(Business Lounge Journal – News and Insight) sebuah konferensi internet dunia atau World Internet Conference yang kedua akan diselenggarakan pada 16-18 Desember depan. Uniknya, konferensi ini akan diadakan di Tiongkok, di negara yang sebenarnya tidak memberikan kebebasan sepenuhnya untuk berinternet. Lalu, siapakah yang akan menjadi pembicara kuncinya? Presiden Tiongkok Xi Jinping.
Harus diakui bahwa sampai hari ini, Internet di Tiongkok adalah salah satu yang paling ketat di dunia. Terikat oleh sistem yang kompleks dari self-censorship, langsung menyaring dan memblokir perusahaan teknologi besar Barat.
Konferensi yang tepatnya akan diadakan di kota Wuzhen sebelah timur Tiongkok ini pada rencananya akan dihadiri oleh 120 negara dan wilayah, menurut Lu Wei seperti dilansir oleh Time. sampai hari ini telah diketahui bahwa wacara ini akan dihadiri oleh Perdana Menteri Rusia Dmitri Medvedev dan Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif.
Sementara raksasa internet, seperti Facebook, Google, dan Twitter harus menerima kenyataan bagaimana mereka dicekal di negara yang menawarkan onliners terbesar di dunia ini yaitu lebih dari 650 juta orang. Tiongkok memang patut berbangga bagaimana perusahaan-perusahaan teknologi lokalnya sekarang dapat menyaingi raksasa-raksasa dunia yang memang tidak dapat beroperasi di pasar yang sangat menguntungkan ini. Platform online Tiongkok seperti layanan pesan WeChat atau jaringan belanja online Taobao memiliki fitur yang lebih user-friendly dan interface yang efisien daripada pesaing mereka di luar negeri.
Pada saat yang sama, perusahaan teknologi Tiongkok menghabiskan jutaan demi jutaan dolar untuk mengembangkan jaringan untuk memantau dan menyaring apa yang dapat diakses oleh warga Tiongkok secara online. Sebagai contoh, coba saja Anda mengetik “4 Juni” di Baidu yang adalah mesin pencari Tiongkok, maka Anda tidak akan menemukan informasi tentang Tiananmen massacre yang terjadi pada 4 Juni 1989 pada halaman awal. Pada sebuah pelaporan Freedom on the Net 2015 mengenai kebebasan berinternet maka Tiongkok berada pada peringkat setelah Suriah, Iran, dan Kuba untuk kebebasa berinternet. Sedangkan Korea Utara tidak termasuk dalam peringkat yang ada.
Pada hari Rabu (9/12), Lu menggambarkan strategi online Tiongkok sebagai bagaimana me-manage “hubungan antara kebebasan dan ketertiban dengan cara yang tepat.” Media negara, China Daily menjelaskan upaya nasional sebagai “manajemen yang ketat dari ruang cyber,” bahkan sebagai keterangan resmi yang dikutip Lu menyangkal media Barat yang mengatakan bahwa “Tiongkok mengontrol Internetnya”, demikian seperti dilansir oleh Time.
Dengan membuat sulit untuk masuk ke situs asing, pemerintah Tiongkok mampu mengarahkan lalu lintas online sebagai alternatif dalam negeri. Awal bulan ini, setelah Wikipedia diblokir di Tiongkok, misalnya, sensor pemerintah menginstruksikan media lokal untuk menghindari menyebutkan larangan tersebut, menurut China Digital Times.
Salah satu tema dari World Internet Conference tahun ini adalah “mutual governance in cyberspace” demikian menurut kepala administrasi dunia maya Tiongkok Lu. China, bersama dengan Rusia dan berbagai negara Asia Tengah, telah mendorong untuk meningkatkan pengawasan pemerintah dari internet melalui “kode etik internasional untuk keamanan informasi.” Sistem saat ini, sebagian besar diatur oleh AS, tergantung pada aliran hampir tanpa hambatan informasi lintas batas nasional.
Presiden Xi, yang telah menganjurkan sebuah strategi “Internet plus” untuk menumbuhkan inovasi teknologi lokal dan sekaligus mengepalai komite kepemimpinan yang baru terbentuk pada dunia maya, telah berbicara tentang perlunya pemerintahan online global. Dia juga telah memperketat kontrol internet domestik melalui undang-undang keamanan nasional baru yang bisa memenjarakan warga Tiongkok yang melakukan pelanggaran secara online. Undang-undang Tiongkok juga bisa memaksa perusahaan asing untuk menyerahkan data pengguna dan informasi enkripsi sensitif terhadap pemerintah Tiongkok.
Pada Konferensi Dunia Internet perdana di Wuzhen tahun lalu, peserta, termasuk perwakilan dari perusahaan-perusahaan teknologi Barat yang saat ini dilarang dari Tiongkok, mendapatkan kebijakan kecil: sebagian besar akses dapat diperoleh tanpa hambatan. Koneksi ke Facebook, YouTube, Instagram dan situs yang biasanya tabu dapat dikases dengan cepat. Tetapi ketika konferensi berakhir – dan Great Firewall of China diberlakukan kembali. Melalui konfeensi ini pemerintah Tiongkok berharap dapat menjajaki jalur manajemen internet dengan karakteristik Tiongkok.
citra/VMN/BL/Journalist
Editor: Ruth Berliana
Image : Business Lounge Journal