Tidak Ada Salahnya Mengadopsi Budaya Jepang

(Business Lounge – Empower People) Budaya Jepang memiliki konotasi positif yang sering kali menjadi pembelajaran bagi banyak bangsa di dunia. Hal ini kerap dikaitkan dengan berbagai prestasi yang diraih jepang dan kemajuan teknologinya yang telah diakui dunia. Sehingga banyak orang akan berkata bahwa kecanggihan ilmu dan teknologi yang saat ini dimiliki bangsa Jepang wajar saja dapat diraih oleh karena budaya positif yang mereka miliki. Tidak hanya itu, hal ini pun sering kali membuat gentar mereka yang bukan orang Jepang untuk bekerja pada perusahaan Jepang. Beberapa orang rekan yang saya pernah temui pun berpendapat yang sama bahwa mereka tidak akan mengambil kesempatan untuk bekerja pada perusahaan Jepang apabila ada kesempatan sebab mereka tidak ingin keseimbangan hidup mereka terganggu.

Berikut beberapa budaya Jepang yang baik untuk Anda adopsi.

1. Budaya baca
Anda akan menemui pemandangan yang berbeda saat Anda berkesempatan menumpang densha (kereta listrik) bagaimana sebagian besar penumpang memilih untuk membaca baik mereka duduk ataupun berdiri. Itulah juga sebabnya man-ga (komik bergambar) begitu popular di sana. Bahkan materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP, maupun SMA mulai dibuatkan dengan man-ga dan minat baca masyarakat pun semakin tinggi. Salah satu yang meningkatkan budaya baca orang Jepang adalah bagaimana proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb) dilakukan dengan cara yang cepat. Konon kebiasaan menterjemahkan sudah berlangsung sejak tahun 1684.

2. Budaya malu
Budaya ini telah turun temurun ada pada bangsa Jepang, itulah sebabnya muncul budaya harakiri yang sering dilakukan ketika para prajurit kalah dalam pertempuran. Tetapi saat ini sebagai ganti harakiri, budaya mengundrukan diri pun banyak terjadi di kalangan pejabat.

3. Budaya hidup hemat
Orang Jepang terbiasa untuk hemat dalam kesehariannya dan menjauhi sikap anti konsumerisme berlebihan. Misalnya saja apabila supermarket akan memberikan potongan harga saat menjelang tutup, maka kebanyak orang Jepang akan memilih untuk berbelanja pada saat itu, karena akan mendapatkan harga yang lebih murah.

4. Budaya loyalitas
Dapat diakui bahwa sangat jarang orang Jepang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya akan bertahan hanya pada satu atau dua perusahaan hingga pensiun. Hal ini juga tercermin bagaimana banyak perusahaan Jepang kebanyakannya memilih menerima fresh graduate untuk kemudian dilatih dan didik sesuai dengan core business perusahaan.

5. Budaya inovasi
Jepang memang bukan bangsa penemu, tetapi mereka ahli dalam mengolah hasil temuan bangsa lain sesuai dengan minat masyarakat dan kemudian melemparkannya ke pasaran, sebagai contoh Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu atau bisnis perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang.

6. Budaya pantang menyerah
Sejarah memang telah membuktikannya. Selama berpuluh tahun Jepang pernah berada dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri. Saat itu Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Namun suatu kali restorasi Meiji (meiji ishin) dibuka di Jepang, dalam sekejap orang Jepang langsung beradaptasi dan menjadi fast-learner. Jepang juga sangat minim dalam sumber daya alam, tetapi Jepang tidak pernah menyerah. Kekalahan Jepang pada PD II juga tidak menyurutkan mental Jepang yang malah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen). Uniknya lagi, ilmu dan teori bahw orang harus belajar dari kegagalan telah diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan).

7. Budaya kerja keras
Orang Jepang dapat bekerja hingga hampir 50 jam dalam seminggu. Begitu juga dalam merakit mobil, orang Jepang dapat merakit sebuah mobil dalam waktu 9 hari dibandingkan mobil yang sama dirakit oleh negara lain dalam waktu 47 hari.

8. Budaya teamwork
Mereka terbiasa bekerja berkelompok dengan kerja sama yang begitu baik. Salah satu yang selalu mereka terapkan adalah musyawarah mufakat atau sering disebut dengan “rin-gi”.

9. Budaya mandiri
Anak-anak Jepang sudah dituntut untuk mandiri sejak usia dini. Mereka dapat membawa tas sendiri, perlengkapan sendiri. Bahkan saat memasuki universitas banyak dari mereka yang sudah membiayai diri mereka sendiri dengan bekerja part time.

10. Budaya menjaga tradisi dan menghormati orang tua.
Walaupun sudah menjadi bangsa yang maju, orang Jepang tetap menjaga tradisi dan budayanya bahkan selalu lebih memilih menggunakan bahasanya. Begitu juga dengan budaya minta maaf yang sering kali kita lihat bagaimana mereka membukkan badan sedalam-dalamnya.

Tidak ada salahnya untuk mengadopsi nilai-nilai di atas untuk membangun buday perusahaan Anda.

nancy/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana
Image: Business Lounge Journal

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x