(Business Lounge Journal – News and Insight)
Kebakaran hutan merupakan isu yang penting dan sering terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di wilayah perkotaan. Secara umum, kebakaran hutan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cuaca kering, kelalaian manusia, atau sebagai akibat dari perubahan iklim.
Dampaknya dapat sangat besar, baik bagi lingkungan, infrastruktur, maupun kesehatan masyarakat. Seperti yang baru-baru ini dan masih sedang berlangsung adalah kebakaran hutan seperti yang terjadi di Los Angeles (LA) yang pasti memiliki dampak yang signifikan baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Sebagai negara tropis yang memiliki banyak hutan, Indonesia adalah negara rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan tercatat ada 629 kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah daerah di Indonesia sepanjang tahun 2024 dan semua berhasil ditanggulangi dengan baik. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Abdul Muhari di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa dari sembilan jenis bencana yang melanda Indonesia, kebakaran hutan dan lahan mengalami peningkatan hingga cukup mendominasi pada periode bulan Juli-Oktober 2024. Namun, peristiwa karhutla tersebut secara keseluruhan berhasil ditangani dengan baik. Hal ini dikarenakan selain dibantu curah hujan yang intens pada musim penghujan, juga didukung oleh kolaborasi dari kementerian bersama lembaga terkait dan pemerintah daerah.
Dampak Jangka Pendek
Perlu kita ketahui dampak utama karhutla adalah terhadap kesehatan dan lingkungan, seperti di bawah ini:
- Dampak terhadap Kesehatan
- Kualitas Udara Buruk
Kebakaran hutan melepaskan partikel-partikel kecil seperti PM2.5 yang bisa masuk ke dalam paru-paru dan bahkan aliran darah. Hal ini dapat meningkatkan risiko penyakit pernapasan seperti asma, bronkitis, dan bahkan penyakit jantung.
- Masalah Pernapasan
Asap dari kebakaran dapat memperparah kondisi asma dan COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease). Orang dengan kondisi kesehatan ini sering mengalami serangan akut selama periode kebakaran.
- Masalah Mata dan Kulit
Irritasi mata dan kulit bisa terjadi karena partikel asap. Mata bisa merah dan terasa gatal, sementara kulit bisa menjadi kering dan iritasi.
- Kesehatan Mental
Pengalaman kebakaran hutan bisa sangat traumatis, menyebabkan stres, kecemasan, depresi, atau PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) terutama bagi mereka yang kehilangan properti atau yang terpaksa mengungsi.
- Dampak terhadap Lingkungan:
- Kerusakan Ekosistem
Kebakaran dapat menghancurkan habitat alami berbagai spesies flora dan fauna, mengakibatkan kehilangan biodiversity dan perubahan ekosistem permanen.
- Perubahan Tanah
Api dapat menghilangkan lapisan organik di permukaan tanah, membuat tanah lebih rentan terhadap erosi. Tanah yang terbakar juga bisa menjadi lebih sulit untuk ditumbuhi kembali oleh vegetasi.
- Kualitas Air
Abu dan kotoran dari kebakaran dapat masuk ke aliran air, mengkontaminasi sumber air minum dan habitat akuatik, menurunkan kualitas air dan mempengaruhi kehidupan air.
- Perubahan Iklim
Kebakaran hutan melepaskan karbon yang disimpan dalam vegetasi dan tanah ke atmosfer, menambah emisi gas rumah kaca dan mempercepat perubahan iklim.
- Perubahan Cuaca Lokal
Asap dari kebakaran bisa mengubah pola cuaca lokal, menciptakan kabut asap yang dapat mempengaruhi suhu dan pola hujan di daerah tersebut.
Semua dampak ini tidak hanya terbatas pada waktu kebakaran tetapi juga bisa berlanjut selama bertahun-tahun, mempengaruhi pemulihan dan regenerasi lingkungan serta kesehatan masyarakat di sekitar area yang terkena dampak.
Dampak Jangka Panjang
Dampak jangka panjang dari kebakaran hutan seperti yang terjadi di Los Angeles bisa sangat luas dan berlangsung selama bertahun-tahun atau bahkan beberapa dekade. Berikut adalah beberapa dampak jangka panjang yang signifikan:
1.Dampak Kesehatan
- Kesehatan Paru-Paru dan Jantung
Paparan jangka panjang terhadap polutan udara dari kebakaran dapat meningkatkan risiko jangka panjang untuk penyakit paru-paru kronis, kanker paru, dan penyakit kardiovaskular.
- Kesehatan Mental
Trauma dari kebakaran hutan bisa menyebabkan PTSD, depresi, atau kecemasan jangka panjang, terutama di komunitas yang mengalami kerugian besar.
- Pertumbuhan dan Perkembangan Anak-Anak
Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan dengan kualitas udara buruk mungkin mengalami masalah perkembangan, termasuk keterlambatan dalam perkembangan kognitif dan pertumbuhan fisik.
2. Dampak Lingkungan:
- Regenerasi Ekosistem
Beberapa ekosistem mungkin butuh puluhan tahun untuk pulih, terutama jika spesies kunci atau pohon besar yang membutuhkan waktu lama untuk tumbuh kembali hilang. Beberapa ekosistem mungkin tidak pernah kembali ke keadaan sebelum kebakaran.
- Erosi dan Degradasi Tanah
Tanpa vegetasi untuk menahan tanah, erosi bisa sangat parah, menyebabkan kerusakan permanen pada tanah dan lanskap, mempengaruhi kemampuan untuk pertanian atau konservasi.
