(Business Lounge Journal – Manage Risk) Dunia baru saja dikejutkan dengan penyerangan teroris di Paris yang menyebabkan sedikitnya 132 orang meninggal dan 200 orang terluka parah. Sejalan dengan itu, para investor global dikabarkan sedang memburu kelompok aset yang dipandang aman pada perdagangan pasar setelah peristiwa tersebut (Investor Mengejar Aset Aman Setelah Teror Paris; Harga Masih akan Naik, vibiznews.com, 16/11). Mengapa emas? Akankah selalu demikian?
Diberitakan lebih lanjut, bahwa harga spot emas terpantau bergerak naik 1 persen ke level US$1,093.00 per ounce-nya dengan US$316 juta atau sekitar 3000 lot berpindah tangan pada 10 menit pertama perdagangan –hampir 10 kali lipat lebih banyak dari biasanya volume di awal pasar, demikian laporan menurut Reuters (16/11). Sementara itu, logam berharga lainnya seperti perak, platinum dan palladium juga menguat sekitar 1 persen. Harga emas dalam negeri saat ini terpantau menaik ke level Rp482,060 per gram-nya, demikian dirilis dari vibiznews.
Emas secara sejarah ke belakangnya memang telah menjadi pilihan investasi aman –atau safe haven– di saat risiko melonjak. Dalam sejarahnya, emas kerap bereaksi terhadap gejolak politik maupun keuangan. Dalam minggu-minggu awal di tahun 1980, emas pernah melonjak lebih dari 60 persen segera setelah tentara Uni Sovyet waktu itu mengirimkan tentaranya ke Afghanistan bersamaan juga dengan terjadinya revolusi Islam di Iran. Emas pernah rally sebanyak 150 persen dari Oktober 2008 sampai ke September 2011, dalam gelombang gejolak perekonomian dunia di negara-negara Barat ketika para investor memprediksi akan terjadi inflasi tinggi sejalan dengan banyaknya uang bank sentral yang dipompakan ke pasar.
Per definisinya, safe-haven adalah aset yang tidak berkorelasi (dianggap safe-haven lemah) atau yang berkorelasi negatif (ini merupakan safe-haven kuat) terhadap aset atau portfolio lainnya pada saat pasar sedang tertekan atau bergejolak. Sementara hedging adalah aset yang tidak berkorelasi (dianggap hedging lemah) atau yang berkorelasi negatif (ini merupakan hedging kuat) terhadap aset atau portfolio secara rata-ratanya. Dengan demikian, safe-haven melindungi investor terutama pada waktu krisis, berbeda dengan hedging yang melindungi investor saat periode pasar normal.
Dari kekacauan yang terjadi di Paris, kita melihat bahwa emas kembali memegang peranannya sebagai safe-haven saat para investor dihantui kekuatiran besar. Apalagi, gambarannya bila akan terjadi lagi –semoga tidak- serentetan teror di berbagai kota besar di dunia. Kalau sampai terjadi lagi kekacauan sejenis –sekali lagi, semoga tidak-, hampir dapat dipastikan emas nanti akan melejit lebih tinggi lagi.
Dinamika Pergeserannya
Peranan emas sebagai pilihan investasi, bagaimanapun bisa bergeser. Investor membeli emas tidak melulu didorong motivasi untuk hedging atau safe haven, tetapi juga sebagai aset investasi yang kuat diterima oleh pasar.
Belakangan ini, sejumlah analis dan pelaku pasar melihat bahwa peranan logam mulia sebagai sekedar investasi di masa gejolak telah mengalami pergeseran. Harga logam mulia kelihatannya belakangan ini lebih berfluktuatif karena mengantisipasi kenaikan suku bunga the Fed.
Bila antisipasi kenaikan bunga menguat dan mendekat, maka harga emas dunia akan bergeser turun ke bawah, sementara harga dollar AS merangkak naik. Demikian pula sebaliknya, harga emas bisa naik ketika kemungkinan kenaikan suku bunga agak memudar.
Dinamika pasar yang demikian membuat kita perlu lebih teliti melihat dan memahami apakah pasar sedang normal atau tenang, atau sedang agak fluktuatif, dan berikutnya sedang dalam keadaan turmoil atau bahkan kacau.
Kalau pasar bergejolak kacau, sudah hampir pasti emas akan tampil sebagai pilihan safe-haven yang kuat. Namun saat pasar sedang normal, atau sedikit bergejolak saja, pergerakan harga emas perlu ditinjau dari beberapa sudut fundamentalnya. Ini penting, agar kita tidak tergelincir dalam menetapkan pilihan aset emas, baik sebagai portfolio investasi maupun sebagai safe-haven.
Salah satu pelajaran yang dapat dipetik di sini, pada saat risiko di pasar investasi meningkat, selalu ada cara untuk memitigasinya. Di tengah situasi risiko dan chaos, memiliki emas bahkan bisa merupakan suatu peluang emas.
Alfred Pakasi/Deputy Chairman of Vibiz Consulting Group, CEO of Vibiz Consulting/VMN/BL