(Business Lounge – Achievement)
OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) adalah organisasi internasional antar negara berkembang pengekspor minyak yang mengkoordinasikan dan menyatukan kebijakan perminyakan negara-negara anggota yang bertujuan untuk mengamankan penghasilan tetap untuk negara-negara anggota dan untuk berkolusi dalam mempengaruhi harga minyak dunia melalui cara-cara ekonomi. OPEC didirikan di Baghdad, Irak pada tahun 1960.
Indonesia adalah salah satu anggota OPEC dan Subroto pernah menjabat sebagai sekretaris jendral OPEC pada tahun 1988 hingga 1994. Namun pada tahun 2008, Indonesia memutuskan keluar dari OPEC oleh karena Indonesia tidak lagi menjadi Negara eksportir minyak, melainkan telah menjadi negara importer minyak.
Kepada businesslounge.co Vibiz Media Network, Subroto mengisahkan bagaimana terbentuknya OPEC dan tiga hal penting yang menjadi kontribusi Indonesia ketika menjadi anggota OPEC.
Subroto menjelaskan bahwa ada suatu kekuatan yang menguasai minyak miyak dunia, yaitu kelompok yang dinamakan Seven Sisters, negara-negara maju pemilik perusahaan-perusahaan besar seperti Mobil Oil, Chevron, Conoco, British Petroleum, Shell. Negara-negara inilah yang pada waktu itu berperan di dalam menentukan harga minyak dan menguasai produksi minyak. Ini menimbulkan suatu rasa yang tidak enak dari Negara-negara berkembang yang juga produsen minyak.
Sering kali negara-negara tersebut mengadakan eksplorasi minyak di daerah-daerah negara berkembang, namun royalty yang diberikan kepada negara berkembang tersebut sangat kecil, bisa hanya 10%.
Sehingga beberapa negara berkembang yang menghasilkan minyak termasuk Indonesia, merasa bahwa hal ini merupakan ketidakadilan. Oleh karena itu, negara-negara berkembang ini pun mendirikan OPEC. Organisasi ini terdiri dari 13 negara, yaitu Indonesia (satu-satunya dari Asia), 6 dari Timur Tengah (Qatar, Kuwait, Emirates, Saudi Arabia, Irak dan Iran), 4 dari Afrika (Aljazair, Nigeria, Libya dan Gabon), dan 2 dari Amerika Latin (Equador dan Venezuela). Negara-negara ini pun mengadakan ekplorasi sendiri, memproduksi sendiri dan menguasai produksinya sendiri. OPEC pun kemudian menjadi saingan dari Seven Sisters.
Tetapi kemudian oleh karena terjadinya peperangan antara Irak dan Iran pada tahun 1988, maka sekjen OPEC yang semula dari Irak diminta untuk diganti. Maka oleh karena Subroto yang saat itu menjadi menteri minyak dan sering kali hadir dalam Minister Conference sudah sangat dikenal di OPEC, maka ia pun diminta menjadi Sekjen OPEC. Ada 3 hal prestasi yang dicapai Subroto ketika menjabat sebagai Sekjen OPEC:
1. Mengadakan konferensi OPEC di Bali di tengah perang Irak dan Iran
Pada waktu itu, negara-negara OPEC merasa sangat dibutuhkan untuk bertemu membahas policy, menentukan harga. Namun Irak dan Iran yang keduanya adalah anggota OPEC sedang berperang. Ini adalah pertimbangan yang sangat berat apakah Minister Conference tetap akan diadakan atau tidak. Indonesia berani mengambil resiko dan tetap menyelenggarakan pertemuan tahunan tersebut di Bali. Pertemuan tetap dihadiri oleh Irak dan Iran dan berlangsung dengan baik.
2. Membangun kerjasama antara negara-negara maju penghasil minyak dengan OPEC
Seperti telah dikisahkan Subroto sebelumnya bahwa OPEC telah menjadi saingan dari negara-negara maju penghasil minyak, atau International Energy Agency yang berkedudukan di Paris. IEA yang saat itu dipimpin oleh seorang wanita Jerman dan berkedudukan di Paris terus menerus menganggap OPEC adalah saingan beratnya sehingga setiap kali kesempatan tidak mau bertemu dengan Subroto. Namun lambat laun, negara-negara maju itu menjadi konsumen OPEC. Konsumen dan produsen harus bekerjasama untuk tidak untung sebelah. Sehingga mulailah muncul pengertian di antara OPEC dan IEA. Indonesia berhasil membangun kerjasama antara produsen dan konsumen tersebut.
3. Indonesia Berhasil Mengajak Kerjasama Negara-negara Berkembang Lainnya
Selain IEA dan OPEC, masih ada Negara-negara lain yang tidak mau bergabung dengan keduanya. Tetapi jika mereka tidak mau bergabung dengan OPEC dalam menghasilkan produksinya, maka mereka itu akan mengatur harganya dengan semau-maunya. Namun akhirnya Indonesia berhasil mengajak negara-negara tersebut untuk bekerja sama.