(Business Lounge Journal – Manage Risk) Belum lama ini diberitakan bahwa pada perdagangan pasar uang dunia dilaporkan bahwa para investor global melepas obligasi aman (safe haven) mereka dan berpindah ke aset-aset yang lebih berisiko (vibiznews, 4/11). Seperti apa risiko dalam investasi, safe haven dan perilaku investor menyikapi dinamika pasar?
Pertama yang perlu diketahui adalah tidak ada investasi yang tidak berisiko. Untuk membangun kekayaaan –sebagaimana tujuan daripada investasi- investor perlu untuk bertoleransi terhadap tingkat risiko tertentu. Bagaimana dengan, misalnya, tabungan dengan suku bunga tinggi? Produk finansial tersebut memang dapat dikategorikan sebagai berisiko kecil. Namun pada akhirnya akan disadari bahwa investasi semacam ini akan digerogoti dengan tingkat inflasi yang mengurangi daya beli dan bisa jadi akhirnya net return-nya adalah negatif; tidak memberikan nilai tambah pada kekayaan.
Pada dasarnya investasi itu mengandung komponen risiko. Biasa disebut dengan high risk, high return dan low risk, low return. Kalau ingin mendapatkan return yang menarik, memang perlu berivestasi di produk investasi yang lebih berisiko, misalnya di saham. Masalah risiko tinggi, itu dapat di-managed, sehingga risikonya dapat ditekan. Aset investasi yang berisiko ini pun beragam tingkat risikonya. Dari yang relatif aman, seperti obligasi pemerintah karena dijamin sumber pembayarannya oleh pemerintah, sampai kepada yang bersifat derivatif yang mengandung risiko kompleks, walaupun dengan imbalan yield yang bisa jadi menarik.
Jenis Risiko dalam Investasi
Investopedia memberikan beberapa definisi risiko dalam investasi, di antaranya adalah:
- Risiko Usaha – terkait bisnis dari penerbit obligasi atau emiten saham, misalnya, yang anjlok atau bangkrut.
- Risiko Kredit – ketidakmampuan bayar penerbit obligasi untuk bunga atau pokoknya.
- Risiko Inflasi – kemungkinan nilai dari aset yang tergerus karena tingkat inflasi yang tinggi.
- Risiko Likuiditas – risiko investor yang tidak bisa membeli atau menjual aset karena keterbatasan likuiditas.
- Risiko Pasar – risiko yang melanda ke semua aset investasi dan tidak bisa dikontrol; disebut juga sebagai “systematic risk”.
- Risiko Sosial/Politik – risiko yang terkait perubahan pada peraturan pemerintah atau perubahan politik, dll.
- Risiko Mata Uang – risiko karena perubahan nilai mata uang, misalnya rupiah yang melemah.
Pasar investasi itu sangat dinamis. Selalu bergerak harga atau nilainya, naik turun, tidak pernah berhenti. Dinamika itu adalah bagian dari risiko, tetapi di situ juga daya tariknya karena memberikan peluang keuntungan karena adanya perbedaan harga. Sementara itu, pasar terus bergerak sehubungan dengan aneka berita ekonomi, politik, bencana alam, dan sebagainya.
Safe Haven
Di sisi lain, aset investasi ada yang dipandang sebagai relatif aman tingkat risikonya. Aman di sini bukan bearti tidak ada risiko, tetapi dipandang lebih stabil pergerakannya, atau juga lebih dapat diprediksi arah pergerakannya sehubungan dengan situasi pasar. Investasi demikian kerap disebut dengan “safe haven”.
Istilah safe haven menunjukkan sebuah perlindungan atau tempat pelarian yang aman. Dalam pasar investasi, istilah safe haven atau aset yang aman merujuk pada serbuan investor terhadap instrumen investasi yang dianggap aman khususnya dalam pasar yang sedang volatile atau bergejolak tidak menentu.
Di perdagangan pasar investasi, emas kerap dianggap sebagai investasi safe haven. Hal ini disebabkan posisi emas sebagai logam mulia yang diminati dunia, dan pasokannya langka serta berharga secara intrinsik. Emas dianggap sebagai tujan investasi yang nilainya akan sulit merosot karena keunikan logam mulia ini.
Di mata uang, Frank Swiss, selama beberapa tahun terakhir juga dianggap sebagai safe haven, karena kebijakan ekonomi Swiss yang berhati-hati, ekspor yang kuat, dan posisi utang yang tidak membahayakan seperti para tetangganya di zona Eropa.
Belakangan muncul juga sebutan US dollar sebagai safe haven. Ini memang agak kontroversial, ada pro kontra-nya. Namun padangan dollar sebagai safe haven dapat dibenarkan pada kondisi pasar tertentu karena arahnya yang lebih dapat diprediksi, misalnya pada saat sentimen pasar terhadap rencana kenaikan suku bunga the Fed. Karena rencana ini pasti, waktunya saja yang belum jelas, ini memberikan gambaran arah dollar yang jelas, yatiu menguat atau mengalami apresiasi.
Perilaku Investor
Selama situasi pasar dalam keadaan yang dipandang dapat diprediksi, investor biasanya akan memilih berinvestasi di aset yang lebih berisiko dengan harapan mendapatkan keuntungan yang signifikan atau lumayan. Selama prediksi pasar tepat, maka ini merupakan strategi ampuh untuk meningkatkan kapital investor.
Akan tetapi, bila pasar bergejolak dan mengarah kepada sukar diprediksi, investor secara natural dan logical akan berusaha mengamankan dananya dengan me-realokasi-kan modalnya –sebagian besar atau seluruhnya- kepada investasi safe haven. Bergeser kepada produk investasi yang lebih predictable.
Kalau pasar sedang berada dalam gelombang resesi, investasi di aset emas adalah alokasi yang relatif tepat. Itu safe haven yang sekaligus high yield. Mengapa? Karena saat demikian pasti banyak investor sedunia yang memburu emas sehingga nilainya meningkat. Aman dan sekaligus menguntungkan.
Investor memang harus bijak untuk menyikapi pergerakan dinamika pasar. Sementara itu, kalau Anda adalah investor retail, bukan dengan modal yang besar, perlu bijak juga menyikapi perilaku pasar investasi. Kalau mau menang dan berhasil, follow the trend. Ikuti pasar dan ambil keuntungan dari pergerakannya. Tentunya sambil memperhitungkan dari waktu ke waktu tingkat risiko dan keuntungan. Risk and gain.
Alfred Pakasi/Deputy Chairman of Vibiz Consulting Group, CEO of Vibiz Consulting/VMN/BL