“Suar Mata” RupaFest ITS: Desain Sebagai Solusi Sosial, AI Sebagai Katalis Inovasi

(Business Lounge Journal – Art)

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya sedang mempersiapkan RupaFest, sebuah festival seni dan desain yang diadakan oleh Departemen Desain Komunikasi Visual (DKV), Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital. Festival tahunan ini telah menjadi wadah bagi para mahasiswa, seniman, desainer, dan masyarakat umum untuk mengeksplorasi kreativitas, berinteraksi, dan mengembangkan wawasan dalam bidang seni dan desain.

RupaFest tidak hanya sekadar pameran karya seni, tetapi juga ajang untuk berbagi pengetahuan melalui workshop, seminar, dan diskusi yang melibatkan para ahli di bidangnya. Selain itu, festival ini juga menjadi platform bagi mahasiswa DKV ITS untuk menunjukkan kemampuan mereka melalui berbagai kompetisi yang menantang dan inspiratif.

Kali ini Business Lounge Journal berkesempatan untuk mendapatkan keterangan tertulis dari Dewa Bagus Raihan Satriamurti selaku RupaFest Project Officer dan Akmal Wahyu selaku Ketua Divisi Exhibition RupaFest pada tahun ini. Dalam perbincangan tertulis ini, Business Lounge Journal ingin mengetahui bagaimana DKV ITS menyikap perkembangan AI, khususnya generative AI, dan adakah pemanfaatnnya dalam RupaFest yang akan segera digelar ini.

BLJ: Business Lounge Journal
RF: RupaFest

BLJ: Dapatkah Anda menjelaskan apa itu RupaFest secara sederhana?

RF: RupaFest merupakan event tahunan yang diadakan oleh HIMA Rupa DKV ITS berupa Exhibition yang berisi tugas-tugas matakuliah  mahasiswa DKV ITS. Dengan tujuan sebagai upaya untuk membangun citra positif DKV ITS sebagai kampus Desain yang mendukung kreativitas mahasiswanya, serta menunjukkan potensi mahasiswa DKV ITS kepada Stakeholder industri kreatif.

BLJ: RupaFest tahun ini mengangkat tema Suar Mata – karya desain sebagai cahaya penuntun yang dapat menjadi solusi menuju pemecahan masalah sosial. Bisa dijelaskan lebih lanjut mengenai pemilihan tema tersebut dan bagaimana karya desain RupaFest dapat menjadi memecahkan masalah sosial? 

RF: Suar Mata sendiri terpilih sebagai tema dari adanya pandangan masyarakat umum yang menganggap desain hanya sebagai alat untuk estetika, sehingga muncul urgensi untuk menyebarkan kesadaran bahwa desain sejatinya juga  memiliki kekuatan dan berperan penting untuk memecahkan permasalahan sosial. Di DKV ITS sendiri, setiap karya desain mahasiswanya diharuskan untuk mampu menjadi solusi dari suatu permasalahan, Contohnya pada salah satu mata kuliah utama, yaitu mata kuliah Sosial Budaya, setiap karya dari mahasiswa diharuskan untuk menyelesaikan masalah yang menyangkut kehidupan sosial dan kebudayaan yang ada di salah satu kawasan di Surabaya. Oleh karena itu, melalui RupaFest, karya-karya yang merupakan solusi tersebut dapat dilihat oleh lebih banyak orang, sehingga akan muncul kesadaran bahwa desain tidak hanya sebagai alat untuk estetika, namun juga dapat menjadi solusi dari permasalahan sosial.

BLJ: Bagaimana perkembangan AI, khususnya dalam bidang generative AI, memengaruhi proses kreatif dan produksi karya dalam konteks RupaFest? Apakah AI dilihat sebagai alat bantu, kolaborator, atau bahkan ancaman bagi para seniman dan desainer?

RF: AI memang memberikan dampak yang signifikan di dunia kreatif. Sebagai orang yang ada di dalam dunia kreatif, tentu saja kita tidak bisa menolak kehadiran AI. Walaupun AI memberikan kemudahan bagi para desainer, kita tetaplah sosok sentral dari karya yang kita buat. Desainerlah yang memberikan “Konteks, Makna, dan Sentuhan” humanis di setiap karya di mana AI tidak bisa memberikan hal-hal tersebut. Sehingga AI di sini berfungsi sebagai sebagai alat bantu sebagai katalis para desainer untuk berkarya dan berinovasi.

BLJ: Bagaimana mahasiswa dan dosen menyikapi kehadiran AI dalam kurikulum dan praktik pembelajaran? Apakah ada upaya untuk mengintegrasikan AI sebagai bagian dari pendidikan desain komunikasi visual?

RF: Sebagai mahasiswa, kita melihat AI sebagai alat bantu pendidikan untuk mengeksplorasi ide untuk berkarya. Tetapi sebagai mahasiswa, kita harus mampu mengembangkan ide tersebut sehingga lebih relevan dan lebih bermakna bagi orang-orang di sekitar kita.

BLJ: Dalam konteks pameran RupaFest, apakah AI digunakan untuk menciptakan pengalaman yang lebih interaktif dan personal bagi pengunjung? Misalnya, apakah ada ide untuk menggunakan AI dalam Augmented Reality atau instalasi interaktif?

RF: RupaFest kali ini, kami tidak menggunakan AI dalam pengembangan ide kami. Karena keresahan dan ide-ide kami sebagai Mahasiswa desain sudah cukup untuk dijadikan ide besar yang seterusnya dijabarkan dalam unsur-unsur yang ada di RupaFest.

BLJ: Di masa depan, bagaimana peran AI dapat mengubah lanskap industri kreatif, khususnya di bidang desain komunikasi visual? Bagaimana RupaFest dan ITS dapat berkontribusi dalam membentuk masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan dengan memanfaatkan AI?

RF: Dengan terus berkembangnya teknologi AI, sebagai manusia yang bekerja dalam industri kreatif, daripada menolak kami harus dapat beradaptasi dengan teknologi ini, dan menjadikannya sebagai salah satu alat yang dapat membantu kami dalam mewujudkan ide-ide dan kreativitas yang berasal dari kami sendiri. Melalui RupaFest, kami dapat mengeksplor teknologi ini sebagai alat untuk mewujudkan ide sebuah karya desain yang inklusif dan berkelanjutan.

BLJ: Apa harapan terhadap dampak RupaFest bagi perkembangan seni rupa di ITS dan Indonesia secara umum?

RF: Diharapkan RupaFest dapat menyebarkan kesadaran kepada masyarakat yang lebih luas  terhadap karya desain yang dapat menjadi solusi bagi permasalahan sosial. Juga dapat menginspirasi teman-teman DKV dari kampus yang lain agar ikut serta mendukung dan berperan dalam membuat karya-karya yang desain yang inklusif dan membabntu dalam pertumbuhan berkelanjutan

RupaFest bukan hanya sekadar acara tahunan, tetapi juga cerminan dari semangat inovasi dan kreativitas yang tumbuh di lingkungan ITS. Melalui festival ini, ITS memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan seni dan desain di Indonesia, serta mendorong generasi muda untuk terus berkarya dan berinovasi.