Kesiapan MEA 2015: Mengenali Profil Risiko Perusahaan Pelayaran

(Business Lounge Journal – Manage Risk) Tahun 2015 merupakan tonggak penting bagi kemajuan kemaritiman di Indonesia. Sebagaimana Presiden pada tahun ini mengikrarkan maritim sebagai poros utama kemajuan Indonesia. Jokowi menyatakan pemerintah memutuskan menjadikan bidang maritim sebagai salah satu sektor utama pembangunan. Salah satu cara mendorong pertumbuhan ekonomi adalah dengan membangun infrastruktur bagi arus barang, termasuk melalui transportasi darat dan laut. Pembangunan infrastruktur berupa jalan tol, pelabuhan, kereta api, dan transportasi terus dilakukan untuk menghubungkan antar pulau. Seiring dengan pernyataan Presiden maka perbaikan dan pembangunan dilakukan untuk memperbaiki konektivitas antar pulau khususnya memaksimalkan transportasi laut.

Bagi perusahaan yang bergerak di bidang pelayaran tentu hal ini merupakan peluang sekaligus tantangan, mengingat kesempatan terbuka namun kendala-kendala juga masih ada dan harus dicarikan solusinya. Permintaan atas pelayaran domestik telah tumbuh dengan baik. Pelaksanaan Asas Cabotage sejak tahun 2005 (Inpres Nomor 5 tahun 2005) telah mendorong peningkatan jumlah armada kapal nasional lebih dari dua kali lipat dari 6.041 unit kapal pada tahun 2005 menjadi 14.156 unit kapal pada tahun 2014. Dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (AEC), industri perkapalan memiliki prospek cerah di perairan internasional.

Profil risiko kredit dari sektor pelayaran juga meningkat yang ditandai dengan tingkat hutang yang umumnya lebih tinggi yang dimiliki oleh pemilik kapal untuk mendanai akuisis kapal baru/bekas. Beberapa perusahaan pelayaran telah melakukan mitigasi untuk mengimbangi risiko yang dihadapi sektor ini.

Profil risiko apa saja yang harus diperhitungkan?

1. Profil Risiko Bisnis

Risiko ini antara lain meliputi :

  • Kualitas armada, seperti umur kapal, lambung kapal dan aspek struktural lainnya, serta asal-usul kapal
  • Diversifikasi dalam industri pelayaran yang dikalsifikasikan menjadi 3 hal yakni segmen, geografi, dan klien
  • Kontrak penyewaan
  • Kualitas Manajemen seperti pengalaman promotor/manajemen dalam bidang usaha yang bersangkutan; komitmen promotor/manajemen terhadap bidang usaha yang digeluti dan kebijakan promotor/manajemen untuk pengambilan dan pengendalian risiko, dll.

2. Profil Risiko Keuangan

  • Struktur Biaya: Biaya operasional tetap dan biaya terkait modal merupakan komponen terbesar dari struktur biaya kapal yang disetarakan dengan tarif sewa dalam suatu kurun waktu tertentu (Time Charter Equivalent, TCE), yang dianalisis per hari ($/hari) dengan memperhitungkan jumlah hari kapal beroperasi.
  • Laba operasi: Fokus analisis adalah menentukan tren laba operasi emiten dan dibandingkan dengan para pesaingnya.
  • Kebijakan keuangan: pada umumnya kapal didanai dengan hutang yang tinggi karena kreditur nyaman dengan strategi pendanaan tersebut mengingat sifat agunan yang likuid.

Beberapa risiko tersebut perlu diperhitungkan dalam meningkatkan industri pelayaran dan menyiapkan persaingan global melalui MEA 2015 ini. Hal-hal lainnya yang perlu diperhitungkan juga adalah risiko terkait stabilitas mata uang asing: Risiko tersebut timbul jika sebagian besar biaya dan pendapatan emiten dalam mata uang yang berbeda. Risiko mata uang asing juga dapat timbul dari kewajiban yang tidak dilindung nilai, terutama bagi perusahaan yang sebagian besar pendapatan mereka dalam mata uang lokal.

bu-emyEmy Trimahanani/VMN/BL/Managing Partner for Wealth Management Vibiz Consulting, Vibiz Consulting Group