- Perubahan Biodiversitas
Kehilangan spesies akibat kebakaran bisa mengubah dinamika ekosistem secara permanen. Beberapa spesies mungkin tidak pernah kembali, sementara spesies lain bisa mengambil alih, mengubah komposisi ekosistem.
- Kualitas Air Jangka Panjang
Kontaminasi air bisa berlanjut selama bertahun-tahun setelah kebakaran karena run-off dari tanah terbakar yang mengandung sedimen dan nutrien berlebih, mempengaruhi kualitas air dan kehidupan akuatik.
- Dampak pada Iklim Global
Karbon yang dilepaskan dari kebakaran hutan berkontribusi pada peningkatan gas rumah kaca dalam atmosfer, yang memiliki dampak jangka panjang pada perubahan iklim global. Selain itu, perubahan albedonya (reflektansi permukaan bumi) dapat mempengaruhi pola iklim lokal dan global.
- Peningkatan Frekuensi Kebakaran
Kebakaran dapat menghasilkan kondisi yang lebih mudah terbakar dalam jangka panjang karena vegetasi yang tumbuh kembali mungkin lebih mudah terbakar, dan tanah yang terbakar menciptakan siklus kebakaran yang lebih sering.
- Ekonomi dan Masyarakat
Dampak ekonomi bisa berlangsung lama, dengan pemulihan infrastruktur, penurunan nilai properti, dan kerugian industri terkait seperti pariwisata dan pertanian. Masyarakat bisa mengalami perubahan demografis, dengan beberapa orang memilih untuk tidak kembali atau pindah ke area lain.
Pemulihan dari dampak jangka panjang ini sering memerlukan usaha konservasi yang intensif, perubahan kebijakan, dan investasi komunitas dan pemerintah untuk memastikan keberlanjutan ekologis dan kesejahteraan masyarakat.
Memang, pemulihan yang efektif dan berkelanjutan seringkali memerlukan upaya yang komprehensif dan terintegrasi dari berbagai pihak.
- Usaha konservasi yang intensif:
Pemulihan jangka panjang membutuhkan upaya konservasi yang sungguh-sungguh dan terus-menerus untuk memulihkan ekosistem yang rusak. Ini dapat mencakup restorasi habitat, perlindungan spesies terancam, pengelolaan sumber daya alam secara lestari, dan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan. Upaya konservasi membutuhkan dukungan sumber daya, keahlian, dan komitmen jangka panjang dari berbagai pemangku kepentingan.
- Perubahan kebijakan:
Pemulihan yang berkelanjutan sering kali memerlukan adanya perubahan kebijakan dan regulasi yang mendukung upaya konservasi dan kesejahteraan masyarakat. Ini dapat meliputi kebijakan lingkungan, sosial, ekonomi, dan pembangunan yang lebih ramah lingkungan dan inklusif. Perubahan kebijakan harus didorong melalui advokasi, kolaborasi, dan komitmen politik untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pemulihan.
- Investasi komunitas dan pemerintah:
Pemulihan jangka panjang membutuhkan dukungan sumber daya yang memadai, baik dari komunitas lokal maupun pemerintah. Investasi dapat berupa pendanaan, pengembangan kapasitas, infrastruktur, program pemberdayaan masyarakat, dan insentif untuk mendorong partisipasi aktif.
Keterlibatan dan kepemilikan masyarakat lokal sangat penting untuk memastikan keberlanjutan upaya pemulihan. Pemerintah berperan dalam menyediakan kerangka regulasi, koordinasi, dan pendanaan yang memadai.
Secara keseluruhan, pemulihan jangka panjang dari dampak lingkungan dan sosial membutuhkan kolaborasi multipihak yang sinergis. Upaya konservasi, perubahan kebijakan, dan investasi komunitas serta pemerintah harus berjalan selaras untuk mencapai hasil yang optimal dan berkelanjutan. Hal ini penting untuk memastikan kelestarian ekologis dan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Di belahan dunia manapun hal ini terjadi, semua dampak ini harus benar-benar dipikirkan. Kita harapkan tidak ada lagi bencana yang seperti ini di Indonesia maupun di seluruh dunia.
Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, terutama di Kalimantan dan Sumatra, sempat menjadi sorotan yang cukup intensif pada beberapa tahun lalu.
Berdasarkan data, jumlah titik api (hotspot) kebakaran hutan dan lahan di Indonesia memang telah menurun dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2019, jumlah hotspot mencapai sekitar 30.000, tetapi kemudian turun menjadi sekitar 11.000 pada 2020 dan 2021. Hal ini menunjukkan ada perbaikan dalam pengendalian dan pencegahan kebakaran hutan di Indonesia.
- Upaya Penanggulangan yang Dilakukan:
Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai langkah untuk mengatasi permasalahan ini, antara lain:
- Penguatan sistem deteksi dini dan pemadaman cepat kebakaran hutan.
- Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum terhadap pembakar lahan.
- Rehabilitasi dan restorasi lahan gambut yang rentan terbakar.
- Pemberdayaan masyarakat dan kerja sama dengan pihak swasta dalam pencegahan kebakaran.
Meskipun terjadi penurunan, permasalahan kebakaran hutan dan lahan masih menjadi tantangan yang perlu ditangani secara berkelanjutan. Faktor-faktor seperti praktek pembukaan lahan dengan cara membakar, kondisi cuaca kering, dan degradasi ekosistem masih berpotensi memicu kebakaran. Koordinasi dan komitmen yang kuat dari berbagai pemangku kepentingan masih diperlukan untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan di masa mendatang.
Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa upaya penanggulangan kebakaran hutan di Indonesia telah menunjukkan hasil positif, namun perlu terus dilanjutkan dan ditingkatkan untuk mencapai pengendalian yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.