Google iklan

Google Ubah Kontrak Layanan untuk Hindari Tekanan Regulator Jerman

(Business Lounge – Global News) Alphabet Inc., induk perusahaan Google, mengumumkan akan melakukan perubahan signifikan terhadap cara perusahaan menawarkan layanan peta dan sistem hiburan dalam kendaraan di pasar Eropa. Keputusan ini datang sebagai respons langsung terhadap tekanan dari Bundeskartellamt, otoritas pengawas persaingan usaha Jerman, yang mulai menerapkan alat hukum baru yang dirancang untuk mengatur dominasi perusahaan digital besar di pasar Eropa.

Menurut pengumuman yang disampaikan oleh regulator tersebut, Google setuju untuk memisahkan komponen dalam bisnis Google Automotive Services—yang meliputi Google Maps, Google Play, dan Google Assistant—sehingga produsen mobil di Eropa dapat memilih layanan satu per satu dari berbagai penyedia, alih-alih terpaksa mengambil paket lengkap yang hanya berasal dari Google.

Langkah ini dinilai sebagai salah satu pembenahan paling substansial yang pernah dilakukan Google dalam strategi lisensinya untuk industri otomotif. Bundeskartellamt menyatakan bahwa Google telah memberikan komitmen tertulis untuk menyediakan lisensi terpisah bagi masing-masing layanannya, yang memungkinkan produsen mobil menyusun sendiri ekosistem digital mereka, termasuk mengintegrasikan penyedia pihak ketiga.

Sejak beberapa tahun terakhir, Eropa menjadi panggung utama bagi pengetatan regulasi terhadap raksasa teknologi global seperti Google, Apple, Amazon, dan Meta. Uni Eropa telah mengesahkan Digital Markets Act (DMA) dan Digital Services Act (DSA), dua kerangka hukum besar yang bertujuan untuk mengendalikan kekuatan dominan perusahaan digital di berbagai sektor, termasuk mesin pencarian, toko aplikasi, periklanan digital, dan layanan platform lainnya.

Jerman, sebagai kekuatan ekonomi utama di Eropa, menjadi salah satu negara pertama yang mengimplementasikan alat hukum nasional untuk menegakkan prinsip-prinsip persaingan sehat di era digital. Berdasarkan Pasal 19a dari Undang-Undang Persaingan Jerman, Bundeskartellamt memiliki kewenangan untuk mengidentifikasi perusahaan dengan “signifikansi lintas-pasar” dan menerapkan tindakan korektif jika dianggap menyalahgunakan posisi dominan mereka.

Google menjadi salah satu subjek pertama dalam penerapan Pasal 19a tersebut. Fokus penyelidikan awal tertuju pada Google Automotive Services—paket layanan yang banyak digunakan oleh pabrikan mobil global untuk mengisi sistem infotainment kendaraan mereka. Namun, Bundeskartellamt mengkhawatirkan bahwa model lisensi bundling yang diterapkan Google menciptakan hambatan bagi persaingan dan membatasi inovasi dari penyedia pihak ketiga.

Google Automotive Services (GAS) telah menjadi bagian penting dalam sistem hiburan dalam kendaraan selama bertahun-tahun. Layanan ini memungkinkan mobil modern menyediakan Google Maps untuk navigasi, Google Play untuk akses aplikasi, dan Google Assistant untuk kontrol suara dan integrasi AI. Namun, dalam kontraknya, produsen kendaraan seringkali diwajibkan untuk mengadopsi semua layanan sekaligus, dan tidak diperbolehkan menggabungkannya dengan penyedia pihak ketiga.

Dalam praktiknya, ini berarti bahwa jika sebuah produsen ingin menawarkan Google Maps, maka mereka juga harus memasukkan Google Play dan Google Assistant dalam paket layanan mereka. Model seperti ini menciptakan situasi eksklusivitas yang menyulitkan inovasi dan menyingkirkan kompetitor, terutama di Eropa, yang memiliki penyedia peta lokal, layanan suara berbasis AI, atau bahkan toko aplikasi independen.

Menurut laporan Financial Times, keluhan terhadap praktik ini datang dari sejumlah pemain industri otomotif di Eropa yang ingin menawarkan pengalaman digital yang lebih fleksibel bagi konsumen. Beberapa pabrikan, terutama di Jerman dan Swedia, mempertimbangkan untuk membangun platform perangkat lunak mereka sendiri, namun mengakui tantangan besar dalam mengakses layanan digital tingkat tinggi tanpa ketergantungan pada pemain seperti Google.

Dalam pernyataan resmi yang dikutip oleh Bloomberg, Google menyatakan bahwa perusahaan ingin memastikan fleksibilitas dan pilihan terbuka bagi mitra industrinya. Oleh karena itu, Google menyambut baik dialog konstruktif dengan regulator Jerman dan bersedia menyesuaikan cara kerjanya agar sesuai dengan prinsip-prinsip transparansi dan kompetisi yang adil.

