(Business Lounge Journal – Art)
Gajah Gallery kembali memfasilitasi sebuah acara penting dalam perkembangan dunia seni. Sebuah peluncuran buku eksplorasi komprehensif yang mencakup dua dekade kekaryaan seniman ternama, Yunizar, dalam Bahasa Indonesia. Buku ini disunting oleh sejarawan terkemuka T.K. Sabapathy dan menampilkan serangkaian tulisan dari akademisi dan budayawan kawakan, seperti: T.K. Sabapathy, Aminudin T.H. Siregar, Ahmad Mashadi, dan Katherine Bruhn. Edisi bahasa Inggris buku ini yang berjudul “Yunizar: New Perspectives” sebenarnya telah diluncurkan di Singapura tahun lalu. Peluncuran buku ini merupakan sebuah penanda penting atas penghargaan dunia seni terhadap karya dan karier Yunizar. Sedangkan peluncuran buku berbahasa Indonesia baru saja digelar pada Sabtu, 27 Januari 2024, di Gajah Gallery Jakarta.
Patut diakui bahwa Yunizar telah menjadi bagian penting dalam sejarah seni kontemporer Indonesia. Perjalanan seninya dimulai pada akhir tahun 1990-an, ketika pergolakan politik di Indonesia sedang berlangsung dengan begitu kencang. Berbagai isu sosial-politik dalam dunia seni pun banyak diwarnai gambaran isu-isu politik yang sedang marak.
Pada saat itulah karya awal Yunizar tampil untuk menantang kebisingan dan kecenderungan hegemoni seni politis. Yunizar lebih memilih untuk fokus, bukan terhadap naratif yang besar dan heroik, tetapi terhadap kekayaan akan kehidupan sehari-hari. Mulai dari buah jatuh, anjing gila, dan sosok-sosok terasing. Subyek Yunizar terlihat biasa, tetapi lukisannya sarat dengan ketegangan emosional dan pengertian yang berlapis.
Yunizar berani tampil dengan tidak menyuguhkan lukisan-lukisan keindahan yang konvensional, melainkan dengan coretan-coretan, warna-warna bumi yang teduh, dan garis bentuk yang mentah dan sederhana. Kesederhanaannya yang dipasangkan dengan kedalaman psikologis subjeknya yang sering kali sukar dipahami menjadikan karya-karyanya menjadi amat kuat.
Peluncuran buku ini juga berlangsung sekaligus pameran karya-karya Yunizar. Karya-karya ini juga menceritakan perjalanan unik dan tonggak-tonggak pencapaian karir Yunizar: mulai dari lukisan-lukisannya di akhir 90-an yang menunjukkan sosok-sosok gelap yang penuh teka-teki diantara warna yang berkesan purba; seri coretan yang menunjukkan irama dalam tulisan “tidak terbaca”, menarik perhatian kita pada kekuatan ekspresif teks; sampai kepada patung-patung perunggu lugas dan eksentrik yang ia olah sejak tahun 2010-an. Di sisi lain, karya-karya terpilih ini juga mengungkap bagaimana evolusi seni Yunizar tidak berjalan secara linear. Bibit awal seri Coretan Yunizar dapat dilihat sejak tahun 1990-an dan terus muncul dalam karya-karyanya hingga saat ini.
Para kurator dan penulis memuji teks-teks impresionistik ini yang bertentangan dengan makna-makna konvensional yang baku. Sebaliknya, mengungkapkan sejenis komunikasi yang lebih mendalam. Kompleksitas karya-karya ini dengan demikian merupakan bukti bahwa masih banyak yang harus dibongkar dalam karya-karya Yunizar—mendorong kebutuhan untuk terus mencari “perspektif baru”.
Buku ini memberikan pembahasan menyeluruh mengenai implikasi yang lebih dalam dan lebih luas dari karya Yunizar.
Yunizar merupakan bagian dari Kelompok Seni Rupa Jendela (KSR Jendela), yang adalah kelompok seni pelopor. Dapat dikatakan KSR Jendela yang kaya akan sinergi inilah yang menopang kepercayaan diri Yunizar sebagai seniman muda. Pada wawancara Katherine Bruhn dengan Yunizar mengenai ingatan masa kecilnya di Talawi, Sumatera Barat, maka dipaparkan dengan jelas kisah yang sangat terbuka tentang masa mudanya dan bagaimana ia muncul sebagai seniman dari warisan artistiknya yang unik di Sumatera Barat.
Buku ini pada akhirnya menandai 15 tahun pengakuan kritis dan institusional untuk Yunizar, baik di Asia Tenggara maupun di seluruh dunia. Pada tahun 2007, ia menggelar pameran tunggal di National University of Singapore Museum (NUS Museum), Singapura. Karya-karyanya kini menjadi koleksi institusi seni besar, seperti Singapore Art Museum (SAM), Long Museum di Shanghai, dan Benesse Art Collection di Jepang. Baru-baru ini, pada tahun 2021, dia menjadi satu-satunya seniman Asia Tenggara yang terpilih untuk berpartisipasi dalam ajang Frieze Sculpture, London.
Pameran karya seni Yunizar akan berlangsung hingga 26 Februari 2024 di Gajah Gallery Jakarta.