(Business Lounge Journal – Human Resources)
Employee engagement practices merupakan suatu kebijakan manajemen sumber daya manusia di perusahaan yang merupakan praktik keterlibatan karyawan mengacu pada strategi dan inisiatif yang digunakan organisasi untuk meningkatkan komitmen, motivasi, dan keterlibatan karyawan. Praktik-praktik keterlibatan karyawan atau employee engagement mulai menjadi populer dan banyak diterapkan oleh perusahaan sejak akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Sebelum kemunculan konsep dan praktik-praktik keterlibatan karyawan (employee engagement), manajemen sumber daya manusia (SDM) di perusahaan-perusahaan umumnya berfokus pada konsep-konsep lain, yaitu:
- Motivasi Karyawan
Fokus pada upaya meningkatkan motivasi karyawan melalui insentif, penghargaan, dan pemenuhan kebutuhan dasar. Pendekatan ini didasarkan pada teori-teori motivasi seperti teori hirarki kebutuhan Maslow dan teori dua faktor Herzberg.
- Kepuasan Kerja
Perhatian diberikan pada tingkat kepuasan karyawan terhadap pekerjaan, gaji, supervisi, rekan kerja, dan aspek lainnya. Pengukuran dan peningkatan kepuasan kerja dianggap penting untuk meningkatkan kinerja dan retensi karyawan.
- Komitmen Organisasi
Fokus pada upaya membangun komitmen karyawan terhadap organisasi, baik secara afektif, kontinuan, maupun normatif. Karyawan yang berkomitmen diharapkan lebih loyal dan termotivasi untuk berkontribusi pada tujuan organisasi.
- Keterlibatan Karyawan (Employee Involvement)
Pendekatan yang menekankan pada partisipasi dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan rasa kepemilikan, tanggung jawab, dan antusiasme karyawan terhadap pekerjaan mereka.
Meskipun konsep-konsep tersebut masih tetap relevan dan diterapkan, namun seiring dengan perubahan lingkungan bisnis, konsep employee engagement muncul sebagai pendekatan yang lebih komprehensif dan strategis dalam mengelola sumber daya manusia.
Employee engagement memadukan berbagai aspek, seperti motivasi, kepuasan, komitmen, dan keterlibatan karyawan, dengan tujuan menciptakan karyawan yang lebih terikat, berdedikasi, dan berkontribusi secara sukarela untuk keberhasilan organisasi.
Kemunculan konsep dan penerapan employee engagement telah mengubah dunia manajamen sumber daya manusia. Perkembangan konsep ini ada beberapa fase
- Tahun 1990-an:
Konsep employee engagement mulai diperkenalkan dan dieksplorasi oleh beberapa ahli manajemen sumber daya manusia. Salah satu pionir dalam pengembangan konsep ini adalah William A. Kahn, seorang profesor perilaku organisasi dari Boston University. Pada tahun 1990, ia menerbitkan artikel berpengaruh berjudul “Psychological Conditions of Personal Engagement and Disengagement at Work”.
- Awal 2000-an:
Praktik employee engagement semakin mendapatkan perhatian dan popularitas di kalangan perusahaan. Beberapa organisasi konsultasi manajemen terkemuka, seperti Gallup, Towers Watson, dan Aon Hewitt, mulai mengembangkan alat ukur dan survei untuk mengevaluasi tingkat keterlibatan karyawan.
- Pertengahan 2000-an hingga sekarang:
Implementasi praktik employee engagement semakin meluas di berbagai jenis industri dan organisasi. Banyak perusahaan memahami pentingnya memiliki karyawan yang terlibat dan berkomitmen untuk meningkatkan kinerja, produktivitas, dan keunggulan kompetitif. Berbagai penelitian dan studi menunjukkan dampak positif dari praktik employee engagement terhadap hasil bisnis.
Meskipun William A. Kahn dianggap sebagai salah satu penggagas awal konsep employee engagement, banyak pihak yang telah berkontribusi dalam pengembangan dan popularisasi praktik-praktik ini dalam dunia bisnis modern. Hari ini, employee engagement menjadi topik penting dalam manajemen sumber daya manusia dan strategi organisasi.
Beberapa praktik umum keterlibatan karyawan meliputi:
- Komunikasi dan umpan balik yang jelas, bentuknya adalah:
- Memberikan umpan balik rutin, baik positif maupun konstruktif
- Mendorong komunikasi terbuka dan transparansi antara manajemen dan karyawan
- Memastikan karyawan memahami visi, tujuan perusahaan, dan peran mereka dalam mencapainya
- Kesempatan untuk pertumbuhan dan pengembangan:
- Menawarkan pelatihan dan kesempatan belajar untuk membantu karyawan mengembangkan keterampilan baru
- Menyediakan jalur pengembangan karir dan program mentoring
- Memberikan pekerjaan yang menantang dan bermakna agar karyawan merasa dihargai
- Pengakuan dan penghargaan:
- Menerapkan program pengakuan karyawan untuk mengakui kontribusi dan prestasi
- Menawarkan kompensasi, tunjangan, dan insentif yang kompetitif
- Merayakan keberhasilan dan pencapaian bersama-sama misalnya dengan cara presentasi di pertemuan atau acara perusahaan, menampilkan profil atau feature di newsletter atau situs perusahaan, perayaan tim dengan makan bersama atau lainnya, partisipasi dalam acara perusahaan (misalnya: outing, ulang tahun).
