The New York Times
Midtown Manhattan, NYC

New York Times Catat Kenaikan Pendapatan Digital

(Business Lounge – Global News) The New York Times Company melaporkan peningkatan pendapatan baik dari sisi iklan maupun langganan digital pada kuartal pertama 2025, menggarisbawahi kekuatan model bisnis berbasis konten berbayar di tengah lanskap media yang semakin kompetitif. Perusahaan yang menerbitkan salah satu surat kabar paling berpengaruh di dunia ini menutup kuartal dengan lebih dari 11 juta pelanggan digital-only, menandai pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun.

Menurut laporan yang dikutip dari The Wall Street Journal, total pendapatan naik menjadi 594 juta dolar AS pada kuartal yang berakhir 31 Maret, meningkat dari 560 juta dolar AS pada periode yang sama tahun lalu. Kontributor utama peningkatan ini adalah segmen langganan digital, yang mencatatkan pendapatan sebesar 284 juta dolar, naik sekitar 7,3% secara tahunan.

CEO Meredith Kopit Levien mengatakan dalam pernyataan kepada investor bahwa strategi “bundling”—yang menggabungkan akses ke berita, permainan seperti Wordle, dan produk audio seperti The Daily—telah menjadi pendorong utama retensi pelanggan. “Kami terus menunjukkan bahwa pendekatan multi-produk tidak hanya menambah nilai bagi pengguna tetapi juga memperpanjang masa langganan mereka,” ujar Levien, seperti dikutip oleh Reuters.

Segmen periklanan, yang selama ini berfluktuasi akibat kondisi ekonomi makro dan perpindahan anggaran ke platform digital lain seperti Google dan Meta, justru mencatatkan peningkatan moderat. Pendapatan iklan digital naik sekitar 2,9% menjadi 66 juta dolar, dibantu oleh peningkatan permintaan dari pengiklan merek premium dan sektor teknologi. Sementara itu, pendapatan iklan cetak mengalami penurunan sekitar 5%, mencerminkan tren jangka panjang di industri media cetak.

Analis dari Morningstar menyebut bahwa performa The New York Times mencerminkan posisi uniknya di industri sebagai penerbit yang sukses melakukan transisi dari model bisnis berbasis iklan ke model berbasis langganan. “Sangat sedikit media yang bisa mengandalkan pendapatan berulang dari lebih dari 10 juta pelanggan digital,” ujar Neal Simpson, analis media senior.

Selain itu, pertumbuhan jumlah pelanggan juga sebagian didorong oleh ekspansi ke produk-produk non-berita. Peluncuran The Athletic, situs berita olahraga yang diakuisisi tahun lalu, memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan pengguna baru. Pada kuartal ini, The Athletic mencatat pertumbuhan langganan sebesar 13%, serta peningkatan waktu baca rata-rata per pengguna.

Dalam panggilan konferensi dengan investor, CFO William Bardeen menyatakan bahwa margin operasional perusahaan tetap sehat di atas 9%, dan arus kas dari operasi berada pada posisi positif meskipun investasi terus dilakukan untuk teknologi, pengembangan produk, serta akuisisi konten kreatif. “Kami menyeimbangkan pertumbuhan dengan efisiensi biaya secara disiplin,” ujar Bardeen.

Menurut data dari Bloomberg, saham The New York Times naik hampir 4% dalam perdagangan setelah jam bursa, menandakan kepercayaan investor terhadap strategi jangka panjang perusahaan. Kinerja positif ini terjadi di tengah kondisi di mana banyak perusahaan media lain, seperti BuzzFeed dan Vice, tengah berjuang dengan pemangkasan staf dan pendapatan yang stagnan.

Dari perspektif industri, model yang diterapkan oleh The New York Times dianggap sebagai acuan dalam era di mana algoritma media sosial dan kecerdasan buatan mulai mendominasi distribusi informasi. Dalam menghadapi persaingan dari teknologi baru seperti AI generatif dan platform berita berbasis personalisasi algoritmik, The Times menegaskan pentingnya nilai jurnalistik dan integritas editorial sebagai diferensiasi utama.

“Pembaca kami datang untuk berita, tetapi tetap tinggal untuk ekosistem produk kami yang luas,” kata Levien. Ia menambahkan bahwa integrasi konten berita dengan fitur permainan dan audio telah menciptakan keterlibatan yang lebih dalam dan lebih tahan terhadap fluktuasi eksternal.

Langkah diversifikasi ini terbukti strategis dalam mempertahankan daya tarik perusahaan kepada pembaca muda. Survei internal menunjukkan bahwa pelanggan berusia 18 hingga 34 tahun kini menyumbang lebih dari 30% basis pengguna digital-only, dan ini menjadi fokus utama untuk ekspansi di masa depan.

Tantangan tetap ada. Salah satunya adalah meningkatnya penggunaan pemblokir iklan (ad blockers), serta ketidakpastian terkait arah kebijakan privasi data yang dapat berdampak pada pendapatan iklan berbasis perilaku pengguna. Namun, manajemen The New York Times menyatakan telah mulai mengembangkan sistem internal berbasis data first-party yang akan mengurangi ketergantungan pada pelacak pihak ketiga.

Sementara itu, The New York Times juga terus memperkuat kapabilitas teknologinya untuk mendukung strategi pertumbuhan. Penggunaan machine learning dan analitik prediktif kini diterapkan untuk menyesuaikan pengalaman pengguna, meningkatkan rekomendasi artikel, dan memaksimalkan retensi pelanggan.

Di sisi operasional, perusahaan mempertahankan komitmen mereka terhadap jurnalisme investigatif dan liputan internasional yang mendalam. Dalam kuartal ini, investasi ditujukan pada pembukaan biro baru di Afrika Barat dan Asia Tenggara, serta penambahan reporter untuk liputan perubahan iklim dan teknologi.

Menurut The Wall Street Journal, transformasi The New York Times juga membawa dampak terhadap industri media secara luas. Sejumlah surat kabar besar, termasuk The Washington Post dan Los Angeles Times, mulai mengadopsi pendekatan langganan multi-produk dan diversifikasi konten berbasis utilitas.

Sebagai bagian dari visinya untuk tahun 2025, The New York Times Company menargetkan mencapai 15 juta pelanggan digital, yang dianggap realistis dengan mempertimbangkan tren akuisisi pengguna saat ini. “Kami belum selesai,” ujar Levien. “Ambisi kami adalah menjadi perusahaan media digital global paling berpengaruh dalam satu dekade ke depan.”

Dengan kinerja keuangan yang sehat, strategi produk yang terintegrasi, serta basis pelanggan yang terus berkembang, The New York Times tampaknya berhasil menunjukkan bahwa model bisnis media berbasis nilai, kualitas, dan loyalitas masih sangat relevan di era digital yang cepat berubah.