(Business Lounge Journal – Human Resources)
Cara atau kebiasaan perilaku perusahaan dalam melakukan proses wawancara kandidat seringkali dimulai dari pola yang dibangun oleh team HRD-nya. Semakin baik polanya, maka semakin baik pula hasil yang didapatkan perusahaan dalam merekrut karyawan yang benar-benar terbaik untuk mengisi posisi yang diperlukan. Namun sebaliknya, apabila pola yang diterapkan tidak tepat, maka perusahaan juga yang akan merasakan dampak kerugiannya: seperti kehilangan kandidat yang sangat potensi, waktu, serta biaya rekrutmen yang harus dikeluarkan karena bolak balik terjadi kesalahan dalam merekrut karyawan. Belum lagi kemungkinan kehilangan moment atau peluang bisnis karena tidak adanya SDM yang cukup kompeten karena kurangnya atau terlambat melakukan proses regenerasi.
Moment interview sebenarnya adalah waktu yang sangat berharga untuk menggali sedikitnya mengenai kemampuan, pola pikir, dan karakter kandidat. Sayangnya, seringkali hal-hal tersebut tidak terjadi ketika perilaku para interviewer cenderung pada pola pikirnya sendiri/self center. Sikap kaku, arogansi, dan bossy malahan membuat kandidat tidak merasa leluasa di awal perjumpaan ini. Hal lainnya lagi, pola pikir interviewer yang memandang bahwa kandidat haruslah bersikap atau menjawab pertanyaan seperti yang diinginkan oleh interviewer, bila tidak, kandidat tersebut dinilai gagal. Padahal belum tentu demikian. Contohnya interviewer yang sensitif akan menolak kandidat yang kritis yang sebenarnya justru dapat dijadikan penyeimbang untuk dapat membangun perubahan-perubahan yang mungkin dilakukan untuk lebih maju dan berinovasi. Sayang sekali bukan?
Disinilah peran HRD sangat penting untuk membangun pola pikir dan perilaku yang berfokus pada target dan tujuan perusahaan dengan menetapkan integritas dan perilaku positif sebagai dasar utama dalam melakukan proses wawancara. Bukan berdasarkan pola pikir dan perilaku pribadi. Ini sangat penting untuk ditanamkan secara konsisten dan berulang-ulang disosialisasikan agar menjadi pedoman yang dijalankan dalam setiap proses rekrutmen khusus pada saat dilakukan interview.
Hal penting lainnya adalah HRD haruslah mampu menciptakan suasana yang tepat pada saat wawancara sesuai dengan jenis bisnis dan kebutuhan perusahaan. Perusahaan tambang tentu sangat berbeda perilaku wawancaranya dengan perusahan perhotelan, misalnya. Ketajaman HRD dalam membangun budaya dan perilaku perusahaan akan sangat mempengaruhi jalannya proses interview di perusahaan tersebut. Alangkah baiknya jika tim HRD rajin mengembangkan diri dan menjadi partner bisnis yang dinamis bagi perusahaan, yang selalu siap beradaptasi dengan perubahan-perubahan bisnis di perusahaannya.
6. Berikan pertanyaan dari contoh kasus yang sesuai dengan posisi yang akan ditempati kandidat.
Melva Emsy Simalango/VMN/BL/Partner in Management and Technology Services, Vibiz Consulting Group