Joji Thomas Philip, Founder and EIC DealStreet Asia: The Potential in Indonesia is Massive

(Business Lounge Journal – Interview Session)

DealStreetAsia telah sukses menyelenggarakan PE-VC Summit (Private Equity – Venture Capital Summit 2020) di Indonesia pada Rabu, 15 Januari 2020. Berbincang dengan Alfred Pakasi, Managing Partner Vibiz Consulting, Joji Thomas Philip selaku Founder and Editor In Chief DealStreetAsia pun mengisahkan bagaimana pelaksanaan acara yang telah berlangsung dua kali di Jakarta sekaligus bagaimana Indonesia memiliki potensi yang hebat.

DealStreetAsia saat ini adalah perusahaan milik Nikkei dan bekerja sama erat dengan Nikkei dan Financial Times. Pada Desember 2019, DealStreetAsia genap memasuki tahun yang kelima dan Joji menjelaskan bahwa mereka adalah media yang vertikal. Sehingga ia tidak tidak meng-cover segala hal. “Kami terutama hanya meng-cover dua sektor, yaitu Venture Capital dan Private Equity. Di area itu pun kami terutama meng-cover hanya deals,” demikian disampaikan Joji.

Berbagai deals yang menjadi bagian dari pemberitaan DealStreetAsia adalah deal pendanaan startup, deal pendanaan venture capital, perusahaan private equity, deals dan jumlah pendanaannya yang meliputi area Asia Tenggara. Itulah sebabnya, DealStreetAsia memiliki reporter di seluruh Asia Tenggara plus India, Hong Kong, dan satu di Shanghai. Menurut Joji, saat ini terdapat 20 orang reporter di kawasan.Asioa Tenggara. “Diharapkan dalam setahun ke depan, kami dapat menggandakan reporter kami menjadi 40 reporter,” demikian harapan Joji.

DealStreetAsia merupakan “niche vertical media” yang hanya meng-cover M&A (Merger and Acquisition) dan juga spesialis investasi private equity. Joji sangat yakin bahwa di masa depan, media harus mengerjakan vertical media. Dengan mengidentifikasi area spesialisasi dan hanya fokus pada area tertentu, maka media tidak akan berkompetisi dengan media yang meng-cover semuanya. “Kita cari satu sektor yang baik dan menjadi ahli pada sektor tersebut,” terang Joji. “Ya, berspesialisasi. Menurut saya, satu-satunya cara untuk membangun perusahaan media dewasa ini adalah menjadi se-spesialis mungkin, sehingga seseorang yang membaca media lain pun, akan tetap membaca media Anda karena di situ Anda ‘jago’,” lanjut Joji.

Terkait Indonesia PE-VC Summit 2020 yang baru saja berlangsung, Joji menjelaskan bagaimana tim yang ia miliki akan berupaya memastikan konten yang dimiliki acara tersebut kuat sehingga setiap peserta yang membeli tiket merasa mendapatkan ‘value’. Tidak sekedar seperti membaca berita surat kabar. “Kami bekerja keras untuk mendapat pembicara dan panelis yang tepat. Kami usahakan supaya sponsor tidak usah berbicara, supaya kalau mereka datang ke acara Summit, tidak merasa hanya mendengarkan sponsor. Itu sebabnya Anda akan jarang melihat pihak sponsor yang bicara,” ungkap Joji. Membuat sebuah event bagi Joji adalah bagaimana membuat content oriented yang kuat yang memberikan value bagi semua peserta.

Lalu mengapa Joji memilih Jakarta sebagai salah satu lokasi pelaksanaan event? Joji pun menjelaskan bahwa dalam hal traffic dan jumlah pembaca, Indonesia adalah pasar besar yang sangat bertumbuh baginya. Joji merasa bahwa Indonesia adalah masa depan Asia Tenggara. Pada tahun lalu, ‘deal size’ dan ‘deal making’ di kawasan Asia Tenggara mengalami penurunan, tetapi hanya di Indonesia yang mengalami peningkatan oleh karena dua deal besar yang terjadi, yaitu GoJek dan Traveloka. Joji merasakan hanya di Indonesia ada masa depan. Apalagi pada tahun kemarin hanya satu unicorn baru yang muncul di Asia Tenggara, yaitu Ovo. “Saya pikir, Indonesia memiliki potensi untuk menghasilkan banyak unicorn berikutnya di kawasan Asia Tenggara,” jelas Joji.

Sebuah pertanyaan lagi yang dilontarkan oleh Alfred Pakasi mengenai bagaimana Joji melihat potensi yang ada pada dasawarsa yang mendatang? Joji pun menjelaskan bahwa dari review data yang dilakukannya, terdapat 30% unicorn yang muncul dari Asia Tenggara yang akan merupakan “Indonesia specialist” di dekade mendatang dan 70%-nya regional. Bagi Joji, sangat sulit untuk membangun perusahaan (bernilai) miliaran dollar di negara-negara Asia Tenggara karena pasarnya yang sangat kecil. Tetapi, hanya di Indonesia, kita dapat melihat perusahaan milyaran dollar seperti Ovo.

“Jadi Indonesia adalah satu-satunya pasar di Asia Tenggara dimana Anda dapat membangun unicorn, tanpa harus pergi ke kawasan, cukup spesialis di Indonesia. Apalagi Indonesia memiliki lebih banyak pengguna internet dibandingkan seluruh Amerika Selatan. Jadi, potensi Indonesia itu sangat massif. Jika Anda membangun perusahaan di Negara lain di Asia Tenggara, Anda harus hadir di lebih dari 2 atau 3 negara. Tetapi kalau Anda membangun perusahaan di Indonesia itu sudah cukup besar,” Joji menyimpulkan penjelasannya.

Business Lounge Journal/VMN/BLJ