(Business Lounge Journal – Human Resources)
Apa yang dulunya dianggap sebagai hal yang tabu, kini menjadi prioritas utama bagi banyak perusahaan. Jika dua dekade lalu, investasi dalam sumber daya manusia (SDM) lebih fokus pada peningkatan keterampilan teknis melalui pelatihan dan pengembangan, kini perusahaan mulai menyadari pentingnya aspek lain yang tak kalah krusial: kesehatan mental karyawan. Perubahan paradigma ini menandai sebuah era baru di mana kesejahteraan karyawan secara keseluruhan, termasuk kesehatan mental, menjadi investasi strategis yang berdampak signifikan pada kinerja perusahaan.
Sebagai contoh, PT P&G Operations Indonesia, perusahaan manufaktur terkemuka, memberikan akses penuh kepada karyawan dan keluarga inti mereka terhadap layanan konseling kesehatan mental. Semua informasi yang diperoleh dari sesi konseling dijamin kerahasiaannya. Selain itu perusahaan mengirimkan beberapa karyawan terpilih untuk dilatih sehingga dapat mendeteksi tanda-tanda awal masalah kesehatan mental pada rekan kerja serta dapat mengarahkan mereka ke layanan yang tepat.
PT Unilever Indonesia Tbk. juga telah menunjukkan komitmen yang kuat terhadap kesehatan mental karyawan. Perusahaan ini tidak hanya melakukan survei rutin untuk mengukur tingkat kesejahteraan mental karyawan, tetapi juga telah membentuk tim khusus yang bertugas memantau dan mendukung kesehatan mental karyawan. Salah satu inisiatif unik Unilever adalah program orientasi bagi karyawan baru yang dirancang untuk membantu mereka menemukan tujuan hidup dan menghubungkannya dengan kinerja kerja.
Selama masa pandemi, Unilever Indonesia juga menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap kenyamanan fisik karyawan. Mengingat banyak karyawan yang bekerja dari rumah, Unilever mengizinkan karyawan membawa pulang kursi kantor agar tetap nyaman saat bekerja. Kebijakan ini sangat diapresiasi oleh karyawan karena membantu mengurangi keluhan sakit punggung.
Selain itu, Unilever juga menyediakan berbagai fasilitas pendukung kesehatan mental lainnya, seperti layanan ‘Teman Curhat’, pengaturan jam kerja yang fleksibel, serta hotline gratis untuk konsultasi. Semua upaya ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesejahteraan mental karyawan.
Contoh lainnya adalah PT Pertamina (Persero) bersama Kementerian BUMN menyelenggarakan Program 1.000 Manusia Bercerita, sebuah program yang mengajak 1.000 pekerja BUMN di seluruh wilayah Indonesia, untuk berdiskusi dan melakukan berbagai aktivitas untuk menjaga kesehatan mental.
Fenomena Kesehatan Mental
Masalah kesehatan mental, khususnya di lingkungan kerja, telah menjadi isu yang semakin mendesak di Indonesia. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan angka yang mengkhawatirkan, yaitu lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional dan lebih dari 12 juta di antaranya mengalami depresi.
Lingkungan kerja yang penuh tekanan sering kali menjadi salah satu pemicu utama masalah kesehatan mental. Sebuah survei Gallup tahun 2022 melaporkan bahwa 21% pekerja di Indonesia mengaku sering merasa stres. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kualitas hidup individu, tetapi juga berpotensi menurunkan produktivitas perusahaan. Studi dari WHO (2019) memperkirakan bahwa secara global, depresi dan kecemasan menyebabkan kerugian ekonomi sebesar 1 triliun dolar AS akibat penurunan produktivitas.
Gangguan mental yang umum di lingkungan kerja meliputi tingkat stres yang tinggi, kecemasan berlebihan, dan depresi. Kondisi ini dapat mengganggu konsentrasi, menurunkan motivasi, dan menghambat kemampuan karyawan dalam menyelesaikan tugas. Akibatnya, kinerja perusahaan pun ikut terpengaruh.
Dampak Kesehatan Mental
Masalah kesehatan mental dapat memiliki dampak yang signifikan baik pada individu maupun perusahaan. Mari kita bahas lebih lanjut:
Dampak pada Individu:
- Penurunan kualitas hidup: Individu dengan masalah kesehatan mental seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, seperti bekerja, berinteraksi sosial, dan menikmati hobi.
- Gangguan hubungan: Masalah kesehatan mental dapat merusak hubungan dengan keluarga, teman, dan rekan kerja.
- Penurunan produktivitas: Individu yang mengalami depresi, kecemasan, atau gangguan mental lainnya cenderung memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi, menyelesaikan tugas, dan mengambil keputusan.
