(Business Lounge Journal – Entrepreneurship)
Masih ingat lagu ‘siapa suruh datang Jakarta’? Demikian candaan seorang teman yang sedang mengganggu seorang ‘sohib’ yang sedang berpikir untuk menyerahterimakan usaha rintisan yang sudah dimulainya dan kembali ke dunia perkantoran. Putus asa? Dapat dimengerti sih, sebab memang tidak mudah untuk terjun ke dunia wira usaha. Itulah sebabnya para mentor sering kali mengatakan bahwa kewirausahaan bukanlah bagi mereka yang lemah hati, sebab selalu akan dituntut pengorbanan. Bagaimana tidak berkorban, beberapa founder yang saya temui pada umumnya akan rela untuk tidak bergaji demi kelangsungan hidup usaha rintisannya. Belum lagi sebuah komitmen yang kuat, konsisten, mau terus belajar, dan pantang putus asa. Ada banyak orang yang tidak siap untuk itu dan tidak menyadari bahwa merea harus siap untuk itu, sampai pada waktu mereka memulainya dan menghadapi kenyataan apa yang harus dihadapi oleh seorang pengusaha. Sehingga seorang entrepreneur sejati bukan hanya bermodal teori atau pengetahuan, tetapi sebuah mental yang kuat yang akan membuat Anda bersemangat dan pantang menyerah ketika menghadapi tantangan di hadapan Anda.
Pada umumnya para perintis bisnis akan mengharapkan semuanya dapat berjalan dengan mulus sehingga segera meraih untung. Namun pada prakteknya, apa yang ditemui belum tentu sesuai dengan keinginan sehingga diperlukan untuk mempelajari banyak fakta yang ada di lapangan dan berupaya untuk mengatasinya. Jangan cepat untuk menyerah apalagi berpikir untuk menyerah. Bila Anda sedang ada di persimpangan saat ini, coba dulu beberapa langkah berikut ini, sebab selalu ada jalan yang terbuka bagi mereka yang mencarinya.
Jangan bekerja seorang diri
Jika Anda memang ingin membangun sebuah usaha rintisan, maka janganlah bekerja seorang diri. Anda tidak mungkin dapat menangani segala sesuatunya seorang diri. Sering kali sebuah kepercayaan diri membuat seorang perintis bisnis ingin benar-benar menangani A sampai Z seorang diri. Ingin terlibat dalam segala sesuatu secara langsung. Itu hanya akan membuat Anda menjadi kurang produktif sebab ada sangat banyak yang harus diperhatikan secara intensif. Ini yang sering kali menjadi pemicu sebuah keputusan untuk mundur. Menyerah, karena tidak sanggup menangani semuanya seorang diri. Karena itu, jangan bekerja seorang diri. Bentuklah tim inti dengan pembagian kerja dan komitmen yang jelas.
Yakinlah pada produk yang Anda tawarkan
Jika Anda ragu kepada produk yang Anda tawarkan, maka bagaimana Anda dapat meyakinkan pelanggan untuk membeli produk Anda? Karena itu akan sangat sulit jika Anda merintis sebuah usaha untuk produk yang tidak Anda sukai atau yang tidak Anda pahami. Apalagi jika Anda membangun usaha hanya karena apa yang dilakukan orang lain atau hanya karena trend. Itu hanya akan membuang energi, dana, dan waktu Anda. Jika Anda sedang ada di persimpangan saat ini, maka ambillah waktu sejenak untuk meyakinkan diri Anda apakah produk yang Anda tawarkan sudah sesuai dengan hasrat Anda. Setelah itu coba lirik para pesaing Anda dan buatlah sesuatu yang memiliki UVP (Unique Value Preposition). Jangan ragu jika memang Anda harus melakukan beberapa perubahan pada produk dan layanan Anda.
Jangan lupa bahwa produk atau layanan yang Anda miliki ini haruslah dapat membantu banyak orang. Pikirkanlah ini lebih dari Anda memikirkan berapa banyak uang yang ingin Anda hasilkan. Saya selalu percaya dengan prinsip ketika Anda ingin membantu orang lain, ketika Anda ingin bermanfaat bagi orang lain, maka keuntungan akan berpihak kepada Anda.
Evaluasi upaya pemasaran yang telah Anda lakukan
Lagi-lagi Anda perlu melakukan kolaborasi untuk berbagai upaya pemasaran yang adalah jantung keberhasilan Anda. Tentu saja tidak sedikit waktu dan konsentrasi yang dibutuhkan untuk urusan ini, karena itu serahkan saja kepada ahlinya apalagi jika Anda belum memiliki tim khusus. Jangan takut untuk membuka kemampuan Anda dan bicarakanlah apa yang Anda butuhkan. Saya yakin ada banyak pihak yang akan bersedia untuk membantu Anda. Mencoba menanganinya sendiri serta menduga-duga tanpa berkonsultasi hanya akan membuat Anda frustasi. Anda dapat mengambil jasa dari luar sambil membangun tim Anda sendiri.
Lakukan Rebranding hingga me-review bisnis model
Jangan langsung menyerah ketika apa yang Anda harapkan tidak terealisasi. Lakukan evaluasi dan putuskan perubahan apa yang harus Anda lakukan. Jangan ragu bila Anda harus me-review kembali bisnis model Anda. Hal ini pernah kita bahas bersama dengan Hari Sungkari pada tahun lalu (baca: Berbisnis di waktu pandemi: Review Kembali Business Model Anda). Namun bisa juga untuk melakukan rebranding. Penting untuk tidak mempertahankan mindset sendiri. Seorang rekan memulai startupnya dengan sebuah kepercayaan diri bahwa produknya memiliki nilai lebih sehingga hanya dikhususkan bagi kelompok tertentu. Namun setelah 3 tahun berjalan, tidak terjadi kemajuan yang significant. Mengapa demikian? Ada sebuah ketentuan yang membatasi yang muncul dari mindset sendiri. Jangan ragu untuk melakukan rebranding, jangan ragu untuk memperluas target market Anda. Bahkan jika Anda harus mengubah bisnis model Anda, jangan ragu untuk melakukannya. Ingat bagaimana Luis Vuitton memproduksi hand sanitizer dan masker di awal pandemi? (Baca: Joanna Yordan: Redefine your Customer Demand within Agile Business Needs).
Jangan ragu untuk memiliki mentor
Bergurulah kepada mereka yang sudah memiliki lebih banyak memakan asam garam. Jangan malu terlihat “bodoh”, ini akan membuat Anda belajar lebih banyak. Adakalanya Anda membutuhkan seorang mentor yang dapat membantu Anda menavigasi banyak tantangan yang akan Anda hadapi sebagai pengusaha. Ini akan membuat Anda menjadi lebih percaya diri. Lalu, jangan lupa, jika kelak Anda berhasil … jangan pelit untuk membagi ilmu Anda dengan menjadi mentor bagi mereka yang lain.
Sadarilah bahwa tidak ada apapun yang dapat Anda raih hanya dalam semalam. Jadi, jangan cepat untuk putus asa. Ada banyak mereka yang sukses setelah bertahun-tahun berusaha. Karena itu jalanilah perjalanan Anda dengan konsisten serta jangan berhenti untuk belajar di area mana yang Anda sadari bahwa Anda masih kurang.