(Business Lounge Journal – Ideas)
Salah satu sesi menarik yang juga disuguhkan pada Future Commerce 2019 yang berlangsung pada 29-30 Januari lalu, sebuah diskusi panel dengan tema Talent Retention and Grooming: The Perennial Problem of the Indonesian Workplace. Tampil sebagai salah satu panelis, Wishnu Pramuji, Presiden Direktur PT. Kimberly-Clark Indonesia.
Mengembangkan para Young Talents
Baginya untuk dapat mematangkan para young talent, maka hal pertama yang harus dipersiapkan adalah budaya perusahaan itu sendiri. Perusahaan haruslah dipastikan memiliki kultur yang lebih baik. Ada 3 hal yang menjadi strategi Wishnu untuk menangani para young talents pada perusahaannya.
1. Perusahaan sebagai learning organization
“Jadi orang harus bisa merasa bahwa ia growing di sini, banyak belajar. Pertama-tama diberikan banyak challenge, banyak project, banyak hal-hal baru yang bisa dipelajari,” demikian diungkapkan Wishnu.
2. Diberikan empowerment
“Diberikan kebebasan untuk bisa melakukan apa yang bisa ia lakukan. Ini yang kadang-kadang di perusahaan ‘lama’ agak susah sebab maunya bos yang menentukan. Sekarang tidak. Pimpinan memberikan keleluasaan bagi para young talents untuk bekerja tetapi dalam koridor yang diinginkan pihak managemen,” demikian disampaikan Wishnu.
3. Pemimpin sebagai Risk Taker
Hal ketiga yang disebutkan Wishnu bagimana seorang pemimpin haruslah berani untuk mengambil resiko oleh karena memberikan kepercayaan kepada para young talents. “Sebab para karyawan muda ini dapat saja berhasil, namun dapat juga tidak berhasil. Pemimpin harus berani mengambil resiko. Jika sukses maka kita rayakan, jika gagal maka diperbaiki. Kita harus memberikan gambaran bahwa: hei, it’s OK to be failed. Selama mereka masih dalam koridor yang kita inginkan. Mereka akan lebih betah dan lebih berkembang otaknya,” demikian penjelasan Wishnu.
Wishnu menyadari benar bahwa dalam hal pengembangan bisnis maka para young talents akan mendapatkan hal-hal yang memang belum pernah mereka lakukan, seperti e-commerce, digitalisasi, dan beberapa hal lainnya. Sehingga penting untuk diberikan gambaran ‘how to make it successful‘ sehingga mereka dapat melakukannya. Walaupun tentu saja tidak dapat mengabaikan segala resiko yang ada. “Mereka biasanya come up dengan ide, melakukan presentasi pada pemimpin mereka, lalu kita diskusi sama-sama, dan diselesaikan sama-sama,” jelas Wishnu.
Menumbuhkan Budaya Keterbukaan
Keterbukaan menjadi sesuatu yang dirasakan Wishnu menjadi suatu yang penting untuk dapat menyatukan dua generasi. Oleh karena itu, ia pun mengambil langkah untuk merombak desain ruang kerja sehingga tidak ada lagi ruangan manager, ruangan direktur, semua bersifat terbuka. “Karyawan dapat memanggil saya dari jauh bila mereka ada masalah. Saya sangat senang jadinya, saya jadi lebih tahu dan tidak menunggu lama. Ini sangat membantu dalam progress perusahaan.”
Dimulai dari Pemimpin
Salah satu yang dipercaya oleh Wishnu untuk dapat menumbuhkan para young talents juga dengan memulai semua perubahan dari para leader. “Saya selalu mulai dari leader, tone from the top. Kalau top-nya bilang bahwa kita harus adapt, harus agile, kita harus open, everybody do that. Saya selalu bilang ke managemen tim, start with you. Jangan berharap orang berubah, kita dulu deh, terutama level atas. Kalau kita berubah, saya yakin bawahnya berubah dan terbukti, selama kita bekerja tidak ada masalah pada saat bertemu dengan different generation.”
Ruth Berliana/VMN/BL/Partner in Management and Technology Services, Vibiz Consulting Group