Industri Susu Selandia Baru Hadapi Masalah Besar, Harga Ekspor Susu Tertekan

(Business Lounge – News)  Tahun 2015 merupakan tahun yang sulit bagi para peternak di  Selandia Baru dan membuat mereka harus berhemat besar-besaran, pasalnya  harga ekspor susu yang merupakan pilar ekonomi negara itu jatuh ke level terendah dalam lebih dari lima tahun pada hari Kamis lalu.

Harga rata-rata pada lelang bursa susu Fonterra – Global Dairy Trade Fonterra jatuh harga menjadi $ 2.599 per ton, harga terendah sejak Agustus 2009, dan hampir setengah dari harga puncaknya pada bulan Februari tahun ini.

Anjloknya harga bursa susu Fonterra ini menyebabkan kerugian besar kepada peternak, Federasi Pelaku industri Susu di Selandia Baru mengatakan sebelumnya peternak  Selandia Baru harus menelan pil pahit  pasca larangan Rusia pada impor susu dari Uni Eropa yang disebabkan konflik yang ada di timur Ukraina. Sehingga ekspor ke negeri itu terhenti dan membuat pasokan berlebih.

Meresponi kenaikan harga ekspor susu tersebut membuat partai oposisi utama negeri itu  yaitu Partai Buruh mengkuatirkan kondisi ekonomi selanjutnya negeri Kiwi ini seperti yang dilansir di ABC news hari ini (3/10). Karena selama ini ekonomi negara yang beribukota Auckland ini bergantung pada komoditas susu dan akibatnya  menempatkan perekonomian Selandia Baru dalam posisi rentan dan terkena kelemahan dalam ketergantungan pada komoditas susu ini.

Sebelum momentum pelarangan ekspor susu ke Rusia beberapa bulan ini,  industri susu di Selandia Baru memang sedang menghadapi krisis yang berkepanjangan pasca  negara-negara importir selama ini telah memproduksi susu bubuk buatan sendiri sehingga akibatnya berdampak kepada kelebihan pasokan sehingga membuat harga semakin jatuh.

Selain itu dari laporan Rabobank memperingatkan pelaku industri susu akan menghadapi permasalahan harga rendah yang berkepanjangan yang disebabkan kondisi ekonomi global yang sedang berjuang untuk meraih keuntungan dan bank ini memperkirakan harga susu akan mulai pulih pada tahun 2015-2016.

Bulan Agustus lalu, produsen raksasa susu Fonterra dan Synlait mengumumkan mereka berusaha untuk memangkas pembayaran kepada peternak  pasca  melemahnya permintaan global, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai pertumbuhan ekonomi Selandia Baru. Goldman Sachs juga memperkirakan  tahun ini bahwa output susu global tahunan akan melebihi permintaan sebesar 2 miliar liter hingga 2018 – banjir lima tahun yang akan menekan harga.

Statistik Selandia Baru mengumumkan bulan lalu bahwa susu bubuk, mentega dan keju ekspor ke Tiongkok  turun 35 persen tahun ke tahun pada bulan Agustus, meskipun Tiongkok tetap menjadi tujuan utama bagi produk susu, mengambil 14 persen dari total.

Joel/Journalist/VM/VBN
Editor: Jul Allens
image: zewzealand

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x