journalist/VMN/BL
Editor: Ruth Berliana
Image: Wikipedia

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x