Mengokohkan Bisnis Keluarga

(Business Lounge Journal – Manage Your Business) Kebanyakan bisnis dimulai dari bisnis keluarga, dimulai dari seorang indvidu saja yang kemudian mewariskannya kepada generasi selanjutnya. Beberapa beruntung hingga bisnis itu besar, dan bertahan lama hingga diteruskan pada generasi kedua, ketiga, mungkin hingga sekarang. Apakah rahasianya sehingga bisnis keluarga ini tumbuh berkembang dan kokoh bertahan? Pertanyaan ini menggelitik saya dan perlu dilakukan penelitian untuk hal itu. Melalui pengamatan saya kepada beberapa klien yang bisnisnya masih sampai generasi kedua, maka ada beberapa hal yang saya lihat menjadi dimensi agar bisnis keluarga dapat kokoh berdiri.

Sebuah bisnis keluarga, penting membawa visi pendirinya dari generasi ke generasi, bila ini tidak terjadi sudah pasti memang bisnis keluarga akan segera berakhir, sebab generasi selanjutnya tidak mau memegang bisnis itu lagi. Kelanggengan sebuah visi, tentu terletak pertama-tama pada visi itu sendiri, pendiri perusahaan mesti mengujinya, memikirkannya berulang-ulang agar visi yang hendak dia capai, bukan visi yang mudah usang. Visi tentunya memerlukan internalisasi untuk dapat bertahan, seorang pendiri bisa melakukannya dengan komunikasi yang intensif terhadap anak-anak cucunya, perlu dilakukan sebanyak mungkin komunikasi tentang visi ini kepada mereka. Saya menjumpai seorang ibu pendiri bisnis keluarga yang berhasil melakukan internalisasi bahkan melalui kegiatan-kegiatan sosial, sehingga bertumbuh pada hati anak-anaknya untuk berbisnis yang digarisbawahi kemanusiaan bukan dengan keserakahan. Seorang bapak melakukan internalisasi dengan mengajak anak-anaknya dalam pertemuan-pertemuan bisnis setiap saat, sehingga terbaca apa yang menjadi visi dari sang pendiri. Persoalannya terkadang setelah mendengar, mengetahui, dan mengerti, generasi selanjutnya tetap ingin berjalan sendiri sesuai kemauannya dan tidak bisa dikendalikan untuk masuk di bisnis. Kondisi ini terjadi saat generasi penerus tidak menikmati bisnis yang dipegang, diperlukan untuk mereka masuk dalam tahapan dan perjuangan bisnis yang digeluti hingga ketika mereka juga mengecap keuntungannya.

Dimensi kedua yang saya amati bagaimana sebuah bisnis keluarga bertahan adalah dengan memiliki portofolio bisnis yang memenuhi kebutuhan pendanaan keluarga dan investasi jangka panjang. Kombinasi kedua bentuk bisnis ini membawa kekuatan untuk bertahan dari generasi ke generasi. Portofolio bisnis ini selalu berkaitan dengan risiko yang harus dikelolal dengan hati-hati. Kebanyakan bisnis keluarga menyukai risiko yang kecil, itu sebabnya jarang bisnis keluarga menggunakan hutang dalam jumlah yang besar. Dimensi ketiga yang saya perhatikan adalah bagaimana kombinasi manajemen puncak yang mengelola bisnis. Keluarga tetap memerlukan pihak luar agar bisa menjadi pebisnis yang tidak hanya bersandar pada pengetahuan internal yang cenderung ketinggalan. Bila ada pebisnis yang memang handal dan pernah memegang bisnis yang jauh lebih besar, tentunya layak dipertimbangkan untuk direkrut sebagai anggota manajemen puncak. Bisnis keluarga sangat diperlukan untuk Indonesia, sebagai katub perekonomian yang fleksibel untu menopang pertumbuhan ekonomi dan tetap kuat pada saat krisis.

Fadjar Ari DewantoFadjar Ari Dewanto/VMN/BD/MP Business Advisory Division, Vibiz Consulting, Vibiz Consulting Group

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x