(Business Lounge Journal – Global News)
Hyundai Motor melaporkan laba bersih yang lebih rendah dari perkiraan untuk kuartal ketiga di tengah permintaan kendaraan yang lesu dan ketidakpastian bisnis yang mengintai di masa mendatang, yang menyebabkan sahamnya turun. Produsen mobil Korea Selatan itu mengatakan hasil kuartalan yang suram itu sebagian disebabkan oleh biaya penyisihan satu kali untuk perpanjangan garansi pre-emptifnya. Saham perusahaan merosot 5,2% setelah rilis laba.
Laba bersih turun 3% dari tahun sebelumnya menjadi 3,206 triliun won, setara dengan $2,32 miliar, kata perusahaan itu pada hari Kamis lalu. Hasil itu meleset dari perkiraan konsensus yang disusun FactSet sebesar 3,424 triliun won. Pendapatan naik 4,7% menjadi 42,928 triliun won untuk periode Juli-September, sementara laba operasi turun 6,5% menjadi 3,581 triliun won. Perusahaan itu mengatakan penjualan mobil grosir turun 3,2% secara global karena permintaan kendaraan tetap lesu di sebagian besar pasar utama. Amerika Utara menjadi titik terang, dengan penjualan mobil grosir Hyundai di sana naik 9,3% untuk kuartal tersebut.
Hyundai mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka memperkirakan lingkungan bisnis yang tidak menguntungkan, dengan pasar global utama melambat dan risiko geopolitik meningkat. Namun, perusahaan tersebut bertujuan untuk mempertahankan pertumbuhan penjualan yang solid dan memperkuat kepemimpinan kendaraan listriknya, terutama di AS, katanya. Perusahaan telah mendukung targetnya untuk menjual dua juta EV secara global pada tahun 2030, melawan tren di antara para pesaing yang telah mengurangi atau menarik kembali target karena permintaan konsumen untuk kendaraan bertenaga baterai melambat. Hyundai dan General Motors pada bulan September menandatangani perjanjian tidak mengikat untuk membahas cara-cara mengembangkan kendaraan bersama, termasuk model mesin gas serta mobil listrik dan bertenaga hidrogen. Kemitraan dengan GM dapat membantu Hyundai memperluas kehadirannya di AS. Hyundai dan saudaranya produsen mobil Kia sedang membangun pabrik baru di negara bagian Georgia, AS, yang akan dibuka pada akhir tahun 2024.
Hyundai juga mengincar India, pasar mobil terbesar ketiga di dunia, setelah afiliasinya Hyundai Motor India, produsen mobil terbesar kedua di negara Asia Selatan itu, melantai di bursa saham pada hari Selasa untuk mencatatkan saham terbesar yang pernah ada di sana. Mengonfirmasi dorongan EV, CEO Hyundai Motor Euisun Chung mengatakan pada pertemuan dengan Perdana Menteri Narendra Modi menjelang pencatatan bahwa perusahaannya akan mengembangkan industri EV yang sedang berkembang di India. Hyundai berencana untuk meluncurkan model EV baru, membangun jaringan pengisian daya baterai, dan melokalisasi produksi suku cadang di India, kata Chung.