(Business Lounge – Ketika kita bekerja, seringkali kita dituntut untuk dapat memberikan kinerja terbaik pada perusahaan kita sesuai dengan kompetensi yang kita punya. Tetapi perlu diperhatikan bahwa kompetensi saja tidak cukup untuk seorang karyawan dapat memberikan kinerja terbaiknya dalam pekerjaannya. Satu hal lagi yang penting adalah memiliki komitmen dalam pekerjaan kita. Karena kompetensi tanpa komitmen sama dengan sebuah pistol berpeluru tetapi tidak bisa ditembakkan.
Karena apabila seorang karyawan memiliki suatu komitmen, maka pastilah dia akan bekerja secara total, mencurahkan segenap perhatian, pikiran, tenaga dan waktunya, untuk mengerjakan yang terbaik seperti apa yang diharapkan oleh perusahaan.
Menurut Meyer, Allen & Smith (Setiawati : 2007), komitmen organisasi terdiri dari 3 komponen yang utama yaitu:
1. Komitmen kerja afektif (affective occupational commitment)
Komitmen sebagai ketertarikan afektif/psikologis karyawan terhadap pekerjaannya. Komitmen ini menyebabkan karyawan bertahan pada suatu pekerjaan karena mereka menginginkannya.
2. Komitmen kerja kontinuans (continuance occupational commitment)
Mengarah pada perhitungan untung-rugi dalam diri karyawan sehubungan dengan keinginannya untuk tetap mempertahankan atau meninggalkan pekerjaannya. Artinya, komitmen kerja disini dianggap sebagai persepsi harga yang harus dibayar jika karyawan meninggalkan pekerjaannya. Komitmen ini menyebabkan karyawan bertahan pada suatu pekerjaan karena mereka membutuhkannya.
3. Komitmen kerja normatif (normative occupational commitment)
Komitmen sebagai kewajiban untuk bertahan dalam pekerjaannya. Komitmen ini menyebabkan karyawan bertahan pada suatu pekerjaan karena mereka merasa wajib untuk melakukannya serta didasari pada adanya keyakinan tentang apa yang benar dan berkaitan dengan moral.
Memang tidak semua komponen di atas dimiliki oleh seorang karyawan, tetapi alangkah baiknya jika ketiga komponen tersebut dimiliki oleh karyawan. Misalnya, ketika komponen affective occupational commitment lebih dominan maka karyawan tersebut merasa lebih cocok dengan bidang pekerjaannya, itu yang menyebabkan dia bertahan secara emosional ataupun dalam pekerjaan yang dia lakukan. Ia merasa bahwa pekerjaannya sesuai dengan bidang pendidikannya, hobinya, tujuannya, kebersamaan, kenyamanan dan lain-lain
Kalau kita mau melihat komitmen secara teori maka penjelasan di atas menunjukkan betapa pentingnya kita memiliki komitmen dalam bidang yang sedang kita kerjakan. Tetapi bagaimana dengan kenyataan yang kita alami sekarang, bagaimanakah komitmen kita sendiri untuk melangkah dalam pekerjaan kita? Apakah ketiga komponen di atas cukup mempengaruhi komitmen kita untuk tetap bertahan? Bagaimanapun, tanpa suatu komitmen kita bisa bekerja dengan setengah hati dan tidak memberikan yang terbaik.
Sudahkah Anda memiliki komitmen dalam bidang yang Anda kerjakan?
Endah Caratri/VMN/BL/Managing Partner Divisi Financial, Accounting & Tax Sevices Vibiz Consulting