Membaca Budaya Perusahaan dari Perilaku Customer Perusahaan di Hotel

(Business Lounge Journal – Human Resources)

Seringkali kita mendengar istilah budaya perusahaan ini. Ketika kita bekerja di sebuah perusahaan, apalagi dalam jangka waktu yang cukup panjang, maka tanpa kita sadari budaya perusahaan itu ternyata membentuk karakter dirinya.

Saya ingat ketika pertama kali bekerja di sebuah perushaan yang cukup profesional, atasan saya mengeluarkan pensil yang sudah terpakai dan tinggal sepertiga panjangnya dari ukuran pensil. Kemudian dia menaruh pensil tersebut di dalam laci sambil berkata satu pensil bekas pun kalau ini punya perusahaan jangan pernah dibawa pulang sebagai milik pribadi.

Nilai budaya perusahaan sedang ditanamkan pada karyawan yang baru saja bergabung dan budaya itu tertanam di benak saya, sehingga itu membentuk karakter saya selama berkarir.

Lalu ada yang menarik dari budaya perusahaan ini yang diamati oleh teman saya yang bekerja sebagai GM (General Manager) sebuah hotel, ketika hotel ini sering dipakai oleh berbagai perusahaan untuk meeting, outing, atau sekedar perayaan perusahaan.

Sang GM bercerita bahwa budaya perusahaan sangat mewarnai karakter dari masing-masing karyawan di perusahaan itu dan itu sangat terlihat oleh pengamatan orang ketika rombongan karyawan ini datang menginap di hotel.

Dalam obrolan dengan GM ini, dia menggambarkan ada beberapa tipe yang terlihat:

Budaya Bebas

Ada nilai perusahaan yang menggambarkan bahwa yang penting adalah kerja keras mencapai target, yang lainnya terserah karyawan. 

Dari tipe ini terlihat jelas bagaimana karyawan pekerja keras, agresif, bebas berkreasi, dan fun.

Karyawan suka bercengkarama satu dengan lainnya, tertawa, berfoto bersama, dan suasana di meja makan cukup seru. Banyak hal yang spontanitas seperti bernyanyi bersama atau bercanda. Mereka bebas order makanan atau minuman sesuai yang mereka suka dan bahkan menawarkan makanan bagi teman-temannya.

Kerika mereka mengadakan meeting maka suasana ini pun terbawa dan tergambar jelas. Sang atasan selalu membawa suasana semangat dan disambut dengan komentar-komentar anak buah tanpa ada rasa tersinggung.

Pada malam hari, mereka pun tidak langsung tidur, tetapi masih berkumpul dengan berbagai keseruan. Ada yang main kartu atau sekedar ngobrol sambil minum kopi. Tentunya disertai dengan canda dan tawa. Mereka sangat menghargai ada kesempatan bisa kumpul hingga tengah malam.

Budaya Berbaris

Nilai perusahaan dengan budaya ini mengutamakan kedisiplinan karyawan dan semua tunduk pada instruksi atasan.

Ciri karyawan dengan budaya ini terlihat jelas di hotel. Mereka sudah datang tepat waktu di tempat makan, selalu mengikuti jadwal meeting dengan tepat, baik saat masuk meeting maupun keluar meeting.

Pada saat jam makan maka mereka pun sudah siap pada jamnya. Mereka makan dengan rapi, kalau dihidangkan berbagai lauk, maka mereka akan mengambil hanya satu per orang dan tidak menambah. Kalau tidak ada instruksi dari atasan, maka tidak satu pun karyawan akan order makanan di luar dari menu yang disajikan bagi perusahaan tersebut.

Bahkan ada beberapa perusahaan dengan budaya seperti ini, setelah makan maka membawa piring dan gelas bekas dengan rapi ke meja yang kosong dengan tertib. Mereka tidak banyak minta dilayani oleh pelayan hotel, tetapi dengan tertib semua ditangani sendiri, baik membawa koper dan perataan meeting, termasuk juga meja makan mereka dirapikan sendiri.

Setelah makan malam biasanya mereka segera masuk ke kamar dan tidak lagi ada yang berkumpul. Mereka dengan cepat mengambil waktu istirahat karena besok harus meeting lagi dan jangan sampai tidak segar kondisinya. Jadi segera beristrirahat untuk mempersiapkan diri untuk bekerja besok.

Nampak jelas bahwa ada budaya yang memang dibentuk oleh managemen perusahaan, tetapi bisa juga terbentuk budaya yang terbangun karena interaksi di dalam perusahaan tersebut yang membangun sebuah budaya.

Budaya Boss

Dalam budaya ini karyawan cenderung minta diperhatikan kepentingannya. Mereka cenderung menuntut dan minta dilayani untuk kepentingannya. Hal-hal kecil seperti minta diangkat kopernya, minta tempat abu rokok, atau bahkan sekedar menambah makanan, cenderung untuk menuntut dilayani dan segera tersedia.

Mereka tidak suka atau bahkan bisa marah bila mendapatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang mereka inginkan, mulai dari parkir mobil, kebersihan kloset, makanan, dan banyak hal.

Hal sederhana saja, misalnya seperti biasa di counter omelette ada sedikit antrian karena memang disajikan dan diolah di depan tamu, sehingga tamu akan order terlebih dahulu baru dibuat. Tentunya ada risiko untuk tamu menunggu atau antri yang tidak begitu lama. Tetapi karyawan dengan budaya boss akan menjadi tidak sabar. Mereka bisa mengeluh atau bahkan menyerobot demi untuk omelette saja.

Budaya Teman

Karyawan dengan budaya perusahaan ini akan cenderung bersahabat dengan karyawan yang lainnya, bahkan kepada petugas-petugas hotel akan cenderung bersahabat dan tidak menunjukkan bahwa dia harus dilayani.

Tipe karyawan dengan perusahaan yang memiliki budaya seperti ini akan tetap berlaku sabar bahkan mereka bisa ngobrol dengan penyaji omelette ketika mereka harus sedikit menunggu atau antri. Suasana menunggu sajian yang sedang disiapkan justru menjadi ajang tukar informasi dan pengetahuan-pengetahuan ringan yang enak untuk dibicarakan.

Gambaran Budaya

Dalam pembahasan ini maka ini bukanlah karakter dari satu atau dua karyawan, tetapi budaya adalah menjadi sebuah ciri karakter yang secara umum yang menggambarkan karakter dari karyawan perusahaan itu.

Seperti sifat anak terbentuk dari orang tuanya, lalu dipengaruhi oleh keluarga besarnya. Kemudian secara lebih luas terpengaruh dengan interaksi teman-teman di lingkungan baik di sekolah maupun lingkungan rumah. Maka budaya karyawan juga terbentuk dari managemen perusahaan tersebut. Hal ini sangat tergambar secara garis besar bahwa karakter itu terbentuk pada seluruh karyawan perusahaan tersebut.

Interaksi sesama karyawan dan juga dengan pihak-pihak di luar perusahaan akan sangat memengaruhi performa perusahaan. Oleh sebab itu budaya perusahaan menjadi sangat penting untuk keberhasilan perusahaan mencapai tujuannya.

Photo by Product School