Mengenal Lebih dalam Intermitten Fasting

(Business Lounge Journal – Medicine)

Intermittent Fasting (IF) adalah pola makan yang melibatkan waktu puasa secara berkala dengan tujuan mendapatkan berbagai manfaat kesehatan. intermittent fasting telah menjadi semakin populer dalam beberapa dekade terakhir seiring dengan peningkatan kesadaran akan manfaat kesehatannya yang telah didukung oleh bukti ilmiah.

Puasa secara berkala memang  telah dipraktikkan sejak lama dalam berbagai tradisi agama dan budaya di seluruh dunia. Istilah “intermittent fasting” secara spesifik mulai muncul dalam literatur kesehatan pada awal 2000-an.

Namun, konsep puasa berkala untuk kesehatan telah diteliti sejak abad ke-20, khususnya oleh Dr. Herbert Shelton dan Dr. Raymond Peat. Beberapa peneliti terkemuka yang mempopulerkan intermittent fasting adalah Dr. Valter Longo, Dr. Satchidananda Panda, dan Dr. Michael Mosley. Mereka telah melakukan berbagai penelitian ilmiah yang menunjukkan manfaat IF untuk kesehatan, seperti penurunan berat badan, peningkatan sensitivitas insulin, dan pengurangan inflamasi.

Konsep Intermittent Fasting

Intermittent fasting melibatkan siklus bergantian antara periode puasa dan periode makan.

Berbagai protokol IF yang umum, misalnya 16/8 (16 jam puasa, 8 jam makan), 24 jam puasa, atau 5:2 (5 hari makan, 2 hari puasa).

Tujuan utama IF adalah mendapatkan manfaat kesehatan, seperti penurunan berat badan, peningkatan sensitivitas insulin, pengurangan inflamasi, dan potensi pembaruan sel. Manfaat lainnya yang telah diteliti adalah peningkatan fokus, energi, dan fungsi kognitif.

Apakah Ada Efek Samping

Efek samping yang mungkin terjadi adalah rasa lapar, kelemahan, sakit kepala, dan masalah tidur, terutama pada awal penerapan. Risiko lain yang perlu diperhatikan adalah gangguan pola makan, dehidrasi, dan masalah kesehatan bagi kelompok rentan, seperti anak-anak, wanita hamil, dan penderita diabetes.

Terdapat beberapa alasan medis mengapa kelompok rentan tidak disarankan untuk melakukan intermittent fasting (IF) secara sembarangan:

  1. Anak-anak

Anak-anak sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga membutuhkan asupan nutrisi yang cukup dan teratur. Puasa intermiten dapat mengganggu pemenuhan kebutuhan energi dan zat gizi esensial pada anak-anak. Hal ini berisiko menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak.

  1. Wanita Hamil dan Menyusui

Wanita hamil dan menyusui membutuhkan asupan gizi yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi. Puasa intermiten dapat berdampak pada pasokan nutrisi yang diperlukan selama kehamilan dan menyusui. Hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi, seperti gangguan perkembangan janin, kekurangan gizi ibu, dan penurunan produksi ASI.

  1. Penderita Diabetes

Penderita diabetes, terutama yang menggunakan obat-obatan, berisiko mengalami hipoglikemia (kadar gula darah rendah) saat berpuasa.

Fluktuasi kadar gula darah akibat puasa dapat berbahaya dan menimbulkan komplikasi serius.

Perubahan pola makan pada IF juga dapat mengganggu pengaturan dosis dan waktu pengobatan diabetes.

  1. Penderita Penyakit Kronis:

Individu dengan penyakit kronis, seperti penyakit jantung, ginjal, atau hati, membutuhkan asupan nutrisi yang terjaga untuk menjaga kesehatan. Puasa intermiten dapat memberikan stres tambahan pada organ-organ yang sedang sakit.

Secara umum, kelompok rentan membutuhkan pemantauan dan konsultasi medis yang cermat sebelum menerapkan intermittent fasting. Modifikasi protokol atau pendekatan yang lebih hati-hati mungkin diperlukan untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan mereka.

Jadi jika Intermitten Fasting ini menjadi pilihan Anda, pastikanlah bahwa Anda dapat menghindari efek negatif yang dapat terjadi dengan memastikan diri bahwa Anda tidak memiliki risiko seperti yang tertulis di atas.