(Business Lounge Journal – Entrepreneurship)
Proses customer development tidak berhenti sampai startup mendapatkan model bisnis yang repeatable dan scalable lihat Part I dan Part II dalam serial tulisan ini. Sekarang kita akan membahas bahwa startup memerlukan kecepatan dalam pengambilan keputusan, passion dan drive, mengatur uang tunai yang bijaksana dan berkomunikasi dan sharing secara real time dengan karyawan, co founder dan investor. Mari kita bahas satu persatu.
Kecepatan dalam mengambil keputusan
Kecepatan penting pada startup, jika membuat keputusan terlalu lambat, startup akan kehabisan modal dan akhirnya mati. Terdapat dua bentuk keputusan dalam bisnis startup, keputusan yang dapat diubah dan keputusan yang tidak dapat diubah. Contoh keputusan yang dapat diubah adalah keputusan untuk menambahkan atau menghapus fitur produk. Jika keputusan tersebut merugikan, keputusan tersebut dapat dibatalkan. Keputusan yang tidak dapat diubah seperti memecat karyawan, meluncurkan produk, atau menandatangani kontrak jangka panjang untuk ruang kantor yang mahal biasanya sulit atau tidak mungkin dibatalkan. Dalam bentuk organisasi seperti startup hal ini dapat dilakukan, sebab organisasi yang relatif belum besar dan tidak seperti organisasi yang sudah mapan dan besar.
Founder dari Ted Talk, Christ Anderson mengatakan, jangan membuat keputusan besar pada saat kita sedang dalam tekanan. Saat berada di bawah tekanan yang ekstrim, kita akan tergoda untuk berkata, “Kita harus menutup semuanya ini” atau “Kita harus bertaruh besar.” Saat sedang dalam tekanan seseorang tidak diperlengkapi secara mental untuk membuat keputusan cerdas. Strategi yang tepat adalah melewatinya; cari tempat yang tenang sehingga kita memiliki beberapa perspektif dan bisa membuat keputusan besar saat kita kuat.”
Passion dan Drive
Startup tanpa seorang founder yang memiliki passion dan drive yang tinggi pasti akan mati. Dalam sejarah, orang-orang yang memimpin startup yang sukses memang berbeda. Mereka adalah persentase yang sangat kecil dari populasi dunia, dan otak mereka tetap tenang meskipun menghadapi chaos, ketidakpastian, dan tuntutan kecepatan yang luar biasa. Mereka secara tidak rasional, berfokus pada kebutuhan pelanggan, dan memberikan produk yang hebat. Pekerjaan mereka adalah hidup mereka. Mereka adalah orang-orang yang menemukan startup dengan pertumbuhan tinggi, sangat sukses, dan skalabel.
Charles Geschke Cofounder, Adobe Systems adalah contohnya. Ia memulai bisnisnya usia 40 tahun, ketika ditanya apakah tidak takut karena usianya tidak muda lagi? Ini jawabannya: “Saya tidak pernah merasa takut. Satu-satunya hal yang sulit dihadapi adalah stigma bahwa saya akan gagal. Tetapi saya pikir kami memiliki peluang yang masuk akal untuk berhasil.”
Mengatur uang tunai dengan bijak
Tujuan customer development bukanlah untuk menghindari pengeluaran uang tetapi untuk menghemat uang sambil mencari model bisnis yang repeatable dan scalable. Setelah pelanggan memang sudah ditemukan, inilah saat untuk membelanjakan uang, sepertinya tidak ada hari esok lagi.