Google menambahkan bahwa perubahan ini tidak hanya akan membuka opsi bagi pabrikan mobil, tetapi juga memberikan keuntungan bagi konsumen Eropa, yang pada akhirnya bisa mendapatkan pengalaman berkendara yang lebih dipersonalisasi. Namun, sejumlah analis mencatat bahwa langkah ini juga dapat dipahami sebagai upaya untuk mencegah sanksi yang lebih berat dan menjaga kepercayaan pasar.

Google juga memastikan bahwa lisensi per layanan akan diberlakukan tanpa persyaratan teknis tersembunyi atau ketentuan eksklusivitas yang dapat merugikan kompetitor. Bundeskartellamt menyatakan akan mengawasi pelaksanaan komitmen ini dengan cermat dan akan menerapkan sanksi jika ditemukan pelanggaran di masa depan.

Industri otomotif saat ini tengah mengalami transformasi besar-besaran menuju elektrifikasi, konektivitas, dan otomasi. Di tengah tren mobil listrik dan kendaraan otonom, sistem hiburan dan layanan digital menjadi nilai tambah utama yang menentukan daya saing merek. Produsen kendaraan seperti BMW, Mercedes-Benz, Volvo, dan Stellantis berlomba-lomba mengembangkan sistem perangkat lunak mereka sendiri untuk mengurangi ketergantungan pada penyedia eksternal seperti Google dan Apple.

Namun, membangun ekosistem digital dari nol bukan perkara mudah. Oleh karena itu, sebagian besar produsen mobil masih mengandalkan penyedia teknologi besar untuk fitur seperti navigasi, perintah suara, dan toko aplikasi. Dalam hal ini, dominasi Google menjadi pedang bermata dua: memberi nilai lebih, tapi juga menimbulkan risiko monopoli.

Menurut laporan CNBC, jumlah mobil yang menggunakan sistem berbasis Android Automotive OS—sistem operasi buatan Google untuk mobil—terus meningkat, dan diperkirakan akan melampaui 30 juta unit secara global dalam tiga tahun ke depan. Ini mencerminkan kuatnya daya tarik platform Google, namun sekaligus menjadi alasan mengapa pengawas persaingan semakin waspada.

Pembukaan lisensi per layanan dari Google membuka peluang bagi perusahaan teknologi lain untuk masuk ke pasar infotainment kendaraan. Perusahaan seperti TomTom (navigasi), Cerence (asisten suara), dan Aptoide (toko aplikasi alternatif) kini memiliki peluang lebih besar untuk bersaing di ruang yang sebelumnya hampir didominasi penuh oleh Google.

Selain itu, ini juga bisa mendorong inovasi dari perusahaan rintisan (startup) Eropa yang ingin menghadirkan pengalaman berkendara berbasis AI, AR/VR, atau voice control lokal dengan dukungan multibahasa. Terbukanya ekosistem mobil juga dapat menciptakan lapangan kerja dan aktivitas ekonomi baru di sektor digital Eropa.

Namun demikian, tantangan tetap ada. Integrasi antar layanan dari berbagai penyedia membutuhkan interoperabilitas dan standar teknis yang jelas. Banyak produsen mobil masih bergantung pada Google bukan hanya karena kekuatan teknologinya, tetapi juga karena kemudahan integrasi dan skalabilitas global yang ditawarkan dalam satu paket.

Langkah Google untuk mengubah model lisensinya menunjukkan bahwa tekanan regulasi di Eropa mulai menunjukkan dampak konkret. Komisioner Persaingan UE, Margrethe Vestager, telah berulang kali menyatakan bahwa “era pengawasan pasif terhadap raksasa teknologi telah berakhir.” DMA, DSA, dan aturan nasional seperti Pasal 19a Jerman adalah bagian dari arsenal hukum baru yang dimiliki otoritas untuk menjaga pasar tetap terbuka dan inovatif.

Menurut The Wall Street Journal, Bundeskartellamt juga tengah menyelidiki perusahaan teknologi lainnya dalam konteks yang serupa, termasuk Apple dan Amazon, terkait pengaruh mereka terhadap perilaku konsumen dan kontrol data. Dengan kasus Google ini sebagai preseden, regulator lain di Eropa bisa mulai meniru pendekatan Jerman untuk memastikan keseimbangan kekuatan antara perusahaan besar dan kompetitor kecil.

Perubahan yang dilakukan Google atas kontrak layanan digital di sektor otomotif bisa menjadi titik balik dalam dinamika antara perusahaan teknologi besar dan industri tradisional seperti otomotif. Ini bukan hanya soal persaingan bisnis, tetapi tentang masa depan ekosistem digital yang lebih terbuka, inklusif, dan kompetitif.

Dengan membuka ruang bagi pilihan dan kustomisasi, Google tidak hanya menghindari potensi sanksi berat dari regulator, tetapi juga menunjukkan bahwa koeksistensi antara inovasi dan regulasi tetap memungkinkan. Di sisi lain, langkah ini menjadi sinyal kuat bagi para pemain industri bahwa pengawasan digital kini menjadi bagian permanen dari lanskap bisnis global.