- Risiko penyakit fisik: Masalah kesehatan mental seringkali dikaitkan dengan penyakit fisik lainnya, seperti penyakit jantung, diabetes, dan gangguan pencernaan.
- Peningkatan risiko bunuh diri: Dalam kasus yang parah, masalah kesehatan mental dapat meningkatkan risiko bunuh diri.
Dampak pada Perusahaan:
- Penurunan produktivitas: Karyawan dengan masalah kesehatan mental cenderung memiliki produktivitas yang lebih rendah, absensi yang lebih sering, dan kualitas kerja yang menurun.
- Peningkatan biaya: Perusahaan harus menanggung biaya yang lebih tinggi untuk perawatan kesehatan karyawan, tunjangan disabilitas, dan program pelatihan pengganti karyawan yang mengundurkan diri.
- Turnover karyawan yang tinggi: Karyawan yang tidak merasa didukung atau merasa beban kerja terlalu berat cenderung mencari pekerjaan lain.
- Kerugian finansial: Semua faktor di atas pada akhirnya dapat berdampak pada kerugian finansial perusahaan, baik dalam bentuk penurunan pendapatan maupun peningkatan biaya.
- Kerusakan reputasi: Jika perusahaan tidak menangani masalah kesehatan mental dengan baik, hal ini dapat merusak reputasi perusahaan dan sulit menarik karyawan baru yang berkualitas.
Saatnya Perusahaan Berinvestasi pada Kesehatan Mental Karyawan
Kesehatan mental karyawan bukan lagi sekadar isu sampingan, melainkan investasi strategis bagi setiap perusahaan. Studi telah menunjukkan bahwa karyawan dengan kesehatan mental yang baik cenderung lebih produktif, kreatif, dan loyal terhadap perusahaan.
Lalu bagaimana jika perusahaan Anda masih merupakan Perusahaan kecil dengan budget pengembangan karyawan yang masih terbatas? Meskipun memiliki keterbatasan anggaran, perusahaan kecil dapat memulai langkah-langkah sederhana untuk mendukung kesehatan mental karyawan:
- Budaya Perusahaan yang Supportif: Ciptakan lingkungan kerja yang terbuka, di mana karyawan merasa nyaman untuk berbagi perasaan dan masalah yang mereka hadapi.
- Komunikasi Terbuka: Dorong komunikasi terbuka antara manajemen dan karyawan. Selenggarakan pertemuan rutin untuk mendengarkan masukan dan keluhan.
- Fokus pada Kesejahteraan: Adakan kegiatan yang mendukung kesejahteraan karyawan, seperti sesi yoga singkat, meditasi, atau kegiatan sosial.
- Program Mentor-Mentee: Pasangkan karyawan baru dengan karyawan senior sebagai mentor untuk memberikan dukungan dan bimbingan.
Perlu digarisbawahi bahwa pemimpin memiliki peran krusial dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan mental. Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pemimpin:
- Jadilah Role Model: Tunjukkan bahwa kesehatan mental adalah prioritas dengan terbuka berbagi pengalaman pribadi dan mencari dukungan jika diperlukan.
- Latihan Kepemimpinan Empati: Latih diri untuk lebih empati terhadap perasaan dan kebutuhan karyawan.
- Kenali Tanda-tanda Masalah: Pelajari tanda-tanda awal masalah kesehatan mental pada karyawan dan jangan ragu untuk menawarkan bantuan.
- Dorong Penggunaan Cuti: Ingatkan karyawan untuk menggunakan hak cuti mereka dan jangan takut untuk mengambil cuti jika merasa perlu.
Manfaat Jangka Panjang
Investasi pada kesehatan mental karyawan bukanlah sekadar pengeluaran, melainkan sebuah investasi cerdas yang akan membuahkan hasil berlipat ganda. Karyawan yang sehat secara mental cenderung lebih produktif, kreatif, dan inovatif, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perusahaan. Selain itu, dengan mengurangi tingkat absensi dan turnover karyawan, perusahaan dapat menghemat biaya operasional yang signifikan. Lebih jauh lagi, perusahaan yang peduli dengan kesehatan mental karyawan akan membangun reputasi yang positif sebagai tempat kerja yang ideal, menarik minat talenta terbaik dan memperkuat ikatan emosional antara karyawan dan perusahaan. Dalam jangka panjang, investasi ini akan berdampak pada pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis.
Dalam era yang semakin kompetitif ini, kesehatan mental karyawan bukan lagi sekadar pilihan, melainkan keharusan. Dengan memberikan perhatian yang serius pada kesehatan mental, perusahaan tidak hanya menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif, tetapi juga menjamin keberlanjutan bisnis di masa depan. Mari bersama-sama membangun tempat kerja yang tidak hanya produktif, tetapi juga sehat secara mental.