(Business Lounge – Global News) Puluhan tahun lalu, Amerika Serikat merupakan peringkat teratas dalam kualitas pendidikannya, namun sekarang posisi tersebut sudah diambil oleh sederetan negara maju lainnya. Di antara 34 negara yang masuk dalam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang mengikuti PISA atau Programme for International Student Assessment, AS mendapat peringkat ke-17 dalam membaca, ke-20 dalam sains, dan ke-27 dalam pelajaran matematika. Dalam test PISA tersebut para pelajar dipisahkan ke dalam enam level keaksaraan Matematika dan hasilnya hanya 9% pelajar AS yang berhasil mencapai dua tingkatan teratas dibandingkan dengan 16% pelajar Kanada , 17% pelajar Jerman, dan 40% pelajar di Singapura.
Kemudian diketahui penyebab hal tersebut adalah dikarenakan anak-anak berbakat dengan IQ yang tinggi di AS tidak didorong dan didukung untuk mencapai potensial penuh mereka sehingga kemampuan mereka terbatas. Menteri pendidikan AS, Arne Duncan juga sempat mengatakan bahwa AS memiliki kesenjangan prestasi yang besar dan hal tersebut mempengaruhi hasil penilain PISA.
Pelajar Berbakat vs Pelajar Minoritas
Pelajar di AS yang berbakat di akademis diperkirakan sekitar 6 dari 10 persen total pelajar, pelajar tersebut berbeda dari pelajar pada umumnya dalam hal gaya belajar, pengertian yang dalam dan pemecahan permasalahan yang rumit serta potensial mereka.
Namun di samping itu, perlu diketahui juga bahwa beberapa pelajar di AS adalah minoritas dan hidup dalam kemiskinan sehingga mereka sulit untuk mendapat pendidikan yang pantas dan hal ini menjadi masalah tersendiri bagi AS. Tetapi dengan adanya No Child Left Behind (NCLB), kebijakan pemerintah AS dalam pendidikan di beberapa dekade terakhir ini memfokuskan untuk membantu anak-anak yang kesulitan dalam bersekolah untuk mencapai hasil yang sama dengan anak-anak lain sehingga tidak ada anak yang tertinggal.
Tindakan ini tentu membawa dampak positif, namun juga ternyata mengakibatkan efek samping yang negatif yakni pemerintah AS mengabaikan anak-anak yang sudah berada di tingkat akademis yang lebih tinggi atau anak-anak yang berbakat dengan IQ di atas rata-rata.
Pelajar Berbakat di Negara Lain Lebih Mendapat Perhatian
Sementara itu para pelajar di negara lain seperti Finlandia, Kanada, Singapura, Jepang, dan sebagainya unggul dalam kualitas pendidikan mereka. Sebuah penelitian yang ditampilkan di The Wall Street Journal menunjukkan bahwa kebudayaan, nilai, dan sikap mempunyai dampak besar. Seperti contoh para orangtua di Korea, Jepang, dan Taiwan mendorong anak mereka untuk lebih unggul dan biasanya mengeluarkan uang lebih untuk pelajaran atau kursus tambahan di luar sekolah.
Di Finlandia, kesetaraan menjadi buah bibir karena para guru diharuskan untuk memberikan pengajaran yang berbeda sehingga anak murid dapat mengembangkan potensi mereka masing-masing. Di Jerman dan Swiss, para pelajar dipilih secara selektif sebelum memasuki perkuliahan juga diberikan pelajaran yang intensif bagi murid yang kurang mampu. Sedangkan di Australia Barat dan Singapura, mereka lebih mengawasi pelajar di tingkat kelas 3 atau 4 untuk melihat potensi mereka, bagi pelajar yang unggul dapat memilih di antara kelas khusus atau progam tambahan setelah sekolah. Kedua negara tersebut juga memiliki sekolah yang super selektif seperti Boston Latin School dan The Bronx High School of Science di AS.
Bila AS Ingin Mengejar Ketinggalannya
Jika AS ingin merebut kembali posisi teratas mereka di bidang pendidikan, mereka harus mengambil contoh dari berbagai negara maju tersebut, yaitu dengan mendukung semua anak untuk dapat mencapai potensial penuh mereka. Semua anak tentunya memiliki kemampuan yang berbeda-beda, itu artinya program edukasi mereka harus dimodifikasi agar sesuai dan memenuhi kebutuhan mereka. NCLB juga diharapkan tidak hanya mengawasi murid yang kurang berprestasi namun juga memperhatikan dan memberikan peningkatan akademis bagi murid yang berbakat. Jika AS tidak mendukung anak-anak yang berbakat sejauh yang mereka bisa, AS hanya akan melihat negara-negara maju lain mengungguli AS yang dapat menghasilkan penemu, pengusaha dan seniman yang lebih unggul dan berbakat di bidangnya
Chintya Indah/VMN/BL/Contributor
Editor: Ruth Berliana
Image: wikipedia