Budaya Meminta Maaf, menjadi Budaya Selanjutnya

(Business Lounge Journal – Human Resources)

Saya telah menyebutkan bahwa ada dua budaya yang sangat penting untuk terus dipertahankan juga di dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Budaya mengucapkan terima kasih, menjadi yang pertama yangtelah saya bahas sebelumnya (baca: Inginkan Karyawan yang Extra Miles? Budaya Terima Kasih menjadi Salah Satu Pencetusnya). Lalu, hal yang kedua adalah budaya untuk mengucapkan permintaan maaf. Bagi kebanyakan orang, adalahtidak mudah untuk dapat mengucapkan permintaan maaf oleh karena sebuah pendapat bahwa apa yang dilakukannya adalah hal yang sangat sepele yang tidak menyakiti siapa pun, sehingga untuk apa meminta maaf. Namun, tahukah Anda bahwa sebuah permintaan maaf merupakan sebuah penghargaan bagi lawan bicara Anda, bagi orang di sekitar Anda. Bahkan mungkin sesuatu yang Anda mohonkan maaf bukanlah sebuah hal yang dipermasalahkan oleh lawan bicara Anda, namun ketika Anda berani mengatakan maaf, maka niscaya membangun sebuah hubungan yang baik antara Anda dan lawan bicara Anda.

Susahkah? Tidak juga, jika budaya itu sudah menjadi sebuah kebiasaan bagi Anda.

Bayangkan saja, dapatkah Anda mengatakan bahwa tidak ada kesalahan yang Anda lakukan dalam satu hari? Saya yakin, Anda pun tidak akan dengan yakin mengatakan bahwa Anda dapat melalui satu hari tanpa berbuat salah. Atau pernahkah Anda berhadapan dengan seorang pemimpin yang telah melakukan kesalahan namun tidak mau mengatakan permohonan maaf? Ini menjadi sebuah pengalaman yang tidak menyenangkan tentunya.

Sekali lagi saya tekankan bahwa membangun sebuah budaya perusahaan tidaklah mudah, termasuk yang berkaitan dengan kedua budaya di atas. Membutuhkan sebuah kesadaran dari para top management untuk menjadi lebih dahulu menerapkannya di dalam keseharian, niscaya akan membentuk sebuah lingkungan kerja yang sehat.

Menggunakan Kemajuan Teknologi

Tahukah Anda bahwa Anda pun dapat menggunakan kemajuan teknologi untuk membangun dua budaya ini? Hal ini mungkin sudah diterapkan dalam berbagai layanan online. “Jangan lupa bintang 5 ya?” Ini merupakan kalimat yang tidak asing lagi mampir di telinga Anda. Sebagai bentuk apresiasi, maka Anda memberikan bintang 5. Mengapa tidak menerapkan hal yang sama dalam lingkungan kerja Anda.

Saya pernah memiliki pengalaman bagaimana setiap bulan ada pemberian sertifikat bagi mereka yang mendapatkan paling banyak bintang dari mereka yang mengucapkan terimakasih atas bantuan yang diberikan. Contohnya saja ketika Anda merasa sangat terbantu dengan seorang rekan yang telah membantu Anda memperbaiki komputer Anda, maka Anda memberikan bintang lewat sistem yang sudah dibangun untuk mengucapkan terima kasih. Maka pada akhir bulan, semua bintang akan dihitung sehingga mereka yang mendapatkan bintang paling banyak akan mendapatkan sertifikat yang kelak akan diperhitungkan dalam salah satu performance mereka. Bayangkan saja, hal ini tentu akan menciptakan sebuah atmosfir saling menolong dan saling berterima kasih. Saya yakin budaya seperti ini akan semakin menekan angka tur over di setiap perusahaan.

Mari kita terapkan dari diri kita terlebih dahulu!

ruth_revisiRuth Berliana/VMN/BL/Managing Partner Human Capital Development