Bersiaplah Untuk Lompatan Detik

(Business Lounge – News) Tepat pada tanggal 30 Juni nanti, Anda akan mendapatkan waktu tambahan selama 1 detik, artinya 1 hari pada tanggal tersebut lamanya tidak 24 jam tapi 24 jam 1 detik. Fenomena yang disebut dengan lompatan detik (leap second) ini sebenarnya bukanlah hal yang baru, hal ini seperti yang disampaikan oleh Nick Stamatakos selaku kepala Parameter Orientasi Bumi di US Naval Observatory. Adapun Badan Sistem Referensi dan Rotasi Bumi Internasional (International Earth Rotation and Reference Systems Service atau IERS) sudah mengumumkan akan terjadinya lompatan detik ini jauh-jauh hari sebelumnya yaitu pada awal tahun ini.  Ini adalah lompatan detik yang ke 26 semenjak tahun 1972.

Bermula pada tahun 1972 ketika para ahli menemukan bahwa pergerakan bumi melambat selama 15 detik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sederhananya bumi bergerak sedikit lebih lambat dibandingkan biasanya, hal ini disebabkan karena pasang surut dan perubahan dalam inti bumi. Ditemukannya fenomena melambatnya pergerakan bumi ini, membuat para ahli IERS sepakat untuk menggunakan jam atom dalam menetapkan waktu dunia, karena dinilai jauh lebih akurat dan stabil (satu juta kali lebih stabil) dibandingkan dengan menggunakan patokan rotasi bumi yang mulai digunakan pada tahun 1960.

Nah untuk mendapatkan waktu yang sesuai dengan gerakan Bumi, maka secara berkala, satu detik ekstra akan ditambahkan pada jam atom Universal Time Coordinated UTC. Caranya adalah dengan menghentikan pergerakan jam atom selama 1 detik pada 30 Juni nanti. Nah meskipun hanya satu detik, pertambahan waktu ini ternyata berakibat kekacauan pada sistem komputer. Penambahan waktu satu detik, membuat detik ke 59 bergerak dua kali, akibatnya komputer melihat lompatan detik sebagai waktu mundur dan hal ini membuat sistem menjadi  error. Hal ini sangat berpengaruh khususnya pada perusahaan-perusahaan yang mengandalkan sistem waktu komputer dalam layanan operasional mereka, misalnya dalam layanan komunikasi, navigasi, dan penerbangan. Lompatan detik terakhir pada tahun 2012 menyebabkan 400 penerbangan Qantas tertunda, selain itu beberapa layanan website seperti Reddit, Foursquare,  dan LinkedIn juga mengalami gangguan.

Konsekuensi yang diakibatkan dengan penetapan lompatan detik ini, menyebabkan perdebatan yang sengit di kalangan internasional. Dalam pertemuan International Telecommunication Union (ITU) pada tahun 2012 di Jenewa, beberapa negara seperti Italia, Amerika Serikat, Meksiko, Perancis dan Jepang mengusulkan untuk meniadakan lompatan detik, karena hal ini menyebabkan kekacauan dan gangguan pada sistem akurasi navigasi dan komunikasi. Kegiatan transaksi uang yang tepat waktu dan pengaturan posisi kendaraan akan menjadi kacau. Akan tetapi negara lainnya seperti Jerman, Inggris, Kanada, dan Tiongkok tidak setuju dengan usulan tersebut. Inggris misalnya mengatakan bahwa  penghapusan lompatan detik akan merusak selamanya konsep waktu Bumi dengan pengaturan waktu terbit dan terbenamnya matahari. Selain itu, penghapusan lompatan detik akan mengancam penggunaan Greenwich Mean Time (GMT) yang menjadi acuan pengukuran waktu matahari. Negara lainnya seperti Nigeria, Rusia, dan Turki memilih untuk melihat bagaimana penelitian lebih jauh terkait lompatan detik itu. Kabarnya nasib akan lompatan detik ini akan dibicarakan kembali dalam Konferensi Komunikasi Radio Dunia yang akan diselenggarakan November 2015 ini.

Mengatasi akan hal ini, Google dikabarkan akan menambahkan 1 milidetik pada servernya pada beberapa waktu sepanjang tahun ini, dengan demikian maka efek dari lompatan detik tidak akan terlalu terasa. Cara lain untuk menghindari permasalahan ini adalah dengan mematikan sistem computer untuk 1–2 jam sekitar waktu terjadinya lompatan detik tersebut. Sementara isu ini cukup menghebohkan di kalangan internasional, di Indonesia sendiri fenomena ini tidak terlalu digubris. Sejumlah layanan yang terintegrasi dengan waktu dunia seperti bursa efek Indonesia mengaku tidak mempersoalkan hal ini.

Rebecca Hayati/VMN/BL/Managing Partner E-Commerce
Editor: Ruth Berliana
Image: wikipedia