Ketika sebuah startup memiliki uang tunai yang tidak terbatas, ia dapat mengulangi kesalahannya dengan membakar lebih banyak uang tunai. Ketika uang mereka ketat, tanpa uang tunai untuk mengulangi kesalahan, sangat penting untuk meminimalkan pemborosan. Proses customer development menghemat uang dengan tidak mempekerjakan staf penjualan dan pemasaran sampai para founder mengubah hipotesis menjadi kenyataan dan menemukan produk / pasar yang sesuai. Proses customer development mengamati bahwa pada awalnya, perusahaan dan model bisnisnya hanya didasarkan pada hipotesis, bukan kenyataan, dan bahwa para pendiri harus keluar mencari pelanggang dan mengubah hipotesis ini menjadi kenyataan. Pendekatan “keluar dari gedung” ini, dikombinasikan dengan iteration dan pivot yang cepat, merupakan inti dari customer development dan langkah-langkah validasi sebuah model bisnis.
Komunikasi dan sharing
Proses customer development juga berarti membagikan semua yang telah dipelajari di lapangan dengan karyawan, cofounder, dan bahkan investor. Cara tradisional untuk melakukan ini adalah melalui rapat perusahaan mingguan untuk memberi informasi kepada karyawan dan board agar investor memahami kemajuan yang dibuat dalam mencari model bisnis. Namun teknologi di abad ke-21 telah membawa kita ke tempat-tempat yang tidak pernah bisa kita kunjungi sebelumnya. Sekarang kita dapat mengkomunikasikan semua yang kita pelajari hampir secara real-time kepada semua orang yang perlu tahu. Sangat disarankan para founder menyimpan dan membagikan semua aktivitas mereka dalam langkah customer development melalui blog, CRM, atau tools yang lain. Anggap saja sebagai narasi proses customer development. Ini mencatat hipotesis yang dimulai dengan startup, dengan siapa tim telah berbicara, pertanyaan yang diajukan, tes yang dilakukan, apa yang telah dipelajari, dan pertanyaan untuk mentor atau investor. Meskipun ini mungkin tampak membebani, waktu yang dibutuhkan lebih sedikit daripada minum kopi mingguan dengan board. Hasilnya adalah sebuah komunikasi yang memungkinkan pihak luar untuk melihat kemajuan perusahaan dari dekat dan menawarkan saran dan koreksi.
Untuk berhasil di customer development, perusahaan harus meninggalkan model lama yang menekankan pada pelaksanaan rencana bisnis yang belum teruji di lapangan. Sebaliknya, ia harus berkomitmen pada proses customer development yang menekankan pada pembelajaran, penemuan, kegagalan, dan pengulangan dalam pencarian model bisnis yang sukses.
Proses customer development bukanlah proses yang mudah untuk dilakukan, meninggalkan ruangan dan bertemu dengan pelanggan memang langkah pertama dan ini dilakukan berulang kali. Proses ini dimulai dengan keberanian founder untuk menemui pelanggan, kalau tidak bertemu pelanggan sulit untuk founder dapat menemukan model bisnis yang menghasilkan.
Perlu ketekunan dalam proses customer development ini, seorang founder menyiapkan mental, berteman dengan kegagalan, belajar mengambil keputusan dengan cepat, memiliki passion dan drive yang kuat, komunikasi dan sharing real time dengan co founder, investor, juga team. Kemampuan mengatur uang tunai harus dilatih. Sedangkan bagian besar prinsip ini ada pada empat tahapan besar, pertama memang hipotesa model bisnis harus sudah dimiliki, bagian ini sendiri memerlukan ide dan ketajaman tersendiri. Hipotesa memerlukan keterlibatan founder untuk teruji dengan menemui pelanggan untuk mendapatkan insight, perlu didesain diagnosa eksperimen, test sebelum ke pelanggan. Lakukan test saat ke pelanggan dan miliki berbagai indikator keberhasilan, dan jenis pasar. Semua insight ini tentunya akan menghasilkan iteration & pivot sampai akhirnya hipotesa menjadi model bisnis yang memiliki pelanggan dan menghasilkan revenue yang repeatable dan scalable.
Fadjar Ari Dewanto/Editor in Chief VMN/BL/Coordinating Partner of Business Advisory Services Division, Vibiz Consulting