- Keseimbangan kehidupan kerja dan kesejahteraan:
- Mempromosikan keseimbangan kehidupan kerja melalui pengaturan waktu kerja yang fleksibel, cuti berbayar, dan kebijakan pendukung lainnya
- Menyediakan sumber daya dan program untuk mendukung kesejahteraan fisik dan mental karyawan
- Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan:
- Mendorong masukan dan umpan balik karyawan dalam keputusan perusahaan
- Memberikan otonomi dan wewenang pengambilan keputusan kepada karyawan dalam pekerjaan mereka
- Memupuk lingkungan kerja yang kolaboratif dan inklusif
- Budaya dan nilai-nilai perusahaan:
– Menyelaraskan budaya dan nilai-nilai perusahaan
Perusahaan perlu memastikan bahwa budaya dan nilai-nilai yang diterapkan di dalam organisasi sejalan dengan apa yang dibutuhkan dan diharapkan oleh karyawan. Hal ini menciptakan kecocokan antara individu dan organisasi, sehingga karyawan merasa lebih nyaman, termotivasi, dan berkomitmen.
Contohnya adalah jika perusahaan memiliki nilai inti “inovasi”, namun karyawan lebih tertarik pada stabilitas dan keamanan, maka akan terjadi konflik. Sebaliknya, jika perusahaan mendorong budaya kolaboratif dan kerjasama tim, sementara karyawan lebih menyukai pekerjaan individual, maka hal ini juga akan menimbulkan ketidakselarasan.
-Memahami kebutuhan dan aspirasi karyawan:
Perusahaan harus berusaha memahami apa yang menjadi kebutuhan, motivasi, dan tujuan karir karyawan. Dengan memahami hal ini, perusahaan dapat menyesuaikan budaya dan nilai-nilai agar lebih selaras dengan apa yang diinginkan oleh karyawan. Contoh adalah jika banyak karyawan menginginkan kesempatan pengembangan diri dan jalur karir yang jelas, perusahaan dapat membuat program pelatihan dan mentoring yang sesuai.
Jika karyawan menginginkan lebih banyak fleksibilitas dalam pengaturan waktu kerja, perusahaan dapat menerapkan kebijakan kerja jarak jauh atau jam kerja yang lebih fleksibel.
Dengan menyesuaikan budaya dan nilai-nilai perusahaan selaras dengan kebutuhan karyawan, manfaatnya banyak bagi organisasi, yaitu dapat meningkatkan keterlibatan, motivasi, dan komitmen karyawan terhadap Perusahaan, memupuk lingkungan kerja yang positif, suportif, dan menarik serta mampu mempromosikan kegiatan pembangunan tim dan acara sosial.
Perusahaan di Indonesia juga sudah ada yang menerapkan praktik-praktik keterlibatan karyawan (employee engagement), contohnya adalah ketiga perusahaan di bawah ini:
- Tokopedia
Sebagai salah satu unicorn teknologi di Indonesia, Tokopedia juga dikenal atas praktik employee engagement-nya. Tokopedia menyediakan beragam fasilitas dan aktivitas untuk karyawan, seperti ruang kerja yang nyaman, kafeteria, perpustakaan, dan kegiatan rekreasi. Perusahaan juga memberikan kesempatan pengembangan diri melalui program pelatihan dan sertifikasi.
- Telkom Indonesia
BUMN telekomunikasi ini memiliki inisiatif keterlibatan karyawan yang komprehensif. Telkom menawarkan program Talent Management, pemberian penghargaan “Insan Telkom Terbaik”, serta berbagai kegiatan olahraga dan kesehatan untuk karyawan. Mereka juga mendorong keterlibatan karyawan melalui program saran dan ide inovatif serta komunikasi dua arah yang efektif.
- Unilever Indonesia
Unilever Indonesia, anak perusahaan Unilever global, dikenal atas budaya kerja yang menekankan pada keterlibatan karyawan. Perusahaan ini menawarkan program pengembangan kepemimpinan, mentoring, dan pelatihan yang intensif untuk karyawan. Selain itu, Unilever Indonesia juga memfasilitasi kegiatan sosial dan lingkungan yang melibatkan partisipasi karyawan.
Praktik-praktik keterlibatan karyawan di perusahaan-perusahaan tersebut bertujuan untuk meningkatkan motivasi, komitmen, dan kontribusi karyawan demi mencapai tujuan bisnis yang lebih baik.