Prof. Dr. Subroto, Fokus Pembangunan Indonesia (#4/5): Pemanfaatan Energi Bagi Kemakmuran Indonesia

(Business Lounge – Achievement)

Subroto menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi Indonesia selama 10 tahun. Diawali dengan penugasan dari Presiden pada waktu itu untuk menangani permasalahan energi. Subroto menyadari bahwa latar belakang yang dimilikinya sebenarnya bertolak belakang oleh karena ia adalah seorang ekonom. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan Indonesia pada waktu itu banyak bergantung pada pendapatan ekspor minyak, gas, batu bara. Ia mengatakan bahwa kemungkinan aspek ekonomi dari penggunaan Sumber Daya Alam itu menjadi pertimbangan sehingga ia ditunjuk menjadi Menteri Pertambangan dan Energi.

Bagi Subroto, energi sangat berperan bagi pembangunan Indonesia. Ada 2 hal yang dianugerahkan kepada Bangsa Indonesia ini ketika bangsa ini merdeka. Pertama, Sumber Daya Manusia (SDM), kedua, Sumber Daya Alam (SDA). Keduanya ini haruslah dimanfaatkan dalam pembangunan bangsa.

Untuk Sumber Daya Alam (SDA), maka Subroto menyadari bahwa Sumber Daya Alam yang dianugerahkan kepada Indonesia merupakan kekayaan yang sangat besar dalam bentuk mineral yang ada di tanah, dan di bawah bumi Indonesia. Selain itu juga berupa energi yang ada di Indonesia. Inilah yang dipercayakan kepadanya untuk dikelola.

Pada waktu Indonesia mulai mengelola kekayaan minyak dan mineralnya, yaitu pada tahun 1968. Pada awalnya menghasilkan 600.000 barrel, kemudian bertambah menjadi 1.000.000 barrel, dan kemudian menjadi 1.600.000 barrel. Hal ini dikarenakan para investor terus aktif mencari sumber-sumber yang baru. Jadi sumber-sumber baru ini kemudian menjadi sumber cadangan pada waktu selanjutnya.

Produksi minyak kita mencapai 1,600.000 barrel/hari sedangkan kebutuhan kita pada waktu itu hanya sekitar 300.000/400.000 barrel. Sehingga selisihnya, dapat kita eksport dan mendatangkan devisa. Devisa ini kemudian kita gunakan untuk membeli mesin, bahan-bahan baku, manufacturing produksi di Indonesia. Sehingga pada waktu itu, ada dua pengertian dari minyak, dan gas. Pertama, untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan di dalam kehidupan bangsa sehari-hari. Kedua, untuk menghasilkan devisa, sehingga dapat membeli barang-barang, mesin, bahan baku untuk menghidupkan manufacturing di dalam negeri.

Energy

Hal ini terus berlangsung hingga tahun 1998, saat kondisi politik bangsa kita dapat dikatakan cukup stabil dan tidak ada pergolakan. “Masa 30 tahun itu dapat dikatakan sangat stabil,” demikian dikatakan Subroto. Peraturan dapat diterapkan sehingga orang-orang dapat mengikutinya, tidak terlalu banyak pungutan-pungutan, dampaknya banyak investor yang menanamkan investasinya di Indonesia untuk menghasilkan minyak, batu bara, dan gas. Dengan demikian mata produksi dari minyak dan gas semakin aktif dan terus menanjak.

Pada tahun 1998 ketika terjadi goncangan di Indonesia, para investor pun menarik diri. Hingga saat ini tidak ada lagi para investor yang masuk ke Indonesia untuk mencari minyak, gas dan lain-lain.

Akibatnya, persediaan yang ada pun semakin menipis. Sumber-sumber baru pun tidak kunjung didapatkan. Akhirnya, Indonesia pun tidak lagi dapat mengekspor minyak malah sebaliknya menjadi pengimpor minyak.

Subroto menjelaskan bahwa masyarakat harus menyadari betapa pentingnya energi bagi mereka. Tanpa energi maka tidak akan ada lampu, tidak ada mobil. Sehingga energi merupakan essensial dari kehidupan suatu bangsa.

Energi dapat berasal dari minyak, Gas, Batu Bara, Air, Angin, ataupun Matahari. Sehingga penting sekali pada waktu kita membangun sebuah bangsa kita dapat memanfaatkan energi untuk industri, untuk pendidikan, dan untuk transportrasi.

Back to PROF. DR. SUBROTO, FOKUS PEMBANGUNAN INDONESIA

subroto - Cover


pak YoKristanto Nugroho
Editor in Chief Vibiz Media Network

ruth_revisiRuth Berliana
Editor in Chief businesslounge.co

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x